Brantas Euphemisme "Subsidi BBM "
Brantas Euphemisme, SUBSIDI BBM
Euphemisme Subsidi
Contoh Model subsidi sebagai berikut :
Toko A menjual kain dengan harga awal 50, karena ingin untung dari harga itu, maka Toko menggunakan cara dan strategy euphemisme Subsidi.
Toko A terlebih dahulu menaikkan harga 100 % dari harga awal, jadi 100 sebagai harga label di kain yang dijual di tokonya.
Toko mempromosikan besar besaran keseluruh konsumen melalui media dan advertensi yang gencar bahwa dilakukan bazar murah dan sale barang besar besaran, katakanlah cuci gudang, dengan menawarkan subsidi 20 % dari harga label.
Tentu dengan semangat konsumen akan berduyun duyun mendatangi dan belanja atas kain yang sudah di tawarkan sebesar 100, dengan subsidi 20%, maka diperoleh harga beli konsumen menjadi 80. dengan gembira dan senang konsumen menerima seolah membeli dnegan harga murah.
Namun apa yang diperoleh toko pemberi subsidi, mari kita hitung bersama sama. Harga awal 50 dan memperoleh pembayaran dari konsumen 80, maka Toko memperoleh keuntungan 30 atau 60% dari harga awal.
Sementara Konsumen dengan gembira menerima barang dengan harga 80 atau 30 lebih mahal dari yang seharusnya dia terima, namun merasa seolah menerima subsidi sebesar 20.
Begitulah kira kira keadaan Konsumen BBM kita selama ini yang hanya memperoleh harga BBM dengan harga mahal dari yg seharusnya, namun merasa memperoleh Subsidi dari pemerintah. dan cilakanya subsidi pemerintah adalah juga dari kantongnya konsumen sendiri dari pajak yang ditarik pemerintah. Artinya model subsidi BBM ini jauh lebih tak patut, dibanding dengan subsidi Toko yang mengambil sebahagian keuntungan yang bisa dia perolehnya sendiri.
Anehnya konsumen toko ketika di tawarkan harga awal tanpa subsidi dengan harga wajar, malah tidak mau membelinya, lebih senang dengan pola subsidi akal akalan tadi.
Siapa yang salah dan, siapa yang benar, dan siapa yang merugi, dan siapa memperoleh keuntungan, kiranya kita sudah bisa mengira dan menentukannya.
Model subsidi yang sudah terlanjur mengerak, menina bobokkan konsumen seolah memperoleh BBM yang wajar dan murah.
Maka sudah saatnya kita percaya diri dan memiliki kemandirian serta memiliki kemampuan untuk membeli BBM dnegan harga wajar, sesuai dengan mekanisme transaksi yang benar dan transparan.
Berapapun harga BBM yang ada, namun semua itu adalah hal yang memang harus kita beli dan peroleh, tanpa mengharap belas kasihan yang jauh dari nilai nilai kemanusiaan yang beradab dan bermartabat.
Kita hanya berusaha agar semua memiliki akses yang sama untuk bisa memperoleh BBM yang didasarkan atas asa kesetaraan dan keterbukaan, bebas dari intervensi politik dan kekuasaan.
Tentu Negara memiliki kewenangan untuk mengatur semuanya ada pada jalur yang sesuai dengan asas kesamaan non diskriminasi.
Walau bagaimanapun kuatnya suatu negara tetap saja, sebahagian dari kita masih membutuhkan uluran tangan kekuasaan, untuk membantu saudara2 kita yang terlambat atau terbelakang dalam memenuhi kebutuhannya.
SUBSIDI Negara harus tetap ada, namun harus dilaksanakan sesuai dnegan asas kejujuran dan keterbukaan dan kesamaan derajad bagi seluruh rakyat, di sektor2 yang benar benar membutuhkannnya
Salam sejahtera,
Zen Muttaqin.
Sumber : http://ift.tt/1vzqedT