Suara Warga

Partai Islam Yang Tidak Islami Vs Partai Sekuler Yang Islami

Artikel terkait : Partai Islam Yang Tidak Islami Vs Partai Sekuler Yang Islami

Pendeknya politik adalah ilmu yang mempelajari siapa dapat apa, kapan dan bagaimana. Manusia sudah mulai berpolitik semenjak ia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya bahkan anak kecil usia dibawah 5 tahun pun sudah berpolitik. Pernahkah anda melihat anak usia 4 tahun merayu ibunya, mencium, bilang sayang hanya untuk sebungkus permen? tahukah anda apa yang dilakukan anak kecil itu sesungguhnya sedang “berpolitik”. Mencium ibu, merayu bapak agar dibelikan permen.

Semakin dewasa anak kecil itu akan semakin lihay, dan bila ia terjun dalam dunia politik sesungguhnya ia dan bahkan semua manusia didunia ini sudah memiliki “gen politik”. Yang membedakan satu dengan yang lainnya terletak pada “CARA” bagaimana ia menjalankan politik.

Politik tidak mengenal kawan dan lawan karena yang ada didalam politik adalah kepentingan. Jangan berharap 1+1=2 dalam dunia politik karena 1+1= bisa menjadi 5, 6 atau 7 bahkan jawaban yang tidak masuk akal sekalipun. Dan bisa jadi orang yang menjawab 1+1=5 itu berasal dari partai Islam. Lantas apakah politik identik dengan kebusukan? jawabannya lagi-lagi tergantung dari “CARA” + “TUJUAN”

Secara etomologi mungkin kata “politik” bisa disebut dengan “Siyasah” alias “siasat” atau “taktik”. Secara praktikal bagaimana sesorang atau kelompok membuat semacam “taktik” untuk mendapatkan sesuatu.

Siyasah dalam Islam ditujukan untuk kemaslahatan umat, kata umat disini bukan berarti sempit alias hanya untuk agama atau golongan tertentu saja tapi justru sebaliknya karena prinsip dasar Islam adalah “Rahmatan Lil Alamin” rahmat atau berkah bagi seluruh alam.

Tapi apa yang terjadi dengan partai-partai Islam di Indonesia saat ini? salahkah bila saya mengatakan partai Islam saat ini bersiyasah dalam mengejar kepentingan yang sempit?

Mari Kita Bicara Lebih Ekstrim Lagi

Dari segi tujuan, menurut saya sangat tidak ada bedanya antara partai Islam, partai sekuler atau bahkan partai berhaluan komunis sekalipun karena semua partai politik itu memiliki tujuan yang sama yakni berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan. Yang seharusnya dapat membedakan mana partai Islam, sekuler atau komunis cuma pada “CARA” tapi lihatlah sekarang “CARA” yang di gunakan pun terasa tidak ada bedanya.

Islam tidak melarang kita untuk bersiyasah sepanjang “CARA” dan “TUJUAN” kita bersiyasah sesuai dengan ajaran Islam. Bagaimana menurut anda bila ada tokoh atau partai Islam menggunakan “CARA” yang dilarang Islam seperti: memfitnah, memanipulasi dan berburuk sangka? salahkah bila ada yang mengatakan kalau ada partai Islam yang seperti itu sesungguhnya partai Islam tersebut lebih komunis dari partai komunis itu sendiri?

Orang akan wajar bila “CARA” yang digunakan untuk mendapatkan kekuasaan dilakukan dengan “CARA” memfitnah, memanipulasi dan berburuk sangka itu dilakukan oleh partai komunis tapi bagaimana bila justru yang melakukannya berasal dari partai agamais? bukankah ia bahkan lebih komunis dari komunis itu sendiri?

Seharusnya

Seharusnya memang tidak ada partai Islam, karena menurut saya yang seharusnya ada adalah partai yang Islami alias partai yang berjuang untuk kepentingan semua manusia didunia menggunakan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Katakan batil bila itu batil katakan benar bila itu benar, ingatlah yang namanya batil tetaplah batil jangan kita bersiyasah mengatakan yang batil itu benar dengan berharap kebatilan itu akan menjadi kebenaran bila kita mengatakan yang batil itu benar! (sama seperti 1+1=7) . Bila ada golongan atau partai Islam yang mengatakan yang batil itu benar dengan dalil “bersiyasah” maka tidak perlu kita menggunakan ideologi Islam untuk membuat partai cukuplah partai yang Islami.

Kesucian ajaran Islam akan ternodai bila kita tetap “ngotot” mempertahankan ideologi partai bila “CARA” yang digunakan justru tidak menggunakan cara Islami tapi kebalikannya bagi partai yang berideologi sekuler bila ia berpolitik menggunakan kaedah Islam maka ia lebih Islam dari parai Islam itu sendiri.

Wallahualam




Sumber : http://ift.tt/1uDE1AB

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz