“Mengapa Tahun 2014 Nihil? Dan Bagaimana 2019?“
Banyak teman orang batak yang mengeluh, atau sangat kecewa dengan pengumuman kabinet kerja presiden Jokowi. Saya juga salah satu yang sangat kecewa dengan pengumuman menteri kabinet kerja ini. Memang bisa diakui Jokowi mempunyai hak prerogatif untuk menentukan pembantunya, dan juga tidak mungkin semua akan senang dengan pengumuman tersebut.
Sebagian besar orang berfikir, bahwa kalau saya kecewa terhadap penentuan ini karena saya masih berfikir primordialisme yang tidak terukur. Kalau keterwakilan orang batak dikatakan demikian, mengapa dari papua harus ada menteri? Apakah Aris Merdeka Sirait kalah hebat dari menteri perlindungan anak yang dari papua? Dan juga banyak yang mengatakan bahwa orang batak belum bisa bekerja keras maka tidak masuk kabinet kerja. Ini mungkin juga bisa berarti orang batak adalah orang malas.
Ada yang berdpendapat bahwa orang batak dari PDIP di siagakan di parlemen supaya ada yang melawan KMP jika berulah di parlemen, kemudian saya berfikir, apakah memang orang batak hanya kemampuannya di perdebatan saja? Ada yang mengatakan calon menteri orang batak kena kartu kuning di KPK, saya berfikir apakah semua calon menteri orang batak kena kartu kuning KPK? Ada yang mengatakan gagal jadi calon mentri supaya menimba ilmu lebih banyak di DPR, saya bingung, apakah memang di DPR tempat menimba Ilmu?
Saya masih mengingat peran Maruarar Sirait, Adian Napitupulu, Efendi Simbolon, Luhut Panjaitan dan Trimedia Panjaitan di dalam kampanye pemilu presiden, belum lagi peran Ruhut Sitompul yang mendukung jokowi. Semua mereka menjadi tim pemenangan di tingkat pusat. Hasilnya bisa kita lihat di pemgungutan suara di daerah tapanuli, bahwa lebih dari 80% adalah pemilih jokowi –Jk. Kerja nyata para tim sukses ini dibuktikan oleh suara yang sangat dominan di tapanuli utara. Saya menilai apakah kerja keras mereka saat membantu Jokowi menjadi Gubernur DKI dan juga kerja keras mereka menjadi tim sukses pemilu preiden tidak membuat Jokowi melihat kegigihan mereka? bahwa salah satu dari mereka layak disebut sebagai pekerja keras yang sukses?
Mengapa bagi saya posisi menteri itu penting bagi orang batak? Memang bisa diperdebatkan, di dalam hati yang paling dalam, saya ingin ada orang batak yang tetap ada di pemerintahan, terutama di kementrian. Tradisi ini memberi semangat kepada generasi muda batak untuk tetap bersemangat dan berkarya di segala bidang. Sepengetahuan saya, setiap kali orang batak menjadi menteri maka dia tidak lupa akan daerah asalnya.
Kalau TB silalahi tidak menjadi MENPAN jaman suharto, mungkin SMU Plus yayasan soposurung tidak akan pernah ada, kalau Akbar tanjung tidak menjadi menteri mungkin SMU Plus matauli tidak akan ada, kalau luhut panjaitan tidak jadi menteri, mungkin Yayasan DEL tidak akan pernah ada. Saya befikir, jika ada salah satu orang batak, pasti dia akan membangun kampungnya, karena secara alamian masih memegang prindip “MARSIPATURE HUTANA BE”
Jika tahun 2014 tidak ada orang batak yang mengaku batak menjadi menteri, maka kita harus menatap 2019 akan lebih banyak orang batak yang akan menjadi menteri. Saya sendiri bermimpi menjadi menteri pendidikan atau menteri pertanian. Mungkin ini hanya mimpi, tetapi apakah salah bermimpi? Susi saja yang berawal dari penjual ikan bermimpi memiliki pesawat terbang bisa tercapai kemudian bisa menjadi menteri perikanan dan kelautan.
Saya mengutip pernyataan teman saya “marilah kita memperbaiki kualitas kita sebagai orang batak, kelak kita dapat menunjukkan bahwa orang batak layak terpilih dan lebih baik dari yang lainnya”.
Sumber : http://ift.tt/1yDek1o
Sebagian besar orang berfikir, bahwa kalau saya kecewa terhadap penentuan ini karena saya masih berfikir primordialisme yang tidak terukur. Kalau keterwakilan orang batak dikatakan demikian, mengapa dari papua harus ada menteri? Apakah Aris Merdeka Sirait kalah hebat dari menteri perlindungan anak yang dari papua? Dan juga banyak yang mengatakan bahwa orang batak belum bisa bekerja keras maka tidak masuk kabinet kerja. Ini mungkin juga bisa berarti orang batak adalah orang malas.
Ada yang berdpendapat bahwa orang batak dari PDIP di siagakan di parlemen supaya ada yang melawan KMP jika berulah di parlemen, kemudian saya berfikir, apakah memang orang batak hanya kemampuannya di perdebatan saja? Ada yang mengatakan calon menteri orang batak kena kartu kuning di KPK, saya berfikir apakah semua calon menteri orang batak kena kartu kuning KPK? Ada yang mengatakan gagal jadi calon mentri supaya menimba ilmu lebih banyak di DPR, saya bingung, apakah memang di DPR tempat menimba Ilmu?
Saya masih mengingat peran Maruarar Sirait, Adian Napitupulu, Efendi Simbolon, Luhut Panjaitan dan Trimedia Panjaitan di dalam kampanye pemilu presiden, belum lagi peran Ruhut Sitompul yang mendukung jokowi. Semua mereka menjadi tim pemenangan di tingkat pusat. Hasilnya bisa kita lihat di pemgungutan suara di daerah tapanuli, bahwa lebih dari 80% adalah pemilih jokowi –Jk. Kerja nyata para tim sukses ini dibuktikan oleh suara yang sangat dominan di tapanuli utara. Saya menilai apakah kerja keras mereka saat membantu Jokowi menjadi Gubernur DKI dan juga kerja keras mereka menjadi tim sukses pemilu preiden tidak membuat Jokowi melihat kegigihan mereka? bahwa salah satu dari mereka layak disebut sebagai pekerja keras yang sukses?
Mengapa bagi saya posisi menteri itu penting bagi orang batak? Memang bisa diperdebatkan, di dalam hati yang paling dalam, saya ingin ada orang batak yang tetap ada di pemerintahan, terutama di kementrian. Tradisi ini memberi semangat kepada generasi muda batak untuk tetap bersemangat dan berkarya di segala bidang. Sepengetahuan saya, setiap kali orang batak menjadi menteri maka dia tidak lupa akan daerah asalnya.
Kalau TB silalahi tidak menjadi MENPAN jaman suharto, mungkin SMU Plus yayasan soposurung tidak akan pernah ada, kalau Akbar tanjung tidak menjadi menteri mungkin SMU Plus matauli tidak akan ada, kalau luhut panjaitan tidak jadi menteri, mungkin Yayasan DEL tidak akan pernah ada. Saya befikir, jika ada salah satu orang batak, pasti dia akan membangun kampungnya, karena secara alamian masih memegang prindip “MARSIPATURE HUTANA BE”
Jika tahun 2014 tidak ada orang batak yang mengaku batak menjadi menteri, maka kita harus menatap 2019 akan lebih banyak orang batak yang akan menjadi menteri. Saya sendiri bermimpi menjadi menteri pendidikan atau menteri pertanian. Mungkin ini hanya mimpi, tetapi apakah salah bermimpi? Susi saja yang berawal dari penjual ikan bermimpi memiliki pesawat terbang bisa tercapai kemudian bisa menjadi menteri perikanan dan kelautan.
Saya mengutip pernyataan teman saya “marilah kita memperbaiki kualitas kita sebagai orang batak, kelak kita dapat menunjukkan bahwa orang batak layak terpilih dan lebih baik dari yang lainnya”.
Sumber : http://ift.tt/1yDek1o