Suara Warga

Kado KPK Untuk SBY, Manis atau Pahit?

Artikel terkait : Kado KPK Untuk SBY, Manis atau Pahit?



Banyak orang menilai bahwa keputusan KPK menetapkan Jero Wacik sebagai tersangka kasus korupsi sebagai sebuah kado pahit dan hitam buat pemerintahan SBY, khususnya buat presiden SBY. Kado hitam karena kasus ini makin menodai citra pemerintahan SBY, yang sudah tiga menterinya terjerat kasus korupsi. SBY pasti terpukul dengan kenyataan ini.

Namun, saya melihatnya dari sudut pandang berbeda. Dalam rangka pemberantasan korupsi, justru ini adalah kado manis, bahkan sangat manis. KPK terbukti bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, tanpa intervensi dari pihak manapun. Presiden SBY juga terbukti bertindak sesuai dengan ucapan dan komitmennya, akan selalu mendukung KPK dalam memberantas korupsi. SBY ternyata tidak melakukan intervensi apapun kepada KPK, terkait dengan kasus yang membelit sejumlah menteri, terutama yang berasal dari Partai Demokrat.

Masih segar dalam ingatan, bagaimana tuduhan dari berbagai kalangan terhadap SBY yang dianggap mengintervensi KPK dalam kasus Anas Ubaningrum. Kasus itu dianggap sebagai akal-akalan SBY untuk melengserkan Anas dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat. Namun ternyata, dugaan itu keliru dan salah besar. SBY ternyata tidak pernah melakukan intervensi hukum kepada KPK dalam menjalankan tugasnya. KPK diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memberantas korupsi.

Dalam sejarah bangsa ini, baru pada masa pemerintahan SBY-lah pemberantasan korupsi mencapai puncaknya. Pemberantasan yang tidak pandang bulu. Mau pejabat pemerintahan, mau anggota DPR, mau ketua partai, mau apapun… tidak akan bisa lepas dari KPK jika terbukti melakukan korupsi. Rakyay disuguhi dengan penangkapan secara terus menerus terhadap para terduga korupsi. SBY sebagai presiden memiliki peran besar dalam proses penegakan hukum kasus korupsi. Sikap SBY yang mendukung penuh KPK, sangat penting dalam pemberantasan korupsi. KPK menjadi tidak ragu-ragu, leluasa dan tak pernah dihalangi oleh pemerintah untuk memberantas korupsi. “Kalau memang punya bukti kuat, segera proses dan tetapkan sebagai tersangka…” Demikian kira-kira pesan SBY kepada KPK.

Sikap SBY tersebut tentu jauh dari sikap pencitraan. SBY mempertaruhkan citranya sebagai pemimpin, sebagai presiden, sebagai ketua umum partai, karena ternyata banyak orang-orang dekatnya yang ditangkap KPK. Tapi SBY bergeming. Dia tidak peduli dengan citra. Saya melihat SBY lebih mengutamakan pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu, dibanding citra-citra dirinya. Itulah sebabnya, SBY tetap mendukung KPK, meski sudah 6 petinggi partai Demokrat yang dijerat KPK. SBY tetap mendukung KPK, meski sudah 3 menteri di kabinetnya dijadikan tersangka oleh KPK. SBY tetap menyokong penuh pemberantasan korupsi, meski puluhan gubernur, bupati dan walikota juga dijebloskan ke penjara oleh KPK. Bahkan sudah terbukti, bahwa SBY teguh pendiriannya untuk memberantas korupsi, meskipun besannya sendiri dipenjara oleh KPK.

Sudut pandang inilah yang tentu saja tidak akan dilihat oleh lawan-lawan politik SBY. Sudut pandang inilah yang pasti akan menjadi pilihan terakhir buat siapapun yang tidak suka dengan SBY. Sudut pandang ini tidak akan digunakan oleh media-media sensasional pencari oplah dan rating. Sudut pandang ini hanya ada pada pihak-pihak yang benar-benar ikhlas memberantas korupsi. Bahwa korupsi adalah penyakit bangsa. Bahwa korupsi harus diberantas dengan cara luar biasa. Cara pandang luar biasa dari semua pihak, termasuk sikap luar biasa dari pemimpin tertinggi yaitu presiden. Kalau presidennya tidak mendukung pemberantasan korupsi, tidak mungkin KPK bisa dan berani menangkap menteri, atau orang-orang dekat presiden.




Sumber : http://ift.tt/Wd9b1X

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz