Jokowi Siap Tidak Populer, Aku Ra Po Po.
Kata-kata Jokowi selalu menjadi berita hangat. Menjadi bahan gunjingan media hingga obrolan di warung-warung nasi kucing. Paling anyar pernyataan Jokowi tentang BBM “Saya siap tidak populer”. Beragam tanggapan mendukung hingga mencibir. Salah satunya tidak ketinggalan AM Ngabalin pun menanggapi pernyataan Jokowi tersebut. “Kalau Jokowi mengatakan siap mengambil keputusan tidak populer itu pernyataan yang konyol. Sudah terpilih baru mengatakan dia siap tidak populer,” kata Ngabalin kepada VIVAnews, Jumat 29 Agustus 2014”. Sisi positif ungkapan nyinyir Ngabalin sebagai representasi Koalisi Merah Putih adalah sebuah pengakuan. Bahwa Jokowi adalah presiden terpilih. Melegakan, setidaknya kubu merah putih tidak melakukan upaya hukum yang lain lagi. Yang hanya akan menambah derita, sakit hati & tidak puas pendukunganya.
Polemik kenaikan BBM baik yang Pro maupun kontra keduanya sama-sama mempunyai argumentasi yang kuat & masuk akal. Naik atau tidak kesemuanya mempunyai resiko. Bagaimanapun keputusan akhir adalah keputusan politik yang harus dilakukan oleh seorang Presiden. Sudah semestinya, Jokowi sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan nasional telah memikirkan masak-masak apa yang harus dilakukan setelah resmi dilantik.
Pertemuan SBY & Jokowi adalah pertemuan yang kesekian kali. Dan hal tersebut sangat positif dalam upaya agar transisi pemerintahan berjalan dengan mulus. Pernyataan-pernyataan seorang presiden mestinya juga telah dipikirkan masak-masak dampak dan target apa yang akan diambil dari efek pernyataan tersebut.
Berandai-andai, terjadi dialog antara SBY & Jokowi pasca keputusan MK:
SBY : Pak Jokowi Selamat anda terpilih menggantikan saya. Akan tetapi ada yang perlu menjadi perhatian Bapak. Saya sangat prihatin akhir tahun kita akan mengalami problem BBM jika tidak ada solusi.
Jokowi : Terima kasih ucapannya pak. Menurut bapak sebaiknya bagaimana?
SBY : Saya tidak tahu. Harusnya saya yang menyelesaikan. Untuk jangka pendek tidak ada jalan lain harga BBM harus naik. Tapi yang pasti, saya tidak mungkin menaikkan harga BBM saat ini. Saya ingin akhir pemerintahan saya tanpa gejolak. Dan saya ingin khusnul khotimah. Menurut Pak Jokowi bagaimana sebaiknya?
Jokowi : Begini saja pak. kita berbagi peran. Agar semua berjalan dengan baik. Kalaupun tidak ada solusi lain, yang penting masyarakat jangan sampai terkaget-kaget. Saya akan lakukan Test the waters.
1. Saya akan minta Pemerintah sekarang menaikkan harga BBM.
2. Bapak instruksikan Pertamina batasi distribusi dengan alasan hemat quota.
3. Saya akan mengatakan kalaupun BBM naik berkisar antara 500 s/d 3000 rupiah
4. Pak SBY bilang saja tidak mau menaikkan, kalau perlu diunggah di youtube pak…
SBY : Ciyuss pak?
Jokowi : Ya… Ketika saya minta Bapak menaikkan BBM & terjadi kelangkaan BBM maka kita akan tahu sejauh mana reaksi masyarakat. Lebih beresiko mana hemat BBM & langka atau harga naik. Dan ketika Bapak bilang tidak akan menaikkan BBM, maka Bapak akan dikenang sebagai Presiden yang paripurna dengan citra baik. Bagaimana pak? deal or no deal?
SBY : Oke pak Deal…..kata ekstrak kulit manggis….Pak Jokowi… good…Pak Jokowi good… kita ketemu di Bali ya pak….
Jokowi : Hahahaha…… (dengan gaya ketawanya yang khas)
Tamat….
Begitulah kira-kira, bisa jadi dibalik kejadian seputar polemik BBM terjadi kesepakatan-kesepakatan yang kita tidak tahu. Reaksi masyarakat antara lain kasus Florence Sihombing. Flo Lebih baik beli non subsidi daripada ngantri, demo nelayan tolak pembatasan solar, dsb. Pernyataan Jokowi “Siap tidak populer” adalah pernyataan seorang pemimpin yang berani mengambil resiko. Hal tersebut juga dapat diartikan sebagai sinyal bahwa jika dalam jangka pendek tidak ada solusi lain maka problem BBM dengan keputusan paling tidak mengenakkan tetap diambil. Dengan adanya reaksi masyarakat, prediksi-prediksi kemungkinan terburuk sudah dapat dikalkulasi.
