Suara Warga

Perang itu BISNIS

Artikel terkait : Perang itu BISNIS



Krisis militer di berbagai belahan dunia semakin meningkatkan pesanan untuk senjata Amerika Serikat, terutama pada sistem rudal dan pertahanan udara, peralatan mata-mata, dan kendaran lapis baja. Menurut laporan pejabat pemerintah dan industri pertahanan AS, pabrik-pabrik senjata AS seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, Boeing, bersiap menghadapi permintaan banyak untuk produk-produk mereka, yang mana dengan banyaknya pembelian akan membantu menurunkan harga jual kepada militer AS.

Krisis Ukraina telah membangkitkan kembali permintaan senjata dari negara-negara Eropa yang selama ini tertidur. Sementara krisis di Irak dan Suriah juga telah mendorong negara-negara di Timur Tengah memesan lebih banyak senjata kepada AS. Dan di Asia, peningkatan pesat militer China dan ketegangannya dengan beberapa negara tetangganya telah mendorong Amerika Serikat untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan sekutunya seperti Jepang. Begitu pula dengan Korea Selatan terkait krisis dengan Korea Utara, dan juga menjalin memperdalam hubungan dengan negara-negara lainnya, termasuk mantan musuh seperti Vietnam.

“Setiap kali muncul kekacauan seperti yang terjadi di dunia saat ini, selalu berpotensi meningkatkan permintaan (senjata),” ujar Wakil Presiden eksekutif divisi aeronautika Lockheed Martin, Orlando Carlvalho, dalam Aerospace and Defense Summit di Washington minggu lalu. Menurut Carlvalho, divisi aeronautika Lockheed Martin kemungkinan akan menambah pendapatannya hingga USD 15 miliar pada tahun ini dari sebelumnya USD 14 miliar. Hal ini didorong karena meningkatnya pesanan jet tempur siluman F-35. Carlvalho memprediksi bahwa pada tahun depan, penjualan ke luar negeri dari divisinya akan tumbuh lebih dari 40 persen.

Analis pertahanan lainnya menilai keputusan Presiden Barack Obama yang meningkatkan serangan udara terhadap ISIS di Suriah dan Irak kemungkinan tidak akan memberikan dampak material bagi kontraktor-kontraktor pertahanan AS. Bahkan tindakan AS yang memerangi ISIS ini malah dapat meningkatkan permintaan pesanan produk bagi ManTech International, Leidos dan Engility, yang selama ini menyediakan layanan pendukung terkait perang untuk kendaraan dan analisis data.

AeroVironment, yang membangun drone genggam dan Alliant Techsystems dan Exelis yang merupakan pabrikan amunisi, yang selama ini banyak mendapatkan order dari Timur Tengah, juga bisa menuai keuntungan.

Intervensi Rusia di Ukraina juga telah mendorong negara-negara NATO berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 2 persen dari produk domestik bruto dalam satu dekade. Ini juga yang menjadi faktor meningkatnya pesanan untuk senjata-senjata AS. Meskipun tidak dipungkiri bahwa pengiriman senjata-senjata ini ke pelanggan akan membutuhkan waktu beberapa bulan atau bahkan tahun.

Laksamana James Shannon, seorang petinggi Angkatan Laut AS, kepada Reuters mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan tajam atas pesanan senjata dari negara-negara sekutu di Eropa sejak bulan Januari. Menurutnya, di dalam perang akan banyak informasi yang dikumpulkan. Saat ini banyak negara di dunia yang mencari pesawat pengumpul data intelijen, pesawat tanker, pesawat komando dan kontrol dan pesawat angkut militer. Dengan sekutu-sekutu mengoperasikan peralatan-peralatan tempur yang sama, maka akan memberikan keunggulan dalam setiap aksi militer bersama. Ada banyak keuntungan dengan menjadi sekutu AS.

Program senjata termahal dalam sejarah Pentagon adalah Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter, yang dikembangkan bersama oleh Amerika Serikat dan delapan sekutunya: Inggris, Australia, Kanada, Turki, Italia, Norwegia, Denmark, dan Belanda.

10 negara telah memutuskan untuk membeli F-35. Korea Selatan kemungkinan juga akan segera menyelesaikan pesanan untuk 40 unit F-35 pada tahun ini. Negara lainnya, seperti Finlandia, Polandia, dan Belgia, telah meminta dan menerima informasi tentang F-35.

Lockheed Martin berharap permintaan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Senator John McCain pekan lalu mengatakan bahwa India juga sudah menyatakan minatnya pada F-35, namun belum ada keputusan resmi dari negara itu.

Greg Kausner, dari Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa departemennya tengah mempelajari ancaman-ancaman yang berkembang saat ini dan akan memilah mana sistem senjata yang hanya dapat dijual dan mana sistem senjata yang dapat disediakan AS untuk sekutunya.

Penjualan kendaraan darat, yang merosot sejak perang di Irak berakhir, permintaannya kemungkinan juga akan meningkat di wilayah Eropa mengingat militer Rusia yang saat ini lebih agresif. General Dynamic baru saja berhasil memperoleh kontrak 3,5 miliar pound untuk melengkapi Angkatan Darat Kerajaan Inggris dengan tank khusus scout, kemungkinan kontrak seperti akan terus berdatangan dari negara-negara Eropa.




Sumber : http://ift.tt/1rChZYx

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz