Suara Warga

Kepada Pak Jokowi: Kartu Pintar, Single Identity Number, dan Pindai Retina

Artikel terkait : Kepada Pak Jokowi: Kartu Pintar, Single Identity Number, dan Pindai Retina

14071446176190334

Pak Presiden Yth., (boleh kan saya sebut demikian?)

Saya termasuk salah satu pendukung Pak Presiden di masa kampanye sampai dengan sekarang. Walaupun tidak ikut nyumbang, namun saya dari mulut ke mulut maupun lewat media sosial ikut meyakinkan beberapa kawan, kenalan dan saudara untuk memilih Pak Jokowi sebagai presiden ke-7 negara kita. Saya pun mengikuti debat-debat capres Pak Jokowi meskipun tidak seluruhnya karena alasan kesibukan, namun setidaknya saya sedikit memahami visi dan misi Pak Jokowi bila telah menjadi presiden. Melalui artikel ini, ijinkanlah saya mengomentari visi dan misi Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-7, angka favorit saya, terutama mengenai kartu pintar …

Pada debat pertama, Pak Jokowi berkali-kali menyebut kartu pintar. Saya, terus terang terawa geli melihat Pak Jokowi menunjukkan kartu pintar tersebut ketika teman saya bilang, kenapa Jokowi malah jualan kartu kredit. Namun, apabila ini berhasil diimplementasikan pasti akan hebat. Namun, sekali lagi, akan tetapi, menurut saya kartu pintar itu sudah kuno dan bukan menjadi inti permasalahan.

Yang lebih penting dari itu adalah SIN (Single Identity Number), di mana setiap warga negara mempunyai satu nomor identitas. Nomor inilah yang nantinya menjadi ID setiap kali warga membutuhkan identitas di dalam urusannya. Jadi, nomor identitas ini dipakai untuk rekening bank, sim, pajak, jaminan sosial, catatan kesehatan, pemilu, surat kawin, bpkb-stnk, sertifikat, nomer siswa, nomer mahasiswa, wajib militer, nomer pegawai, catatan kriminal dan segala macam hal lain yang membutuhkan ID. Ini either dilakukan secara manual atau digital. Tetapi SIN ini sangat penting sekali. Dengan SIN orang tidak bisa menyembunyikan kekayaan, memalsukan identitas, kawin lagi tanpa pengetahuan istri sahnya, dan anti korupsi.

Jadi tetap memerlukan kartu dong ….. ? Kalau nggak pakai kartu terus gimana dong? Buktinya apa? Kartu? Sudah kuno Pak. Jaman sekarang ini teknologi sudah sangat canggih. Selain dengan sidik jari, SIN bisa juga diverifikasi dengan pindai retina mata. Ini tidak mungkin dipalsu. Dengan jari dan mata, orang tidak akan ketinggalan di rumah, misalnya. Atau, dompetnya dicopet di Monas …. he he.

Hebatnya lagi, dengan SIN pindai retina dan sidik jari, orang tidak perlu KTP! Opini saya, KTP adalah wujud represi negara pada warganya! Saya orang Indonesia, saya berhak hidup dan tinggal di seluruh wilayah Indonesia …. Tapi dengan KTP, saya kena operasi yustisia. Ini tidak benar! Dalam KTP disebut nama, agama, alamat, golongan darah, pekerjaan … dll, yang seharusnya semuanya itu rahasia! Dan jangan salah, KTP adalah wujud diskriminasi negara pada warganya. Pak Jokowi pernah dengar saat kerusuhan orang-orang melakukan rasia KTP? Ini kenyataan Pak. Benar-benar terjadi! Dengan mengenyahkan kartu-kartu dari bumi Indonesia ini, kita bisa memberikan kebebasan lebih secara individual sambil merapikan sistem kependudukan. Ya kan?

Waduh, mahal dong ongkosnya? … Hari gini? Pindai retina dan sidik jari mahal? Tidaklah Pak. Handphone android saja bisa kok dilengkapi dengan alat tersebut. Oke, gampangannya begini, kalau pindai retina dan/atau sidik jari, kan tidak perlu setiap warga dikasih satu-satu? Cukup di kantor-kantor, kelurahan, pajak, bank dll. Kalau kartu, kan setiap warga mesti dapat? Iya kan? Sistem database-nya kan sama saja. Hanya sistem verifikasinya saja yang berbeda.

Tapi kata orang, alat pindai retina dan sidik jari gampang rusak….. Ha ha ha …. Pak Jokowi kayak nggak tahu saja. Semua kantor pemerintahan dikasih alat canggih apapun pasti gampang rusak. Tuh lihat alat uji KIR di Jakarta semua rusak. Apalagi di daerah? Coba saja dicek komputer dan kamera yang buat bikin KTP nasional kemarin, berapa persen yang masih bagus? Mungkin semuanya sudah rusak … Ha ha ha …

Jadi bagaimana dong? Waduh kalau itu harus dicari permasalahannya. Soalnya, instansi pemerintah kan suka beli barang-barang yang berkualitas buruk dengan harga mahal. Padahal beli barang buruk seperti itu berbahaya lho Pak. Karena hanya akan menjadi limbah B3 saja. Jadi, kalau beli barang sebaiknya yang berkualitas baik. Bisa tahan lama dan dapat diandalkan. Oya satu lagi …. kalau ini mengenai sifat personil sih Pak …. yaitu alat-alat dan barang sering dipakai tidak sesuai peruntukannya … he he he. Misalnya, kamera yang buat KTP nasional kemarin buat poto-poto waktu saudaranya menikah atau sunatan, bahkan poto selfie … hi hi hi. Komputernya buat pisbukan …. atau main frisel … ha ha ha ha …

Lain kali saya akan komentari visi misi Pak Presiden Jokowi yang lain. Namun untuk kali ini saya cukupkan sekian dulu. Oya, mohon maaf saya telah memasang gambar Pak Presiden yang saya tidak tahu asal muasalnya, bahkan barangkali semula untuk kampanye hitam terhadap Bapak. Sekali lagi mohon maaf. Namun apa boleh buat, gambar itu gambar Pak Jokowi favorit saya disertai harapan agar Bapak tetap rendah hati, jujur, tulus ikhlas, lurus, tidak pandang bulu, persis seperti gambar wong cilik di situ.

Sekian.

Sumber Gambar:

http://ift.tt/1meAbVm




Sumber : http://ift.tt/1p4cuUK

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz