Suara Warga

“Presiden Jokowidodo” berbeda dengan SBY, dan Mega!

Artikel terkait : “Presiden Jokowidodo” berbeda dengan SBY, dan Mega!

Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowidodo-Yusuf Kalla tidak lama lagi akan dilantik oleh MPR menjadi Presiden RI ke 7. Rencana dalam pelantikannya nanti semua kepala lembaga tinggi Negara akan hadir. Termasuk seluruh fraksi yang ada di MPR bersepakat untuk hadir, pada pelantikan itu rencananya akan dihadiri oleh pimpinan Negara tetangga antara lain, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long, Perdana Menteri Australia Tonny Abbott, serta Menlu AS John Kerry, juga hadir pada acara itu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe serta Perdana Menteri Korea Selatan Jog Hong-Won

Undangan juga diberikan kepada semua ketua umum partai termasuk yang tergabung dalam koalisi Merah Putih. Sebagian telah menyatakan kesediaannya untuk menghadiri acara tersebut. Jika demikian mudah-mudahan semua ketua umum partai seluruhnya akan hadir, termasuk SBY, Pak Prabowo Subianto, dan Ibu Megawati Soekarno Putri. Dari ketiga tokoh yang disebutkan tadi oleh masarakat sangat diharapkan kehadirannya terutama kepada Ibu Mega dan Pak SBY, pada pelantikan Presiden-Wakil Presiden terpilih Jokowidodo-Yusuf Kalla.

Kenapa ke 3 tokoh tadi sangat diharapkan kehadirannya pada pelantikan Jokowi-Jk oleh seluruh rakyat Indonesia?. Alasannya sederhana. Pertama kehadiran 3 tokoh tadi menjadi pertanda baik untuk pemerintahan Jokowi-Jk kedepan, dan bersinarnya lampu hijau untuk Rakyat yang sangat menunggu-nunggu mengharapkan adanya islah yang akan dijadikan sebagai salah satu ukuran tentang persatuan dan kesatuan dengan dilandasi kehidupan demokratisasi yang sehat di Indonesia untuk masa-masa yang akan datang. Keinginan rakyat sangatlah sederhana, kalau para tokoh –tokoh yang duduk di puncak kekuasaan senantiasa rukun, mau bertegur sapa, santun dalam berbicara lapang dada mudah memaafkan kesalahan orang lain, maka secara tidak langsung telah mewarisi ajaran etika politik yang berperadaban, yang mengedepankan kepentingan rakyat dan Negara diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Sangat tidak diharapkan apabila SBY hanya menyelenggaraan penyambutan kepada Presiden dan Wakil Presiden baru, secara militer di Istana Negara, sebagaimana yang telah direncanakan. Langkah ini baik, tetapi tidak ada implikasi politik berkaitan dengan semangat persatuan dan kesatuan diantara anak bangsa, SBY seharusnya juga menyempatkan kehadirannya di Senayan, bukan hanya dalam rangka pelantikan Presiden terpilih, tetapi tidak kalah pentingnya adalah pertemuan dengan Megawati. Sudah sedemikian banyak waktu yang terbuang percuma hanya untuk mempertahankan ego masing-masing selama 2 periode kepemimpinan SBY . Alangkah sebaiknya diakhiri dengan suasana yang harmonis antara mega dan SBY.

Untuk SBY, ini adalah kesempatan emas untuk bisa hadir. dan membuktikan bahwa diri seorang SBY, sesungguhnya adalah seorang yang berjiwa besar, bukan pemarah, tidak ada dendam kesumat untuk membalas kepada siapapun juga termasuk kepada Megawati.Keutamaan-keutamaan moral dalam politik perlu dijunjung tinggi dalam perpolitikan di Indonesia dengan selalu mengedepankan keutamaan moral seperti kejujuran, keadilan, kesejahteraan dan pengabdian terhadap rakyat (( Syahrul Kirom: Membangun Akses Partisipasi bagi Rakyat, 03 Npember 2008, Bali Post)).

