Jokowi-JK Insya Allah Memberi Keteladanan
Pada tanggal 25 Agustus 2014, saya dan kawan-kawan aktivis 77/78 bersilaturrahim kepada KH. A. Hasyim Muzadi di kediamannya di Pondok Pesantren Al Hikam, Depok, Jawa Barat.
Beliau dalam taushiyahnya memberi penekanan pentingnya keteladanan. Menurut KH. Hasyim yang langka di negeri kita ini adalah keteladanan dari pemimpin paling tinggi sampai paling rendah tidak memberi keteladanan.
Pertanyaannya, keteladanan bagaimana yang harus diberikan oleh seorang pemimpin supaya diikuti oleh rakyat?
Setidaknya 5 (lima) hal yang harus diteladankan oleh pemimpin di semua tingkatan. Pertama, kesederhanan. Sederhana dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan amat penting karena mayoritas rakyat Indonesia masih sederhana akibat kurang pendidikan dan kurang harta. kalau seorang pemimpin menyampaikan pikiran dan pandangan secara sederhana, maka akan mudah dipahami dan diikuti.
Begitu juga kalau seorang pemimpin menampakkan diri dengan penuh keserhanaan, maka rakyat akan mengikutinya pula. Sikap sederhana dari seorang pemimpin sangat diperlukan karena Indonesia kelihatan dari luar seolah-olah sudah maju, sejatinya belum maju. Kita maju dari utang yang terus bertambah, baik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun swasta.
Sebagai gambaran, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI mencatat hingga akhir September 2013 utang pemerintah Indonesia telah mencapai Rp 2.273 triliun (DetikFinance, 28/10/2013). Akibatnya cicilan utang pokok dan cicilan bunga terus bertambah setiap tahun. Pada tahun 2013, pemerintah Indonesia harus membayar cicilan utang pokok dan cicilan bunga sebesar Rp 272,219 triliun. Kita sekarang ribut subsidi BBM yang membebani APBN kita dan mengakibatkan defisit anggaran yang besar. Kita tidak pernah mempersoalkan dan mencari jalan keluar dari jebakan utang yang memiskinkan negeri kita ini.
Kedua, kerendahan hati. Pemimpin harus rendah hati kepada rakyat yang dipimpinnya. Sikap rendah hati diwujudkan dengan melayani rakyat. Pemimpin itu digaji dan mendapat fasilitas dari negara melalui hasil pajak dan bahkan dari utang, maka tidak punya pilihan harus melayani rakyat dengan penuh kerendahan hati. Tidak boleh sombong dan angkuh.
Ketiga, dekat dengan rakyat. Pemimpin tidak boleh berada di atas menara gading. Dia harus dekat dengan rakyat, dalam pikirannya, sikap politiknya dan perbuatannya. Dengan demikian semua kebijakan yang dikeluarkan sebagai pemimpin adalah untuk sebesar-besar bagi kemajuan rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin seperti ini masih langka di negeri kita, hanya nampak dekat dipermukaan, tetapi kebijakan politik yang diambil lebih menguntungkan orang atas. Akibatnya rakyat jelata tidak memperoleh kemajuan dari para pemimpin.
Keempat, mengutamakan rakyat. Pemimpin yang baik adalah yang mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan yang dipimpinnya. Ini juga masih langka dan nayaris tidak dimiliki para pemimpin.
Pemimpin itu tidak hanya yang dipemerintahan, tetapi juga di parlemen yang dipilih rakyat untuk mewakili mereka, bahkan di yudikatif, para hakim yang diberi amanah untuk mengadili suatu perkara dengan seadil-adilnya dan sejujur-jujurnya.
Kelima, harus amanah. Pemimpin harus memelihara kepercayaan dengan berkata benar dan bertindak yang benar pula sesuai yang dikatakan sehingga dipercaya oleh rakyat.
KH. A. Hasyim Muzadi berkata, insya Allah kepemimpinan Jokowi-JK bisa memberi keteladanan kepada bangsa Indonesia, supaya bangsa ini segera bangkit menjadi maju, adil, sejahtera dan hebat.