Bagi kita masyarakat berharap bahwa apapun keputusan Pemerintahan Jokowi –JK tentang BBM, adalah keputusan yang terbaik & bijaksana. Keputusan yang diperhitungkan secara matang dampak buruk, antisipasi & kebijakan lanjutannya. Agar tidak menjadi beban berat bagi masyarakat. Jika Jokowi saja siap menjadi Presiden yang tidak populer. Demi kepentingan negara yang lebih besar, biar mobil mewah isi premium, sepeda motor bututku minum pertamax…. Aku ra Po po ….
sumber foto : merdeka.com, kaskus.com, 3.bp.blogspot.com
Sumber : http://ift.tt/1pC4dZM
Polemik kenaikan BBM baik yang Pro maupun kontra keduanya sama-sama mempunyai argumentasi yang kuat & masuk akal. Naik atau tidak kesemuanya mempunyai resiko. Bagaimanapun keputusan akhir adalah keputusan politik yang harus dilakukan oleh seorang Presiden. Sudah semestinya, Jokowi sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan nasional telah memikirkan masak-masak apa yang harus dilakukan setelah resmi dilantik.
Pertemuan SBY & Jokowi adalah pertemuan yang kesekian kali. Dan hal tersebut sangat positif dalam upaya agar transisi pemerintahan berjalan dengan mulus. Pernyataan-pernyataan seorang presiden mestinya juga telah dipikirkan masak-masak dampak dan target apa yang akan diambil dari efek pernyataan tersebut.
Berandai-andai, terjadi dialog antara SBY & Jokowi pasca keputusan MK:
SBY : Pak Jokowi Selamat anda terpilih menggantikan saya. Akan tetapi ada yang perlu menjadi perhatian Bapak. Saya sangat prihatin akhir tahun kita akan mengalami problem BBM jika tidak ada solusi.
Jokowi : Terima kasih ucapannya pak. Menurut bapak sebaiknya bagaimana?
SBY : Saya tidak tahu. Harusnya saya yang menyelesaikan. Untuk jangka pendek tidak ada jalan lain harga BBM harus naik. Tapi yang pasti, saya tidak mungkin menaikkan harga BBM saat ini. Saya ingin akhir pemerintahan saya tanpa gejolak. Dan saya ingin khusnul khotimah. Menurut Pak Jokowi bagaimana sebaiknya?
Jokowi : Begini saja pak. kita berbagi peran. Agar semua berjalan dengan baik. Kalaupun tidak ada solusi lain, yang penting masyarakat jangan sampai terkaget-kaget. Saya akan lakukan Test the waters.
1. Saya akan minta Pemerintah sekarang menaikkan harga BBM.
2. Bapak instruksikan Pertamina batasi distribusi dengan alasan hemat quota.
3. Saya akan mengatakan kalaupun BBM naik berkisar antara 500 s/d 3000 rupiah
4. Pak SBY bilang saja tidak mau menaikkan, kalau perlu diunggah di youtube pak…
SBY : Ciyuss pak?
Jokowi : Ya… Ketika saya minta Bapak menaikkan BBM & terjadi kelangkaan BBM maka kita akan tahu sejauh mana reaksi masyarakat. Lebih beresiko mana hemat BBM & langka atau harga naik. Dan ketika Bapak bilang tidak akan menaikkan BBM, maka Bapak akan dikenang sebagai Presiden yang paripurna dengan citra baik. Bagaimana pak? deal or no deal?
SBY : Oke pak Deal…..kata ekstrak kulit manggis….Pak Jokowi… good…Pak Jokowi good… kita ketemu di Bali ya pak….
Jokowi : Hahahaha…… (dengan gaya ketawanya yang khas)
Tamat….
Begitulah kira-kira, bisa jadi dibalik kejadian seputar polemik BBM terjadi kesepakatan-kesepakatan yang kita tidak tahu. Reaksi masyarakat antara lain kasus Florence Sihombing. Flo Lebih baik beli non subsidi daripada ngantri, demo nelayan tolak pembatasan solar, dsb. Pernyataan Jokowi “Siap tidak populer” adalah pernyataan seorang pemimpin yang berani mengambil resiko. Hal tersebut juga dapat diartikan sebagai sinyal bahwa jika dalam jangka pendek tidak ada solusi lain maka problem BBM dengan keputusan paling tidak mengenakkan tetap diambil. Dengan adanya reaksi masyarakat, prediksi-prediksi kemungkinan terburuk sudah dapat dikalkulasi.
Bagi kita masyarakat berharap bahwa apapun keputusan Pemerintahan Jokowi –JK tentang BBM, adalah keputusan yang terbaik & bijaksana. Keputusan yang diperhitungkan secara matang dampak buruk, antisipasi & kebijakan lanjutannya. Agar tidak menjadi beban berat bagi masyarakat. Jika Jokowi saja siap menjadi Presiden yang tidak populer. Demi kepentingan negara yang lebih besar, biar mobil mewah isi premium, sepeda motor bututku minum pertamax…. Aku ra Po po ….
sumber foto : merdeka.com, kaskus.com, 3.bp.blogspot.com
Sumber : http://ift.tt/1pC4dZM