SBY yang Pemarah dan Mega yang keras kepala

Dari keinginan banyak kalangan, keinginan rakyat, keinginan para tokoh, agar pada pelantikan Presiden-Wakil Presiden Jokowidodo-Yusuf Kalla nanti , dihadiri Mega-SBY serta dilanjutkan dengan temu dengan Mega- SBY, disertai bertegur sapa, agaknya masih sulit terlaksana. Pasalnya tokoh yang satu pemarah sedangkan Mega keras kepala. Oleh sebab itu untuk Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden yang baru dilantik, rakyat hanya mengingatkan Bapak Jokowi-JK, seandainya nanti betul-betul tidak terlaksana adanya pertemuan Mega –SBY, harapan rakyat Presiden yang baru tidak mewarisi warisan buruk dari kedua pemimpin yang satu dari pemarah & pencitraan sedangkan yang satunya lagi Ibu rumah tangga yang keras kepala

Tak disangkal lagi SBY mudah sekali marah, melampiaskan kekesalannya kepada orang lain, tanpa melihat masih layakah seorang Presiden marah kepada seseorang didepan khalayak ramai pada acara resmi, tentu saja jawabannya bisa bermacam-macam. Namun sudah menjadi pengakuan masyarakat secara umum dibelahan dunia manapun, bahwa seseorang yang pemarah akan menurunkan kehormatan pada diri orang itu. Sayangnya kita punya Presiden yang sebentar lagi akan pensiun mewarisi kepada masyarakat suatu kebiasaan buruk mudah sekali marah. SBY pernah marah kepada mantan ketua KPH Antasari Azhar, ketika besan SBY Aulia Pohan ditangkap KPK dalam kasus korupsi. Peristiwa tersebut jelas sekali akan membawa prasangka buruk masyarakat kepada presiden itu sendiri, presiden akan dituduh plin-plan, tidak adil, mempermaikan hukum diatas kepentingan pribadi dan seterusnya. Kemarahan juga ditimpakan kepada 4 orang gubernur yang tidak hadir dalam penyerahan DIPA di Istana Negara. Sebagai presiden sepertinya tidak punya rasa empatik sedikitpun kepada bawahannya yang mengalami musibah, ketidak hadiran mereka adalah karena musibah, ada yang sakit, seperti Gubernur Syahrul H Limpo ketidakhadirannya karena ada saudaranya meninggal. Bupati terkena damprat SBY karena tertidur, respon masyarakat bukannya menyalahkan sang bupati , akan tetapi malahan sebaliknya. Tertidur dalam rapat, bisa jadi isi ceramahnya tidak bermutu, kurang menarik, lebih banyak bohongnya. Ada banyak contoh perilaku SBY yang tidak pantas untuk ditiru masyarakat, SBY ibarat kapal karam yang harus ditinggalkan. ((ujarnyhttp://www.kabar24.com/nasional/read/20140603/61/220162/presiden-sby-marah-disebut-kapal-karam-hendropriyono-anggap-galang-opini)) )).

Seorang pemimpin apalagi Presiden sebesar presiden SBY memang benar SBY presiden yang berbadan besar, dibutuhkan memiliki jiwa besar, tahan banting, apalagi hanya kritik, dicerca, sekalipun datang berupa makianpun seorang pemimpin harus dapat menerimanya dengan lapang dada, tidak serakah adil, dan juga disukai rakyatnya. Itulah sifat seorang pemimpin sebagaimana dicontohkan oleh Umar bin Abdul Aziz , beliau mempunyai kepribadian yang tinggi, disukai khalayak ramai, sangat sederhana, sangat berhati-hati dengan harta terutama yang melibatkan harta rakyat. Khalifah pilihan itu memilih hidup bersahaja. Seseorang bertanya kepada Khalifah:” Wahai Amirul Mu’minin, apa yang engkau wasiatkan buat anak-anakmu?” Khalifah balik bertanya, Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa.” Umar melanjutkan,” Jika anak-anaku orang shaleh, Allahlah yang mengurusnya.”