Wallahu a’lam bisshawab
Sumber : http://ift.tt/1r0iZbP
Beliau dalam taushiyahnya memberi penekanan pentingnya keteladanan. Menurut KH. Hasyim yang langka di negeri kita ini adalah keteladanan dari pemimpin paling tinggi sampai paling rendah tidak memberi keteladanan.
Pertanyaannya, keteladanan bagaimana yang harus diberikan oleh seorang pemimpin supaya diikuti oleh rakyat?
Setidaknya 5 (lima) hal yang harus diteladankan oleh pemimpin di semua tingkatan. Pertama, kesederhanan. Sederhana dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan amat penting karena mayoritas rakyat Indonesia masih sederhana akibat kurang pendidikan dan kurang harta. kalau seorang pemimpin menyampaikan pikiran dan pandangan secara sederhana, maka akan mudah dipahami dan diikuti.
Begitu juga kalau seorang pemimpin menampakkan diri dengan penuh keserhanaan, maka rakyat akan mengikutinya pula. Sikap sederhana dari seorang pemimpin sangat diperlukan karena Indonesia kelihatan dari luar seolah-olah sudah maju, sejatinya belum maju. Kita maju dari utang yang terus bertambah, baik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun swasta.
Sebagai gambaran, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI mencatat hingga akhir September 2013 utang pemerintah Indonesia telah mencapai Rp 2.273 triliun (DetikFinance, 28/10/2013). Akibatnya cicilan utang pokok dan cicilan bunga terus bertambah setiap tahun. Pada tahun 2013, pemerintah Indonesia harus membayar cicilan utang pokok dan cicilan bunga sebesar Rp 272,219 triliun. Kita sekarang ribut subsidi BBM yang membebani APBN kita dan mengakibatkan defisit anggaran yang besar. Kita tidak pernah mempersoalkan dan mencari jalan keluar dari jebakan utang yang memiskinkan negeri kita ini.
Kedua, kerendahan hati. Pemimpin harus rendah hati kepada rakyat yang dipimpinnya. Sikap rendah hati diwujudkan dengan melayani rakyat. Pemimpin itu digaji dan mendapat fasilitas dari negara melalui hasil pajak dan bahkan dari utang, maka tidak punya pilihan harus melayani rakyat dengan penuh kerendahan hati. Tidak boleh sombong dan angkuh.
Ketiga, dekat dengan rakyat. Pemimpin tidak boleh berada di atas menara gading. Dia harus dekat dengan rakyat, dalam pikirannya, sikap politiknya dan perbuatannya. Dengan demikian semua kebijakan yang dikeluarkan sebagai pemimpin adalah untuk sebesar-besar bagi kemajuan rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin seperti ini masih langka di negeri kita, hanya nampak dekat dipermukaan, tetapi kebijakan politik yang diambil lebih menguntungkan orang atas. Akibatnya rakyat jelata tidak memperoleh kemajuan dari para pemimpin.
Keempat, mengutamakan rakyat. Pemimpin yang baik adalah yang mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan yang dipimpinnya. Ini juga masih langka dan nayaris tidak dimiliki para pemimpin.
Pemimpin itu tidak hanya yang dipemerintahan, tetapi juga di parlemen yang dipilih rakyat untuk mewakili mereka, bahkan di yudikatif, para hakim yang diberi amanah untuk mengadili suatu perkara dengan seadil-adilnya dan sejujur-jujurnya.
Kelima, harus amanah. Pemimpin harus memelihara kepercayaan dengan berkata benar dan bertindak yang benar pula sesuai yang dikatakan sehingga dipercaya oleh rakyat.
KH. A. Hasyim Muzadi berkata, insya Allah kepemimpinan Jokowi-JK bisa memberi keteladanan kepada bangsa Indonesia, supaya bangsa ini segera bangkit menjadi maju, adil, sejahtera dan hebat.
Wallahu a’lam bisshawab
Sumber : http://ift.tt/1r0iZbP