Suksesi Transisi Kepemimpinan Indonesia
Rangkaian pesta demokrasi lima tahunan Indonesia telah memasuki babak akhir. Pasca ditetapkannya pasangan Joko Widodo - Jusuf Kalla sebagai pemenang Pilpres oleh KPU, dan ditolaknya gugatan pasangan Prabowo - Hatta oleh MK, kini masyarakat hanya tinggal menanti waktu palantikan Presiden dan Wakil Presiden baru yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober mendatang. Seperti pada Pilpres sebelumnya, kemenangan Joko Widodo dan Yusuf Kalla merupakan kemenangan bangsa Indonesia,karena pemilu di Indonesia menganut sistem pemilihan umum langsung, one man one vote, sehingga terpilihnya salah satu pasangan calon merupakan keinginan rakyat Indonesia.
Sebagaimana Presiden SBY, selaku kepala negara sekaligus menjabat sebagai kepala Pemerintahan, Joko Widodo kedepannya akan mengemban tugas yang berat. Selaku orang nomor satu di Indonesia, sosok Presiden haruslah orang yang berbudi pekerti luhur dan bijaksana, sehingga mampu membawa Indonesia lebih baik di mata dunia. Berbagai pekejaan rumah siap menanti kabinet Jokowi - JK mendatang, diantaranya pembangunan dan persaingan ekonomi, peningkatan mutu Sumber Daya Manusia Indonesia, pembangunan infrastruktur serta pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Dalam rangka menyiapkan diri sebelum resmi menjadi orang nomor satu di Indonesia, Jokowi beserta para relawannya telah membentuk tim transisi yang beranggotakan relawan Jokowi dari segala kalangan. Adapun beberapa tugas dan fungsi tim transisi adalah mempersiapkan hal-hal strategis berkaitan dengan pembahasan APBN 2015 2014 yang dilakukan melalui komunikasi dengan pemerintahan SBY, mempersiapkan konsep kelembagaan pemerintahan di bawah presiden baik kantor kepresidenan maupun arsitektur kabinet, menjabarkan lebih rinci visi dan misi presiden dan wakil presiden terpilih dalam rencana dan program kebijakan, serta menyiapkan program-program pemerintahannya agar dapat segera dilaksanakan dan dilakukan percepatan. Terbentuknya tim transisi diharapkan dapat mempermudah Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan yang akan ia pegang dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan yang akan datang.
Beberapa hari yang lalu, Presiden RI terpilih Joko Widodo telah mengadakan pertemuan dengan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Nusa Dua, Bali. Pertemuan itu dilaksanakan setelah sang Presiden menyelesaikan kunjungan kenegaraannya di Timor Leste. Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam tersebut cukup misterius. Berbagai pihak berspekulasi terhadap isi pertemuan tersebut, namun diyakini ada beberapa hal yang dibahas kedua orang penting tersebut, diantaranya Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015.
Setelah usai melaksanakan pertemuan empat mata, Presiden SBY megadakan konferensi pers yang menyatakan dalam pertemuan yang pertama tersebut dibicarakan secara konstruktif hal-hal penting yang berkaitan dengan agenda kenegaraan dan agenda pemerintahan di akhir tahun 2014, dan juga awal tahun 2015 mendatang. Selain itu juga dibicarakan hal terkait kebijakan dan program-program pemerintah yang tengah dijalankan, termasuk RAPBN 2015, dan juga APBN Perubahan 2014. Presiden pun mengatakan bahwa itu bukanlah pertemuan terakhir, melainkan pertemuan pertama yang akan ditindaklanjuti dengan pertemuan berikutnya.
Sebelumnya ramai beredar di masyarakat bahwa dalam pertemuan tersebut, Jokowi akan mengutarakan niatnya untuk menyampaikan pendapat terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dinilai cukup memberatkan sehingga BBM perlu ditekan, salah satunya dengan menaikkan harga BBM di masa pemerintahan SBY.
Pertemuan empat mata tersebut merupakan tradisi baru yang menyejukkan dirintis Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo karena untuk kali pertamanya, Presiden dan calon penggantinya punya kebesaran jiwa untuk bertemu secara khusus guna memuluskan proses transisi kekuasaan. Selama ini para pemimpin Indonesia sebelumnya belum pernah bertemu membicarakan hal serupa, bahkan terjadi perselisihan, misalnya ketika Bung Karno digantikan Pak Harto hubungan di antara keduanya memburuk, ketika Pak Harto digantikan BJ Habibie, tali silaturahim pun terputus. Sama halnya ketika Gus Dur digantikan Megawati Soekarnoputri Bahkan, hingga kini hubungan antara Megawati dan penggantinya Presiden Yudhoyono pun masih dingin.
Pertemuan antara Presiden dan calon penggantinya seperti yang ditunjukkan Presiden Yudhoyono dan Jokowi ialah teladan nyata bagaimana pemimpin harus bersikap. Lewat pertemuan itu pula proses transisi pemerintahan diharapkan bisa berlangsung mulus tanpa riak-riak yang berpotensi mengganggu kesinambungan pembangunan. Terlebih Presiden SBY telah memerintah selama 10 tahun sehingga beliau pasti sangat paham soal peluang dan tantangan bangsa.
Berdasarkan hal tersebut, pemimpin hebat harus mampu menemukan titik poros dan transisi yang menciptakan ritme dan keseimbangan dalam pemerintahan. Pemimpin sudah seharusnya mengurangi atau menyederhanakan kompleksitas serta tidak membiarkan dirinya dikonsumsi oleh kompleksitas.Seorang pemimpin yang hebat mampu menentukan tujuan dimana hal tersebut merupakan bahan bakar, passion dan etika kerja. Kemudian mengutamakan pengikut, dimana pekerjaan pemimpin yaitu berjuang untuk memimpin dimanapun, serta fokus mengukur kepemimpinan. Seorang pemimpin wajib memiliki kesadaran emosi, organisasi, kontekstual, dan budaya. Sehingga melahirkan pemimpin terbaik yang dipandang sebagai manusia hebat serta memahami bahwa menunjukkan empati, kebaikan, kasih sayang, dan kepedulian personal bukanlah sebuah kelemahan.
Masyarakat Indonesia harusnya mampu bersikap bijaksana dalam rangka adanya transisi pemerintahan dari bapak SBY kepada bapak Jokowi. Siapapun pemimpinnya, bagaimana pola yang dijalankan, itulah Presiden Indonesia, pemimpin kita semua. Segala sesuatu yang telah diputuskan oleh pemimpin harus kita dukung untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik dan mampu bersaing dengan dunia.
Sumber : http://ift.tt/1ChF0b0