Jokowi Melakukan Kebodohan Politik Besar?
Ada komentar yang menarik dari Prof. Ikrar Nusa Bakti tentang isu hangat yang beredar saat ini bahwa Jokowi meminta SBY untuk menaikkan harga BBM di akhir masa pemerintahannya.
“Itu kebodohan politik besar yang dilakukan Jokowi meminta SBY menaikkan harga BBM” (Pos Kupang, Minggu 31 Agustus 2014). Tidak dijelaskan alasan peneliti LIPI menyatakan hal ini. Namun, saya kira pernyataan ini merupakan kritik tajam atas komunikasi politik Jokowi. Betulkah Jokowi telah melakukan kebodohan politik besar? Beberapa waktu lalu runing teks sebuah stasiun televisi swasta menyebut gaya komunikasi politik Jokowi mengungguli tokoh lain. Tidak hanya tentang blusukan tetapi juga kemampuan melobi. Saya berpendapat, permintaan Jokowi kepada SBY untuk menaikkan harga BBM bukanlah kebodohan politik apalagi disebut kebodohan politik besar. Justru tindakan tersebut memperlihatkan kecerdasan Jokowi dalam berpolitik.
Jokowi sadar, saat ini ia telah menjadi pusat pemberitaan. Segala gerak-geriknya selalu menjadi konsumsi media. Dan malam itu, dalam pertemuan dengan SBY di Bali, bagi Jokowi merupakan momentum untuk menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia yang akan dipimpinnya lima tahun ke depan. Jokowi ingin kabar tentang permintaannya kepada SBY tersiar dengan cepat agar seluruh rakyat Indonesia dapat memberikan respon tindakannya itu. Apakah Jokowi tidak tahu bahwa akan ada respon yang kontra? Tidak! Jokowi tahu. Justru inilah tujuan Jokowi. Tentu kita masih ingat pidato Jokowi dalam halal bihalal dengan para relawan beberapa waktu lalu. Ketika itu Jokowi meminta seluruh relawan tetap bekerja dan mengawasi pemerintahannya. Sebenarnya, permintaan ini tidak hanya ditujukan kepada para relawan tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Jokowi ingin pemerintahannya diawasi agar tetap bergerak dalam keberpihakan kepada rakyat. Dan cara yang efektif adalah dengan menggulirkan bola kebijakan tak populer. Dan Jokowi berhasil!
Sumber : http://ift.tt/Y2wUDQ