Apa yang diperlihatkan SBY adalah sama sekali jauh dari harapan bagaimana menjadi pemimpin yang dapat dijadikan suri tauladan kepada rakyatnya. Ketika pelantikan atas dirinya menjadi Presiden tak dihadiri oleh Mega. Jiwa kenegarawanan diuji, sesungguhnya apakah SBY lebih unggul dari yang lain. Atau SBY tidak ada bedanya dengan orang kebanyakan. Apabila SBY dapat mengkesampingkan nafsu amarah, iri, dengki, balas dendam, maka sangat pantas mendapatkan penghormatan sebagai negarawan yang luhur. Untuk Megawati, kepastian kehadirannya pada pelantikan Presiden-Wakil Presiden Jokowidodo-Yusuf Kalla, tidak lebih karena Jokowi adalah kader yang diusungnya, bukan karena ada kepentingan temu 2 tokoh untuk islah atau apalah namanya, yang intinya adalah memberi pendidikan kepada rakyat, yaitu kesatuan, persatuan, tentunya menuju Indonesia yang hebat.

SBY 10 tahun masa Pencitraan

Kita tengok perjalanan sejarah SBY sejak memulai kariernya di politik selama 10 tahun terakhir ini, lebih banyak ditunjukan sebagai seorang yang pandai memoles dirinya dengan pencitraan yang bermacam-ragam bentuknya. Malahan sepuluh tahun kepemimpinan SBY cenderung mengalami kerapuhan, masa kepemimpinan SBY lebih banyak melakukan pencitraan ketimbang mengurusi persoalan yang berkaitan dengan rakyat. Kita harus akhiri politik pencitraan dari SBY ini, dalam 10 tahun persoalan kita, kewibawaan Negara, kepercayaan rakyat yang merosot tajam terhadap kinerja instansi pemerintah, penegakan hukum yang, energy, pangan, korupsi yang luar biasa.(( http://ift.tt/1eODUEE))

Namun demikian alangkah banyaknya orang yang tertipu dengan penampilan seorang SBY, termasuk dari kalangan politisi dilingkunan partai Demokrat, kususnya. SBY dipuja bagaikan seorang dewa, dll. Politik pencitraan sama dan sebangun dengan kebohongan publik yang agak tersamar, oleh sebab itu politik pencitraan adalah suatu kejahatan terselubung. Tidak semua orang menyadari bahwa yang dilakukan SBY pencitraan, karena sifatnya yang terselubung. Apa yang menyelubungi? Jawabnya kebohongan. Kebohongan selama 10 tahun, politik, ekonomi, kehidupan masyarakat yang semakin susah, kebudayaan yang semakin terpuruk, pertahanan yang rapuh, keamanan yang kurang kondusif. Semuanya tadi hanya dapat dirasakan dengan hati nurani, hati nurani rakyat bukan hati nurani orang-orang yang dalam genggaman dan binaan Sang Bapak Pencitraan, teranyar yang menyesakan dada adalah dengan SBY melahirkan PERPU PILKADA , hanya dengan mata telanjang semata tidak cukup dapat membuktikan niat baik SBY untuk membela hak rakyat untuk memilih pemimpinnya, dengan hati yang jernih dan akal yang waras saja baru kelihatan, kalau semua itu akal-akalan SBY.

Setelah dilantik nanti Pemerintahan Presiden Jokowidodo kedepannya akan tetap menghadapi Pusaran politik, hal itu tak dapat dihindari, namun dengan gayanya yang khas Jokowidodo, secara pelan tapi pasti semua masalah kegaduhan, kekisruhan politik akan dapat diatasinya dengan damai dan bermartabat, tidak ada yang dirugikan atau merasa menang sendiri, kuncinya ada pada Presiden Jokowidodo, kunci yang yang bisa diketahui umum, adalah yang melekat pada diri Sang Presiden, sabar, tidak pemarah, memaafkan, rendah hati, dan cerdas, dan tidak keras kepala.

sumber:


1. ((http://ift.tt/1r8zcYp) )

2. (( http://ift.tt/1vcd31D SBY ))

3. ((http://ift.tt/1r8za2O))l

4. ((http://ift.tt/1vcd05W ))

5. (( http://ift.tt/1eODUEE) )

6. ((ujarnyhttp://www.kabar24.com/nasional/read/20140603/61/220162/presiden-sby )).




Sumber : http://ift.tt/1vcd31F

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz