Suara Warga

BBM : Saatnya Memerdekakan Saudara-saudara Di Penghujung Negeri

Artikel terkait : BBM : Saatnya Memerdekakan Saudara-saudara Di Penghujung Negeri

Orang tua biasanya paling tidak ingin anak-anaknya sengsara dan menderita. Itu sudah pasti. Tidak ada orang tua yang memiliki niat untuk melepaskan anak-anaknya sendirian.

Sejak bayi, beranjak balita, kemudian memasuki sekolah dasar, menengah dan atas sampai akhirnya menjadi sarjana. Orang tua menginginkan anak-anaknya masuk sekolah yang terbaik kualitasnya. Terkadang sampai tidak peduli dengan biayanya. Kalau biaya kurang, bagaimana caranya harus dicari kekurangannya. Setiap kebutuhan hidup juga harus tersedia. Makanan pokok 4 sehat 5 sempurna adalah wajib. Baju baru akan dibelikan tiap hari raya. Uang jajan tersedia. Keperluan sekolah dipenuhi.

Memasuki dunia kerja, banyak orang tua yang punya relasi kanan kiri menjadi sibuk. Semua perusahaan dimana rekanan orang tua berada diarahkan untuk dipilih oleh sang anak. Untuk mempermudah si anak mendapat pekerjaan, orang tua menyanggupi untuk membayar berbagai tes. Ketika akhirnya si anak berhasil menjadi karyawan, orang tua tetap belum tega melepas sendirian. Apalagi si anak masih satu rumah dengan orang tuanya. Orang tua masih memiliki alasan untuk terus membantu anaknya – terutama dalam soal keuangan.

Di usia menjelang 30 tahun, si anak memutuskan untuk menikah. Dia sudah siap untuk membangun rumah tangga bersama perempuan yang dicintainya. Walaupun secara ekonomi, keduanya belum terlalu mapan, tetapi mereka memutuskan untuk menjalani mahligai kehidupan bersama-sama. Orang tua yang memang mengetahui si anak belum terlalu mapan, tidak tega. Namun, ia akhirnya harus sadar bahwa dia harus melepaskan anaknya untuk bisa mandiri di atas kaki sendiri. Dia harus membiarkan anaknya menjadi kepala keluarga yang utuh dan bebas dari pengaruh orang lain - termasuk orang tuanya.

Analogi diatas memberikan gambaran bahwa tidak bisa selamanya pemerintah ‘menyusui’ masyarakatnya. Di usia 69 tahun, Indonesia sudah sepuh. Seharusnya Indonesia sudah bisa ‘pensiun’ menyusui rakyatnya. Gantian rakyatnyalah yang memberikan susu kepada negaranya. Saatnya Indonesia menikmati hasil jerih payah selama 60 tahun lebih. Sudah bukan lagi saatnya Pemerintah Indonesia sebagai seorang Bapak diusianya ke-69 masih ‘menyusui’ anaknya.

Kita sebagai anak-anaknya perlu lebih introspeksi diri. Mengapa sudah lebih dari 60 tahun, kita masih belum bisa mandiri? Masih banyak anak belum menikmati pendidikan tinggi. Masing banyak ibu melahirkan dan bayi yang meninggal. Masih banyak masyarakat yang terisolasi karena minimnya infrastruktur. Masih banyak masyarakat pedalaman berperilaku buang air besar sembarangan sehingga menyebabkan diare dan penyakit berbahaya lainnya. Masih banyak daerah yang belum menikmati air bersih. Dan masih banyak pergumulan bangsa lainnya.

Beberapa negara berikut memiliki hari kemerdekaan yang berbeda-beda. Brunei Darussalam merdeka 1 January 1984. Malaysia merdeka 31 Agustus 1957. Singapura merdeka 9 Agustus 1965. Uni Emirat Arab merdeka 2 Desember 1971. Korea Selatan merdeka 15 Agustus 1945.

Semua Negara diatas sudah kita ketahui semua status ekonomi negaranya. Mereka mampu berdiri di kaki sendiri dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan Korea Selatan, sudah menjadi salah satu macan asia sejak tahun 1990an. Jepang, yang luluh lantak oleh bom atom – harus merevolusi mental mereka – dan melakukan ‘pertobatan nasional’ sehingga mereka saat ini akhirnya menjadi Negara yang sangat disegani didunia.

Sudah saatnya, Indonesia bergerak. Kita sebagai anak-anak Indonesia sudah saatnya memutuskan untuk mandiri dan berdiri di kaki sendiri. Sudah saatnya kita memberikan sumbangsih kepada Negara, bukan hanya meminta terus kepada Negara yang sudah sepuh ini. Kita perlu percaya pada pemimpin kita. Untuk itulah kita memilih Joko Widodo sebagai Presiden RI ke-7. Walaupun berat, namun kita harus memutuskan untuk mandiri dan memerdekakan saudara-saudara kita di penghujung negeri ini yang sampai sekarang masih terabaikan.

Salam dari saya di ujung Kalimantan Barat.




Sumber : http://ift.tt/1pk9iag

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz