CPNS 2014: Akankah ‘Bersih’?
Beberapa minggu lagi perhelatan akbar yang banyak ditunggu-tunggu masyarakat akan datang. Berbekal secuil harapan untuk berhasil menduduki salah satu jabatan, masyarakat akan beradu nasib disini. Berbagai fasilitas dan jaminan hidup ditawarkan bagi siapa saja yang berhasil. Apalagi perhelatan akbar itu, kalau bukan Recruitment Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
CPNS 2014 memang cukup memberikan harapan baru bagi para pencari kerja. Formasi yang ditawarkan yang kini cukup banyak dan beragam semakin membesarkan hati para calon pelamarnya. Seakan mendapatkan angin segar, para lulusan baru yang begitu gesit, berpengetahuan fresh, dan memiliki ide-ide cemerlang tentunya diharapkan bisa mendapatkan salah satu jabatannya. Tapi ada saja ungkapan-ungkapan yang kembali mengecilkan mental ‘anak bau kencur’ yang ingin bersungguh-sungguh mengabdi itu. Sebuah ungkapan picisan yang dipercaya mampu menjatuhkan mental anak-anak bangsa yang ‘mumpuni’.
Berbicara mengenai kalimat-kalimat menjegal tentang CPNS, Saya juga mengalami hal yang sama. Bagi saya idealisme dan harapan tinggi kepada bersihnya CPNS 2014 ini terus ada. Keyakinan yang kuat bahwa urusan rezeki yang dipaksakan, akibatnya bukan hanya di dunia namun juga di akhirat tertanam mengakar di hati saya. Apa sih yang saya maksud mengenai hal tersebut? Hal yang sama yang sering masyarakat dengar di berbagai kesempatan dan tempat saat kita sedang membicarakan soal CPNS. Ungkapan-ungkapan mengenai “Uang Sogokan” yang harus dikeluarkan jika ingin mendapatkan salah satu jabatan berlabel Pegawai Negeri.
Sedikit cerita, beberapa waktu yang lalu saya diajak oleh teman bersilaturahmi ke rumah salah seorang temannya. Keluarga temannya tersebut memang sebagian besar pegawai negeri. Dari mulai ayah sampai anak-anak dan menantunya bahkan cucu, sepupu, dan kemenakannya semua pegawai negeri. Singkat kata keluarga besar pegawai negeri. Di sana saya diajak berbicara mengenai ini dan itu. Sampai akhirnya pembicaraanpun menyerempet soal CPNS 2014. Sebagai anak muda dan fresh graduate, saya tentu harus yakin pada kemampuan dan usaha diri. Entah hasilnya nanti bagaimana, saya menjelaskan hal-hal tersebut kepada sang lawan bicara. Namun apa yang terjadi? Saya dihadiahi sebuah senyum sinis dan suguhan berbagai cerita fakta mengenai cara-cara kotor agar bisa diterima sebagai pegawai negeri. Intinya, lawan bicara saya tersebut tidak yakin dengan cara bersih agar bisa diterima sebagai pegawai negeri. Jika cara bersih itu lolos, toh perbandingannya 1:1000.
Saat itu hati saya terasa sangat panas. Di otak saya yang ada hanya ungkapan-ungkapan nyinyir yang tak dapat saya luapkan saat itu. Seperti, “Ih ni orang pede banget sih bisa masuk PNS lewat nyogok. Awas aja ntar di akhirat disogok balik noh sama Allah.” atau “Huh…. Astaghfirulloh Yaa Allah, kuatkan saya, jangan goyahkan iman saya. Jangan jadikan saya terbuai. Ini masalah makan rezeki orang. Bayangkan seandainya nggak nyogok si A nggak masuk PNS yang harusnya masuk itu si B, tapi karena nyogok si A justru yang masuk si B gak bisa masuk. Seumur hidup si A makan rizkinya si B. Sungguh perbuatan zalim yang nyata. Saya nggak mau. Jauhkan saya dari keputusasaan akan RahmadMu ya Allah.”
Saya harus menyampaikan ini kepada siapa saja yang membaca. Saya tidak terlalu ambisius ingin masuk dan lolos CPNS 2014 ini. Saya hanya mengharapkan sebuah sistem yang benar-benar bersih, sehingga mampu menjaring anak-anak bangsa yang benar-benar mumpuni. Anak-anak bangsa yang penuh keberkahan karena usaha dan doanya, bukan karena besarnya sogokan yang mampu dibayarkan orang tuanya. Jika dari awal penjaringannya sudah bersih, yang didapatkan PNS-PNS yang mumpuni, pada akhirnya kemajuan negara juga akan nampak. Korupsi akan berkurang karena tidak ada lagi yang berfikir harus balik modal (untuk nyogok).
Inilah harapan terbesar saya sebagai anak bangsa. Mungkin juga harapan terbesar bagi anak-anak bangsa lainnya. Ingatlah Pak.. Buk… harta yang didapatkan dari awal yang tidak Berkah akan membawa banyak bencana di perjalanannya. Tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. (Iin)
Sumber : http://ift.tt/1vJLS0d