Usai Rachmawati Buru Rekening Jokowi ke Luar Negeri
Nyaris tak ada yang tidak mengenal Rachmawati Soekarnoputri di Indonesia. Terlebih dengan embel-embel Soekarno di nama belakang, membuat perempuan 27 September 1950 mampu mengundang hormat dari sebagian masyarakat negeri ini. Seorang putri pahlawan proklamasi, pendiri sebuah negara terbesar di Asia Tenggara. Ia kerap melakukan berbagai gebrakan dengan berbagai sikap politiknya. Pertanyaan tersisa, siapa dia di tengah pertarungan politik Indonesia hari ini?
Kemarin, Rabu (15/10), sosok tersebut kembali menjadi pemberitaan, terutama di berbagai media online. Bukan soal prestasi yang membanggakan yang memiliki dampak positif bagi masyarakat. Tidak juga tentang gagasan bagaimana bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Ia hanya kembali membicarakan soal rekening Joko Widodo, presiden terpilih Republik Indonesia 2014.
Hal itu diumbar oleh mantan tokoh Partai Nasional Demokrat dan Partai Pelopor, di depan media. Bekerja sama dengan Progres 98, ia mengaku telah menelusuri sendiri hal itu sampai ke luar negeri.
Satu sisi, ia terlihat begitu bekerja keras untuk bisa membuktikan bahwa tuduhan Jokowi tersangkut rekening luar negeri bukanlah mengada-ada. Tak terbayang, berapa banyak uang yang harus dikeluarkannya untuk bisa menelusuri rekening Jokowi hingga ke beberapa negara. Pastinya, tidak sedikit.
Sebab, tentu ia membutuhkan penginapan dan biaya transportasi berikut konsumsi sepanjang perjalanannya untuk misi tersebut. Apalagi jika itu memang semata-mata dilakukan demi negaranya, agar bersih dari perilaku culas dan korup.
Sayangnya inisiatif yang ia lakukan itu, tak terlihat sebagai upaya sebagai bagian kontribusinya untuk negara. Lantaran jamak diketahui siapa sosok tersebut di tengah percaturan politik Indonesia selama ini.
Ia adalah pendukung calon presiden yang gagal di Pemilihan Presiden 2014. Iapun masih berseteru dengan kakaknya sendiri, Megawati Soekarnoputri.
Dengan kacamata sederhana saja akan telanjang terlihat, upaya yang dilakukannya itu tak lebih sebagai bagian skenario untuk menjegal presiden terpilih, Joko Widodo. Ia berharap dengan membuat kehebohan begitu rupa, maka publik bisa terkecoh untuk mengiyakan, bahwa Jokowi setali tiga uang dengan pejabat korup di negeri ini.
Saya pribadi melihat satu alur sangat jelas dari manuver politik yang dilakukan oleh putri Soekarno ini, masih senada dengan alur manuver yang dilakukan Koalisi Merah Putih. Terdapat kesan kuat bahwa kelompok tersebut sudah menyusun strategi begitu rupa. Halus dan cenderung rapi.
Rachmawati berada di gerbong tersebut, dengan langkah-langkah yang sudah disiapkan, untuk tidak bertabrakan dengan desain strategi kelompoknya. Ibarat perang, Jokowi adalah musuh, maka ia tak bisa diserang hanya dari satu sisi saja. Harus ada serangan dari berbagai sisi, harapannya agar pertahanan pihak lawan melemah dan kemudian dengan mudah dipatahkan.
Melihat dari perspektif strategi, hal itu memang sangat terlihat brilian. Mengutip kembali teori perang, jika mendiamkan pihak lawan bergerak tanpa mengusiknya, maka hanya akan membuat lawan kian menguat dan akan sulit ditaklukkan.
Butuh prajurit yang bisa masuk ke pihak lawan, didukung dengan pasukan pemecah konsentrasi lawan lewat propaganda, dan para penyerang dengan berbagai spesialisasi. Spesialisasi masing-masing itu menjadi kekuatan, yang jika disatukan akan menjadi kekuatan dahsyat untuk menjatuhkan atau bahkan memusnahkan lawan sekaligus.
Di sinilah Rachmawati bermain. Ia sangat menyadari bahwa dirinya adalah tokoh bangsa sekaligus berasal dari keluarga yang memang sangat terpandang. Itu tentu saja merupakan sebuah kelebihan. Kekuatan ini sedang digunakannya dengan sangat baik.
Eksesnya sangat banyak masyarakat yang akhirnya terkecoh dan benar-benar membenarkan apa saja yang dikatakannya. Apa saja yang ia umbar cenderung akan terlihat sebagai sebuah kebenaran. Di sinilah terjadi amnesia massal, seolah ketokohan identik dengan kebenaran.
Korban dari praktik culas begini tentu saja adalah masyarakat. Terutama mereka yang terjebak ke dalam militansi tanpa adanya sikap kritis dalam melihat, sejauh mana kebenaran dari sebuah kabar yang diembuskan.
Rachmawati mengetahui, militansi pengikut di gerbongnya, dari “tim hore” hingga pelaku lapangan, pasti akan mendukung apa saja manuvernya yang dikira akan menguntungkan kelompok tersebut.
Logika yang sedang dijalankan tidak lagi, sejauh mana sebuah terobosan itu bermanfaat bagi masyarakat. Tapi sejauh mana hal ini menguntungkan bagi kepentingan kelompok.
Mereka bahkan tidak peduli, jika katakanlah berbagai skenario itu berhasil, Jokowi bisa dijatuhkan, siapakah sosok yang mau diajukan sebagai pemimpin di negeri ini. Amien Rais? Prabowo Subianto? Fadli Zon? Anis Matta? Atau, Rachmawati sendiri yang pantas menjadi presiden pada saat skenario itu berhasil?
Tentu saja, yang menyebut mereka pantas memimpin negeri ini tak lebih dari pengikutnya saja. Sebab masyarakat saat ini tak lagi hidup di zaman rezim dengan seluruh informasi berada dalam kontrol. Publik dengan mudah mengakses berbagai informasi dengan mudah.
Yang sebenarnya sulit, tak lebih daripada gembar-gembor Rachmawati bahwa ia sudah berhasil mendapatkan data kuat bahwa Joko Widodo memiliki rekening luar negeri. Tapi jika benar ia melakukan ini, dan tidak mengada-ada, mungkin ia layak mendapatkan aplaus karena telah membuka sebuah kebenaran.
Hanya sejauh mana omongan seorang Rachmawati bisa dipercaya? Wallaahu a’lam
Sumber : http://ift.tt/1sT8I2M