Suara Warga

Keserakahan Jero Wacik, Dirjen, Eselon 1, dan Eselon 2 Migas

Artikel terkait : Keserakahan Jero Wacik, Dirjen, Eselon 1, dan Eselon 2 Migas

Pernyataan Abraham Samad tentang keserakahan Jero Wacik adalah sah dan pas. Jangankan Menteri ESDM, para pejabat setingkat dirjen, eselon 1, eselon 2, kepala seksi, bahkan pejabat di SKK Migas adalah para raja dan ratu yang dilayani bawahan dan kontraktor migas. Gelimang kemewahan di lingkungan migas sejak zaman Ibnu Sutowo - yang membrangkutkan Pertamina - sampai zaman Karen Agustiwan bukan barang baru. Anda ingin melihat data dan fakta bagaimana kemewahan dipertontonkan oleh mereka? Mari saya ajak melihat praktek KKN dan bahkan berjalan-jalan ke tempat hang out mereka.

Jika publik tahu cara kerja di Pertamina, SKK dan Kontraktor Migas, publik akan terperanjat betapa permainan proyek dan pengadaan barang dan jasa dipenuhi dengan penyelewengan dan KKN. Semua itu muaranya adalah kegagalan Indonesia mendapatkan minyak yang produksinya hanya 800 - 900,000 bpd, meski insentif berupa cost recovery diberikan. Sampai kapan pun, jika para pejabat eselon 1 dan 2 dan para pelaku dan pejabat migas tidak diganti, industri minyak di Indonesia akan tetap menjadi jarahan pejabat sekelas menteri, dirjen, eselon 1 dan dua serta pejabat di lapangan - selain jarahan oleh kontraktor seperti yang dilakukan oleh rekanan kontraktor dari berbagai tingkatan. Semua itu menunjukkan keserakahan.

Pergilah sesekali Anda ke lapangan golf atau bermain golf. Tiga dari sepuluh orang pemain golf adalah orang atau terkait migas. Ciri-cirinya adalah mereka selalu membawa rombongan. Rombongan itu selalu berhubungan dengan tiga atau empat pihak yakni (1) orang atau pejabat Pertamina, (2) pejabat SKK Migas, (3) pejabat di kementerian ESDM aneka eselon dari mulai dirjen sampai cecunguk sekelas sekretaris dan (4) kontraktor Migas. Ciri-ciri para pejabat adalah main golf-nya lucu-lucu dan kadang gagap, tapi ingin main terus. Itu namanya tak tahu diri dan serakah.

Koruptor Prof. Rudi Rubiandini permainan golf-nya sangat buruk, namun dia memaksakan diri untuk menjadi pegolf seperti para koruptor lainnya di lingkungan migas. Caranya sampai menyewa pelatih - namanya Deviardi. Ciri berikutnya adalah mereka bermain golf di banyak lapangan golf di seluruh nusantara. Yang bayar siapa? Kontraktor migas. Itu serakah.

Ciri lainnya adalah para pejabat ini tidak memberikan tips kepada para caddie. Menggoda ya. Memberi tips kecil. Kenapa? Yang disuruh memberi tips adalah rekanan. Paling memberi tips Rp 100,000 yang bisa membuat cemberut para caddie yang dianggap seksi. Itu bukti keserakahan.

Ciri lainnya adalah lebih suka istirahat pijat di lapangan golf yang menyediakannya. Itu langkah awal mengenal para pemijat kelas A yang - kabarnya rata-rata bisa di-booking. Tenda pijat di lapangan golf selalu terbuka. Itu adalah meeting point untuk booking di luar. Para koruptor lagi-lagi selalu tidak membayar dan tak memberi tips, yang membayar dan memberi tips adalah kontraktor atau rekanan.

Jika tidak bermain golf, silakan kunjungi acara amal atau pura-pura amal para istri pejabat atau sekedar pertemuan atau arisan. Tempat pertemuan mereka di restaurant kelas atas, tempat peristirahatan di luar kota, hotel berbintang, dan resort mewah lainnya, selain ke luar negeri. Lingkungan ini lebih luas yakni melibatkan para pejabat di DPR dan para menteri. Di situlah etalase berjalan muncul yakni baju, tas, sepatu, perhiasan, make up yang semuanya branded. Tak lupa kendaraan mewah terparkir dengan para sopir berpakaian safari. Itu kehidupan rutin yang tak mengherankan dan biasa bagi mereka. Kemewahan dan keserakahan.

Di lain tempat, jika anak-anak para koruptor telah menginjak remaja, mereka akan berkeliaran di terutama tiga tempat perbelanjaan kuno: PIM, Sency, dan PP, serta tempat-tempat baru yang lagi in, dengan Kemang tetap menjadi ikon destinasi mereka. Di keempat tempat ini mereka sesekali menghabiskan waktu untuk hang-out. Tempat lainnya adalah jalanan seputaran Senayan - dan berpindah-pindah biasanya mengikuti trend. Di situlah parkir mobil-mobil unik dan bahkan mewah di tengah malam. Itu bukti kemewahan para koruptor dan keserakahan mereka.

Untuk melihat pesta para koruptor lainnya kunjungi perkawinan di Balai Soedirman atau tempat-tempat sekelas itu. Di situlah pameran perhiasan para istri ditampilkan. Mobil mewah dan tidak mewah diparkir. Baju, gaun, tas, make up, dan perhiasan dipamerkan. Para koruptor saling mengenal dan saling berinteraksi dalam kemewahan tingkat tinggi. Makanan kelas atas yang bisa menghabiskan Rp 3-5 miliar rupiah dalam aneka paket. Itu wujud keserakahan.

Tempat atau orang lain yang menjadi target bermewah-mewah bersama koruptor adalah individu bernama artis. Trend menganggap artis perempuan sebagai daya tarik tak berubah - selain mahasiswi - masih sama dengan yang dilakukan oleh Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah. Contoh jelas seperti Tulek Wawan adik Ratu Atut, Akil Mochtar, dan Waryono Karno. Artis figuran pun menjadi target yang penting disebut artis. Para pejabat ini bahkan kadang-kadang tak sempat tahu seseorang itu artis atau bukan. Itulah sebabnya terkadang mereka mencomot artis tak jelas juntrungannya sebagai sasaran untuk pencucian uang - atau hiburan. Tak hanya satu artis, kalau perlu beberapa sampai puluhan. Itu keserakahan.

Jangankan menteri, hanya pejabat di perusahaan minyak memiliki kekayaan spektakuler. Pejabat dengan standard gaji antara Rp 50 - 100 juta pun memiliki kekayaan yang luar biasa. Untuk menelisik hal ini sangat gampang. Yang tidak ada hanyalah kemauan. Dari mana uang mereka? Ya dari kontraktor migas.

Maka, tak salah jika Abraham Samad mengatakan Jero Wacik serakah. Bukan hanya Jero Wacik. Jangankan sekelas menteri, sekelas dirjen, eselon 1 dan eselon 2 dan kepala seksi pun kemewahan menjadi bagian kehidupan mereka beserta istri dan anak-anak mereka.

Salam bahagia ala saya.




Sumber : http://ift.tt/YcNwZJ

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz