Pilih Jokowi atau Prabowo Sebagai Antitesa SBY?
Terbesit harapan dan dambaan dalam diri rakyat Indonesia, siapapun presiden terpilih di Pilpres 2014 adalah antitesa dari gaya kepemimpinan SBY yang selama ini dicitrakan lemah, tidak tegas dan peragu dalam mengambil keputusan. Citraan ini sempat ditudingkan kepada SBY yang masa jabatannya sebagai presiden akan berakhir bersamaan dengan dilantiknya presiden Indonesia baru hasil Pilpres 2014 pada 20 Oktober nanti. Dalam artian siapapun presiden terpilih memenangi Pilpres 2014 sebagai presiden Indonesia yang baru memiliki gaya kepemimpinan berwibawa, tegas dan tidak peragu sebagai antitesa gaya kepemimpinan SBY yang dicitrakan lemah, tidak tegas dan peragu.
Sementara kalau simak dari pencitraan maupun gaya kepemimpinan antara sosok Jokowi dan Prabowo beda kutub. Jokowi dicitrakan sebagai sosok pemimpin yang merakyat, jujur dan sederhana. Sementara Prabowo dicitrakan sebagai sosok pemimpin yang berwibawa dan tegas. Berikutnya kita sandingkan, bandingkan dan tandingkan, siapakah di antara keduanya yang lebih layak ditempatkan sebagai antitesa gaya kepemimpina SBY yang dicitrakan lemah, tidak tegas dan peragu dalam mengambil keputusan, Jokowi atau Prabowo?
Di sini belum berani menjustifikasi kepastian bahwa siapa yang bakal dilantik jadi presiden di SU MPR pada 20 Oktober nanti, bisa Jokowi, tidak menutup kemungkinan justru Prabowo. Pasalnya, kendati pasangan Jokowi - JK dinyatakan memenangi Pilpres 2014 oleh KPU, tapi itu belum final. Karena masih berlangsung adanya sidang gugatan sengketa hasil Pilpres 2014 yang diajukan oleh kubu Prabowo – Hatta ke Mahkamah Konstitusi (MK), lantaran dianggap dan dinilai telah terjadi kecurangan dalam proses rekapitulasi penghitungan suara oleh KPU. Di mana dalam sidang MK ini menjadi finalisasi keputusan menentukan siapa pemenangnya menuju ke RI-1, Jokowi atau Prabowo. Kita tunggu hasil putusan MK pada 21 Agustus nanti.
Terlepas dari hasil putusan sidang MK. Kembali soal pilihan siapa di antara kedua nama ini dengan kepemilikan masing-maing pencitraannya yang layak ditempatkan sebagai antitesa gaya kepemimpinan SBY yang dicitrakan tidak tegas dan peragu? Pilih Jokowi dengan citraan pemimpin yang merakyat, jujur dan sederhana, atau pilih Prabowo dengan citraan pemimpin yang berwibawa dan tegas?
Sebagaimana harapan dan dambaan rakyat Indonesia, di tengah terjadinya krisis kepemimpinan dan krisis-krisis multidimensional lainnya yang melanda negeri ini, yang kita butuhkan saat ini siapapun terpilih sebagai presiden Indonesia 2014 – 2019 adalah sosok pemimpin yang kuat (strong leadership), tidak lemah, tegas, dan tidak peragu. Bagaimana negeri ini dikelola dengan baik untuk bisa membawa kemakmuran, perbaikan nasib dan demi kesejahteraan kalau pemimpinnya tidak kuat (strong leadership), lemah, tidak tegas, peragu, dan dikendalikan serta bertekuk lutut mengabdi pada kepentingan pihak asing.
Jadi kata kunci dari siapapun presiden Indonesia 2014 -2019, yang menjadi harapan dan dambaan rakyat adalah sosok pemimpin yang kuat (strong leadership), mandiri, tidak lemah, tegas dan tidak peragu dalam mengambil keputusan yang berpihak pada kebenaran dan berpihak kepada kepentingan rakyat, bukan malah yang bertekuk lutut mengabdi pada kepentingan pihak asing.
Di pundak presiden terpilih inilah, nasib, harapan, dan masa depan bangsa dipertaruhkan, mau dibawa ke mana negeri ini. Semoga harapan dan dambaan akan datangnya pemimpin yang kuat, berwibawa, tidak lemah, tegas sebagai antitesa gaya kepemimpinan SBY, juga selaras dengan hasil putusan sidang MK.
Sumber : http://ift.tt/1ls0bg8