“Lari Pak!” seru Jokowi
Hari ini dijadwalkan sebagai hari pelantikan para menteri kabinet yang menjadi punggawa Jokowi-JK, Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Yakinlah, tidak ada yang sempurna di mata pengamat, selalu akan ada pro dan kontra! Ada yang disepakati, ada yang kurang memuaskan, ada pula yang dianggap tidak tepat alias ditolak. Sebagian bertanya-tanya kenapa si A dipilih atau si B tidak dipilih, ada juga yang kecewa mendapati si C yang digosipkan terpilih ternyata tidak ada dalam daftar, dan sebagainya. Segala bentuk komentar adalah wajar. Bagaimanapun tidak mungkin kabinet itu mampu memuaskan semua pihak. Lepas dari segala pro-kontra, saya hanya ingin memaknai acara pengumuman kabinet pada hari Minggu (26/10).
Kemarin sore sekitar pukul 17.15, WIB, Presiden dan Wakil Presiden datang bersama Ibu Negara Iriana dan Ibu Wapres Mufidah. Anehnya, mereka berempat tidak berjalan berdampingan. Di depan dengan didampingi sang ajudan, Presiden Jokowi berjalan cepat setengah berlari—sebagaimana karakter beliau yang sering terlihat di televisi. Di belakangnya menyusul sosok Wapres Jusuf Kalla yang juga terlihat berjalan cepat—kadang berlari kecil—berusaha mengimbangi langkah Jokowi. Demikian halnya dengan Ibu Negara dan Ibu Wapres. Meski keduanya dibalut kain dan berkebaya, sesekali mereka juga berjalan setengah berlari kecil. Keempatnya tidak ada yang berjalan pelan ataupun lemah gemulai.
Singkat cerita, Presiden pun memulai pidato pengumuman susunan kabinet. Jokowi-JK menamai kabinetnya sebagai “Kabinet Kerja”. Hmmm… boleh juga, batin saya. Semoga bukan hanya jargon, tetapi benar-benar akan bekerja sesuai dengan semangat yang disampaikan Jokowi dalam pidato pelantikannya 20 Oktober 2014 y.l: “kerja–kerja–kerja”. Jokowi menyatakan bahwa pemilihan anggota kabinet dilakukan secara hati-hati dengan bantuan KPK dan PPATK agar akurat dan tepat. Dan kita semuanya pasti percaya pada KPK dan PPATK, demikian harapan Jokowi. Disampaikan pula bahwa yang dipilih adalah mereka yang memiliki kemampuan di bidangnya juga mempunyai operational leadership, kemampuan manajerial yang baik.
Lalu mulailah Jokowi memperkenalkan ke-34 menterinya. Dimulai dengan memanggil Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara. Sembari tersenyum, Rektor UGM sekaligus Guru Besar Ilmu Politik dan Pemerintahan yang berperawakan kecil itu menuju ke barisan dengan berjalan cepat setengah berlari. Selanjutnya dipanggil nama Andrinof Chaniago sebagai Kepala Bappenas. Sebelum dipersilakan, sosok berperawakan serupa dengan Mensesneg itu sudah berjalan pasti ke arah barisan sambil melepas senyum. Orang ketiga yang dipanggil adalah Indroyono Susilo untuk jabatan Menko Bidang Kemaritiman. Padahal sejak turun dari tangga istana, Bapak yang sempat berkantor di Roma sebagai Dirjen FAO itu sudah berlari-lari. Namun karena perawakan yang relatif tambun, beliau belum tiba di barisan ketika Jokowi mengira seharusnya sudah sampai. Hingga Jokowi sempat berseru: “Lari Pak!” Candaan ringan Jokowi dengan gaya khasnya itu membuat hadirin tertawa. Pak Menko itu pun turut tertawa sumringah meski agak terengah. “Sejak awal saya sudah berlari kok Pak Wi!” Bisa jadi begitu belia berkata dalam hati.
Seruan untuk segera berlari juga diteriakkan Jokowi saat memanggil Ignatius Jonan sebagai Menteri Perhubungan. Sosok yang sempat populer karena rela tidur di gerbong kereta itu berjalan tenang, seolah mencerminkan pribadinya. Saat menengok ke belakang dan mengetahui sosok yang baru disebutkannya itu belum tiba di barisan, Presiden berseru “Biasanya lari Pak… lari Pak!” Mantan Dirut PT KAI itu pun lalu berlari sembari melambai dan melontarkan senyum simpul.
Demikianlah sepanjang pemanggilan para menteri terasa ada “nuansa berlari”. Bukan Presiden saja yang berjalan cepat seakan hendak berlari, namun juga Wakil Presidennya. Bahkan Ibu Negara dan Ibu Wapres pun terlihat tidak segan turut berjalan cepat setengah berlari demi mendampingi kedua nahkoda negeri. Dan meski tidak semua menteri mengekspresikan kedatangannya dengan berlari cepat, namun terlihat bahwa mereka siap mengikuti kinerja Jokowi. Sudah seharusnya tercipta sinergi antara Presiden-Wapres dan Kabinetnya.
Semoga Kabinet Kerja yang terbentuk itu akan selalu siap “berlari” untuk merealisasikan program-program yang digadang-gadang akan membuat Indonesia lebih hebat. Semoga Presiden pun akan selalu tegas “menegur” jika para punggawanya mulai melambat dalam kerja dan memotivasi mereka untuk “kembali berlari”. Bukan sekadar kerja, namun kerja dengan cepat.
Tunggu dulu! Semoga Jokowi-JK juga tidak lupa memfungsikan “rem” untuk mengendalikan kecepatan kerja para menterinya kelak. Seperti halnya ketika Jokowi menyerukan kalimat “Nggak usah lari-lari Bu!” kepada Ibu Susi Pudjiastuti—Menteri Kelautan dan Perikanan—saat dilihatnya ybs. langsung berlari hingga terengah-engak sejak turun dari tangga istana. Ya, ada kalanya kecepatan kerja pun perlu dikurangi untuk mengevaluasi apakah kerja yang dilakukan sudah tepat dan sesuai untuk mencapai target. Jadi bukan hanya kerja cepat tapi juga kerja tepat!
Makna lain yang saya tangkap adalah pilihan kostum putih yang menyiratkan kesederhanaan dan kebersihan. Semoga warna putih benar-benar menggambarkan bahwa seluruh jajaran kabinet adalah orang-orang sederhana dan bersih (a.k.a antikorupsi). Bukan saja sekarang namun hingga lima tahun ke depan. Semoga kesederhanaan dan kebersihan (a.k.a kejujuran) itu kelak menulari semua unsur pemerintahan juga seluruh rakyat Indonesia. Itulah salah satu bentuk Revolusi Mental yang terpenting.
Tulisan ini adalah doa sekaligus harapan. Selamat untuk seluruh anggota Kabinet Kerja, selamat bekerja bersama Presiden-Wapres terpilih Jokowi-JK. Semoga Tuhan selalu memberkati dan menjaga kalian di jalan lurus hingga tercapailah Indonesia Hebat, impian kita bersama!
Depok, 26 ktober 2014
[@dwiklarasari]
Sumber : http://ift.tt/1v20u50