Suara Warga

Anggota DPR Baru (Dilantik) Jangan Korupsi Ya!

Artikel terkait : Anggota DPR Baru (Dilantik) Jangan Korupsi Ya!

1412158376385626003 Desy Ratnasari (Sumber: Twitter Fans Dessy Ratnasari)



Kebiasaan saya setiap pagi adalah menonton berita TV, bukan baca koran atau baca media online. “Membaca” berita di televisi lebih menyegarkan bagi saya dan cocok untuk aktivitas pagi hari. Berita televisi pagi ini, di dua stasiun TV berita ternama, menyajikan hidangan segar tentang pelantikan anggota DPR.

Saya mencatat, karena niat menulis di Kompasiana untuk topik politik untuk pertama kalinya, kebiasaan baru yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya (baca: menulis politik).

Ringkasan catatan saya: Hari ini, 1 Oktober 2014, sidang yang dipimpin anggota DPR termuda dan tertua, akan melantik anggota DPR periode 2014-2019, dengan 43 persen di antaranya adalah wajah lama, dan lima orang anggota DPR harus menunda pelantikan karena terjerat kasus korupsi.

Itu saja catatan singkat dan penting menurut saya. Sudah tahu dong siapa yang tertunda pelantikannya, saya tak perlu bahas di sini. Yang ingin saya bahas adalah kiprah selebriti Indonesia yang makin banyak mendapat kursi di DPR. Dalam tayangan di salah satu stasiun TV berita, saya melihat ada Desy Ratnasari, Anang Hermansyah, Krisna Mukti muncul di layar kaca.

Wajah selebriti yang punya jabatan baru sebagai anggota DPR ini sudah sangat familiar. Tak asing melihat mereka di layar kaca, terutama di acara hiburan dengan menjadi juri kompetisi lawak, menyanyi, atau acara dan peran lainnya di ranah hiburan. Jadi, melihat mereka di layar kaca biasa saja rasanya. Namun, melihat mereka tampil sebagai anggota DPR dengan lokasi saat mereka diwawancara berada di gedung wakil rakyat di Senayan, nah ini hal baru.

Yang juga baru adalah mendengar mereka bicara sebagai wakil rakyat. Menariknya, salah satu stasiun TV mengangkat topik: “Seberapa paham anggota DPR baru dari kalangan selebriti ini memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota dewan terhormat”.

Wawancara pun dilakukan dan ditayangkan tidak langsung alias sudah ada editing. Sebenarnya tujuan bertanya hak dan kewajiban anggota DPR ini bisa dibilang “pancingan”, sekadar ingin menunjukkan ke khalayak, ini loh anggota dewan pilihan Anda (baca: para pemilihnya).

Saat ditanya, Desy Ratnasari sudah paham arahnya. “Pertanyaan ngetes yaa?” katanya. Dessy pun melanjutkan dengan menjawab pertanyaan tersebut, “Hak Angket, ….” terpotong jawabannya. Sementara Krisna Mukti menjawab bahwa setelah mengikuti Pelatihan Lemhanas, anggota DPR punya buku panduan berisi hak dan kewajiban, isinya banyak. Jawaban diplomatis yang tidak menjawab pertanyaan reporter TV berita tersebut. Lalu, apa dong haknya pak Krisna Mukti? Sementara Anang Hermansyah digambarkan dalam potongan tayangan yang seakan tidak paham apa maksud pertanyaan itu, atau tidak tahu jawabannya? Bebas tafsirkan sendiri.

Entah apa maksud di balik tayangan itu, tapi yang jelas Anchor TV berita memang menekankan bahwa tak semua anggota DPR paham hak dan kewajibannya. Kita dibiarkan menyimpulkan sendiri dari sajian berita itu.

Saya, sebagai salah satu sasaran tayangan berita TV itu tidak ingin mencerna mentah-mentah. Mungkin maksudnya ingin menunjukkan lihat itu dia anggota dewan terhormat yang tidak semuanya paham apa hak dan kewajibannya sebagai anggota DPR. Saya mencerna maksud itu, tapi saya juga punya penilaian lain setelah mendengar jawaban para politisi newbie ini.

Saya menilai, beberapa mungkin memang ingin bersuara atau menyuarakan kelompok yang selama ini tak terdengar sampai ke gedung DPR/MPR. Perhatian saya sih tertuju kepada Desy Ratnasari. Dengan pengalamannya di dunia film dan musik, juga perjalanan panjangnya sebagai perempuan (ibu dan istri), dan berbagai kiprahnya, entah di DPR ia masuk Komisi berapa, saya sih berprasangka baik saja, ada sesuatu yang mungkin bisa disuarakannya dengan lebih lantang dengan memiliki kursi di DPR. Entah hak pengasuhan, hak anak, hak perempuan, perkembangan dunia kreatif, atau yang lainnya. Mudah-mudahan ya.

Namun yang paling menjadi perhatian saya adalah untuk politisi perempuan dari kalangan selebriti, harapan untuk tidak mencontoh seniornya, sebutlah Angelina Sondakh, yang akhirnya terjerat dalam kasus korupsi. Saya sih, sebagai warga dan penonton awam “pertunjukkan politik” ini, hanya bisa berharap politisi perempuan lebih punya taring, berani memperjuangkan apa yang menjadi perhatian dan isu yang dikuasainya dengan sepenuh hati dengan niat pengabdian. Berharap politisi perempuan tak tergiur dengan kekuasaan dan kekayaan apalagi terjebak di dalamnya dan berakhir di balik jeruji. Oya satu lagi, politisi seperti Desy, hati-hati tergiur iklan. Ingat, Anda menyandang dua “titel” sekarang, pejabat publik dan selebriti. Kalau tergiur iklan, ya siap-siap aja “dihantam” dari berbagai sisi dan jangan-jangan mulai dilirik KPK, bahaya!

Jadi, sebagai orang awam di kancah perpolitikan, saya hanya ingin menyampaikan harap khususnya kepada politisi (baru) perempuan, termasuk mbak Desy Ratnasari, Jaga Amanah (baca:suara rakyat yang sudah memilih Anda) dan Jangan (terjerat) Korupsi ya. Tunjukkan bahwa politisi perempuan juga bisa berkiprah dan memberikan kontribusi besar dan terdengar ke mana-mana.

Catatan: saya bukan penggemar Desy Ratnasari. Hanya berharap Desy dan politisi perempuan lainnya berani bersuara mumpung sudah berhasil dapat jatah kursi “kehormatan” di Senayan.

Akhirnya, kepada Anggota DPR Baru (dilantik), Selamat berjuang! (baca:melawan godaan kekuasaan aka korupsi)




Sumber : http://ift.tt/1xAIMvt

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz