Suara Warga

Analisis Waras terhadap Para Pembenci SBY

Artikel terkait : Analisis Waras terhadap Para Pembenci SBY



Pemerintahan SBY yang sudah berjalan selama 10 tahun, tentu memiliki banyak kekurangan. Dalam berbagai kesempatan, SBY menyampaikan permintaan maaf terhadap berbagai hal yang masih kurang. SBY mengakui, masih banyak kekurangan dalam membangun bangsa selama 10 tahun tersebut. Kalau diurutkan dan dideretkan, jumlah kekurangannya mungkin saja panjang dan lebar di berbagai bidang. Wajar, karena bangsa ini adalah bangsa besar yang punya ribuan gudang masalah, dan PR yang harus diselesaikan.



Namun, buat orang waras seperti saya, mengakui bahwa pemerintahan SBY juga berhasil menorehkan sejumlah pencapaian. Sebagian pencapaian biasa, standar. Sebagian lain adalah pencapaian yang luar biasa dan belum ditorehkan oleh pemerintahan sebelumnya. Yang paling kentara adalah pencapaian ekonomi dengan masuknya Indonesia ke dalam kelompok G-20 dan sebagai kekuatan ekonomi (daya beli) nomor 10 dunia. Satu-satunya negara Asean yang masuk G-20. Serta sejumlah hal lainnya.



Artinya kelebihan dan kekurangan adalah dua sisi mata uang, yang melekat pada diri seseorang atau kelompok dalam melakukan aktivitasnya. Tidak ada manusia sempurna di muka bumi ini. Maka menjadi sebuah hal yang tidak masuk akal dan kurang pas, jika sejumlah orang hanya melihat kekurangan pemerintahan SBY, dan sama sekali tidak mau melihat kelebihannya. Beberapa orang yang bisa saya sebutkan di sini, memiliki pendapat demikian adalah pengamat politik yang ternyata partisan Boni Hargens, mantan juru bicara presiden Abdurahman Wahid yaitu Adhi Massardi dan anggota DPR dari Golkar Bambang Soesatyo. Silakan googling deh, bagaimana pendapat mereka terhadap pemerintahan SBY. Aroma kebencian dan ketidaksukaan menjadi balutan kuat dalam setiap pendapatnya. Sehingga, kita sulit mendapatkan pendapat yang bernas serta jernih dari ketiga orang tersebut.



Sebagian media massa mengutip pernyataan mereka dengan gembira, karena isi pendapatnya memang menarik, disampaikan dengan suara keras, dan dengan pilihan kata-kata yang nyerempet-nyerempet bombastis. Cocoklah sebagai perwakilan yang menyuarakan ketidakberesan pemerintah. Sayang sekali, kadang isi pendapatnya hanya memuaskan dahaga mencibir pihak lain, tanpa data dan fakta yang sesuai. Memang enak dan lezat mencibir, melecehkan dan menghina pihak lain. Sehingga kadang lupa, bahwa diri sendiri ternyata punya kelemahan yang mungkin jauh lebih banyak dibanding yang dicibir.



Bahkan Bambang Soesatyo, vokalis Golkar di DPR juga rajin meluncurkan sejumlah buku khusus, untuk mengkritik pemerintahan SBY. Judul-judulnya cukup menarik, seperti Indonesia Gawat Darurat. Mungkin terinspirasi hasil kajian bahwa Indonesia adalah negara yang terancam bangkrut, tapi sampai sekarang nggak bangkrut-bangkrut tuh. Jangan-jangan nasib bukunya sama seperti buku karya Dr. George Yunus Aditjondro yaitu Gurita Cikeas, yang ternyata isinya hanya jiplak sana catut sini, tanpa konfirmasi sehingga data dan faktanya tidak akurat. Hanya cari sensasi.



Mengkritik boleh. Tapi sertakan dengan data dan fakta yang akurat serta berimbang. Biar kritikannya didengar. Capek kan mengkritik tapi tidak pernah didengar oleh yang dikritik. Atau memang itu tujuannya, sekadar mencari panggung popularitas.






Sumber : http://ift.tt/1q9OrWl

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz