PKS Penyebab PPP Membelot
Membelotnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke kubu Koalisi Indonesia Indonesia (KIH) lantaran tidak diberi ruang dalam perebutan kursi MPR. Karena merasa dipinggirkan, tidak diakomodir dan tidak diberi posisi itulah akhirnya PPP yang notabene loyal kepada KMP harus memisahkan diri dengan lima partai lainnya, lebih terang lagi PKS lah yang menyebabkan PPP berpindah haluan.
Seperti yang dimuat dalam laporan Tempo PPP berkukuh meminta jatah Wakil Ketua MPR kepada KMP. Namun, KMP tidak memberikan posisi yang diminta PPP itu. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PPP Syaifullah Tamliha, jatah Wakil Ketua MPR untuk PPP terganjal oleh Partai Keadilan Sejahtera. Tamliha menyebut PKS tidak mau mengalah.
“Kami juga tahu posisi kami hanya urutan keenam, tapi kan sudah perjanjian. Kalau kami tidak dikhianati, tentu kami sekarang sudah dapat posisi Wakil Ketua MPR (dari koalisi Prabowo),” ujarnya di gedung DPR, Selasa, 7 Oktober 2014.
Posisi Wakil Ketua MPR, kata Tamliha, sudah harga mati bagi PPP. “Bukan karena haus kekuasaan, tapi ini soal komitmen,” ia berkilah. PPP mengajukan Hasrul Azwar sebagi pemimpin MPR. “Selain karena beliau senior di PPP, berpengalaman sebagai pimpinan DPRD Sumatera Utara, dia juga ketua fraksi dan memiliki posisi di DPP.” http://ift.tt/1pK3hOk
Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Partai Keadilan Sejahtera lah biang dari retaknya KMP. Sebagai partai yang bernafaskan Islam apa salahnya PKS sedikit mengalah, nrimo dan memberikan posisi Wakil Ketua MPR tersebut kepada PPP. Apalagi kedua partai ini sama-sama berazazkan Islam, satu ideologi dan satu ukhuwah. Tapi hal tersebut tidak berlaku pada PKS. Politik orientasinya tetap kekuasaan, PKS pun menerapkannya.
Sebelumnya, PKS telah diberi posisi Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dikirim untuk menjabat posisi tersebut. Sedangkan PPP tidak mendapatkan apa-apa, jadi wajar ketika pemeilihan anggota pimpinan MPR PPP meminta hak nya, insentif setelah loyal dan berdarah-darah mendukung Prabowo Subianto, Capres dari Gerindra.
Jika ditilisik jauh kebelakang, dukungan PPP ke Prabowo tidak berjalan mulus. Bahkan partai berlambang Kabbah ini hampir pecah karena terjadi beragam friksi ditubuh partai tersebut soal dukungan Capres. Tapi SDA tetap menjatuhkan pilihan ke Prabowo meskipun dengan resiko ditinggalkan para kadernya.
Pengorbanan yang teramat besar itu tidak dimengerti oleh koalisi merah putih, terlebih lagi oleh PKS. Jika PKS memahami betul dan memang menerapkan syariat dalam berpolitik maka mereka akan mengalah dan memberikan posisi pimpinan ke PPP. Tapi akibat kengototan PKS dan haus akan jabatan KMP terancam tidak solid bahkan mungkin PPP akan bergabung ke pemerintahan Jokowi.
Sumber : http://ift.tt/1qn3kyP
Seperti yang dimuat dalam laporan Tempo PPP berkukuh meminta jatah Wakil Ketua MPR kepada KMP. Namun, KMP tidak memberikan posisi yang diminta PPP itu. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PPP Syaifullah Tamliha, jatah Wakil Ketua MPR untuk PPP terganjal oleh Partai Keadilan Sejahtera. Tamliha menyebut PKS tidak mau mengalah.
“Kami juga tahu posisi kami hanya urutan keenam, tapi kan sudah perjanjian. Kalau kami tidak dikhianati, tentu kami sekarang sudah dapat posisi Wakil Ketua MPR (dari koalisi Prabowo),” ujarnya di gedung DPR, Selasa, 7 Oktober 2014.
Posisi Wakil Ketua MPR, kata Tamliha, sudah harga mati bagi PPP. “Bukan karena haus kekuasaan, tapi ini soal komitmen,” ia berkilah. PPP mengajukan Hasrul Azwar sebagi pemimpin MPR. “Selain karena beliau senior di PPP, berpengalaman sebagai pimpinan DPRD Sumatera Utara, dia juga ketua fraksi dan memiliki posisi di DPP.” http://ift.tt/1pK3hOk
Jadi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Partai Keadilan Sejahtera lah biang dari retaknya KMP. Sebagai partai yang bernafaskan Islam apa salahnya PKS sedikit mengalah, nrimo dan memberikan posisi Wakil Ketua MPR tersebut kepada PPP. Apalagi kedua partai ini sama-sama berazazkan Islam, satu ideologi dan satu ukhuwah. Tapi hal tersebut tidak berlaku pada PKS. Politik orientasinya tetap kekuasaan, PKS pun menerapkannya.
Sebelumnya, PKS telah diberi posisi Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dikirim untuk menjabat posisi tersebut. Sedangkan PPP tidak mendapatkan apa-apa, jadi wajar ketika pemeilihan anggota pimpinan MPR PPP meminta hak nya, insentif setelah loyal dan berdarah-darah mendukung Prabowo Subianto, Capres dari Gerindra.
Jika ditilisik jauh kebelakang, dukungan PPP ke Prabowo tidak berjalan mulus. Bahkan partai berlambang Kabbah ini hampir pecah karena terjadi beragam friksi ditubuh partai tersebut soal dukungan Capres. Tapi SDA tetap menjatuhkan pilihan ke Prabowo meskipun dengan resiko ditinggalkan para kadernya.
Pengorbanan yang teramat besar itu tidak dimengerti oleh koalisi merah putih, terlebih lagi oleh PKS. Jika PKS memahami betul dan memang menerapkan syariat dalam berpolitik maka mereka akan mengalah dan memberikan posisi pimpinan ke PPP. Tapi akibat kengototan PKS dan haus akan jabatan KMP terancam tidak solid bahkan mungkin PPP akan bergabung ke pemerintahan Jokowi.
Sumber : http://ift.tt/1qn3kyP