Amin Rais Salah Amandemen UUD 1945
Jalan raya Jakarta hari senin pagi. Seperti kisah perjuangan para pahlawan. Mobil, sepeda motor, bus, dan bajaj saling rebutan jalan. Anak sekolah, orang kantoran, profesional swasta, pedagang lele berjalan seperti orang dikejar hantu. Semua serba cepat. Tidak terkecuali Ili dan Iin yang meliuk-liuk dengan sepeda motor mencari jelah jalan yang kosong.
Ili : Say….udah baca berita politik hari ini belum?
Iin : Takut ah. Kemarin Mbak Na protes. Katanya pagi-pagi jangan sarapan politik.
Ili : Hahahahaha…..Mbak Na protesnya kalo bicara politik pagi hari libur. Kalo hari kerja sih kagak.
Iin : Hihihihihi…..gitu ya? Emang apa berita politiknya?
Ili : Kata Wasekjen PAN, Yandri Susanti, Pak….eh….iya…Pak Amin Rais dulu salah memilih mendukung Pilkada langsung. Saat itu atmosfernya reformasi. Jadi segala hal harus berbeda.
Iin : Gitu ya?
Ili : Iya. Katanya, sekarang, setelah dilihat prakteknya, ada pikiran Pak Amin agar kembali Pilkada lewat DPRD.
Iin : Waduuuhhh…..kesadaran palsu.
Ili : Lho….kok gitu?
Iin : Sayang….jika itu alasannya, Gue mau nanya Amin Rais. Kalo soal amandemen UUD 1945 gimana? Apakah Amin Rais juga akan berkata sama?
Ili : Maksudnya?
Iin : Kan hasil karya reformasi Amin Rais bukan hanya Pilkada langsung. Amandemen UUD 1945 lebih fenomenal. Amandemen itu datang dari otaknya juga kan?
Ili : Memang apa hubungannya Amandemen UUD 1945 dengan Pilkada oleh DPRD?
Iin : Sayang….dengar ya? Ini nih simpulnya. Pertama, amandemen UUD 1945 telah merubah konstruksi hubungan antar lembaga negara. Semula kita memiliki MPR sebagai lembaga tertinggi yang mengatasi lembaga tinggi negara yang lain seperti Presiden, DPR, MA, BPK, dan seterusnya. MPR ini bertugas memilih dan memberhentikan presiden, menetapkan garis-garis besar haluan negara, serta menetapkan UUD.
Ili : Artinya?
Iin : Dulu kepala daerah kita dipilih oleh DPRD karena Presiden kita dipilih oleh MPR.
Ili : Trus?
Iin : Kedua, Presiden adalah pemegang kekuasaan tertinggi dibawah Presiden.
Ili : Artinya?
Iin : Presiden memegang kekuasaan penuh dalam hal pengangkatan menteri, duta besar, panglima angkatan bersenjata, memberi grasi dan sebagainya. Ini model sistem presidensil ketat. Tidak ada keterlibatan legislatif dalam penunjukan pejabat negara.
Ili : Wadooooo…….babak belur. Terus?
Iin : Hak budget eksekutif lebih besar dari legislatif. Artinya, apapun usulan keuangan pemerintah, DPR cukup membahas saja.
Ili : Itu materi dari UUD amandemen?
Iin : Pokok-pokok yang seksi dari amandemen ya itu. Sebenarnya soal keuangan gak persis begitu. Tapi jika Presiden kembali menjadi pusat kekuasaan dibawah MPR, prakteknya akan begitu.
Ili : Itu dulu digagas Pak Amin Rais?
Ili : Ya…..gak seluruhnya dari dia. Tapi kan dia tuanya rumah rakyat saat itu.
Ili : Hmmmm……..jadi harapan elo Pak Amin akan bilang dulu salah amandemen UUD 1945 juga?
Iin : Harus doooooooonnnngg. Kita berpikir kan gak sepotong-sepotong. Harus satu kesatuan dan tuntas.
Ili : Eeeeeeeehhhhhh…..
Iin : Aduh Mas….hati-hati dong. Masa tukang gorengan mau elo tabrak juga.
Ili : Maap…..ini jalan raya diambil mobil semua. Terpaksa dah naik ke trotoar.
Sumber : http://ift.tt/1y4tfoP
Ili : Say….udah baca berita politik hari ini belum?
Iin : Takut ah. Kemarin Mbak Na protes. Katanya pagi-pagi jangan sarapan politik.
Ili : Hahahahaha…..Mbak Na protesnya kalo bicara politik pagi hari libur. Kalo hari kerja sih kagak.
Iin : Hihihihihi…..gitu ya? Emang apa berita politiknya?
Ili : Kata Wasekjen PAN, Yandri Susanti, Pak….eh….iya…Pak Amin Rais dulu salah memilih mendukung Pilkada langsung. Saat itu atmosfernya reformasi. Jadi segala hal harus berbeda.
Iin : Gitu ya?
Ili : Iya. Katanya, sekarang, setelah dilihat prakteknya, ada pikiran Pak Amin agar kembali Pilkada lewat DPRD.
Iin : Waduuuhhh…..kesadaran palsu.
Ili : Lho….kok gitu?
Iin : Sayang….jika itu alasannya, Gue mau nanya Amin Rais. Kalo soal amandemen UUD 1945 gimana? Apakah Amin Rais juga akan berkata sama?
Ili : Maksudnya?
Iin : Kan hasil karya reformasi Amin Rais bukan hanya Pilkada langsung. Amandemen UUD 1945 lebih fenomenal. Amandemen itu datang dari otaknya juga kan?
Ili : Memang apa hubungannya Amandemen UUD 1945 dengan Pilkada oleh DPRD?
Iin : Sayang….dengar ya? Ini nih simpulnya. Pertama, amandemen UUD 1945 telah merubah konstruksi hubungan antar lembaga negara. Semula kita memiliki MPR sebagai lembaga tertinggi yang mengatasi lembaga tinggi negara yang lain seperti Presiden, DPR, MA, BPK, dan seterusnya. MPR ini bertugas memilih dan memberhentikan presiden, menetapkan garis-garis besar haluan negara, serta menetapkan UUD.
Ili : Artinya?
Iin : Dulu kepala daerah kita dipilih oleh DPRD karena Presiden kita dipilih oleh MPR.
Ili : Trus?
Iin : Kedua, Presiden adalah pemegang kekuasaan tertinggi dibawah Presiden.
Ili : Artinya?
Iin : Presiden memegang kekuasaan penuh dalam hal pengangkatan menteri, duta besar, panglima angkatan bersenjata, memberi grasi dan sebagainya. Ini model sistem presidensil ketat. Tidak ada keterlibatan legislatif dalam penunjukan pejabat negara.
Ili : Wadooooo…….babak belur. Terus?
Iin : Hak budget eksekutif lebih besar dari legislatif. Artinya, apapun usulan keuangan pemerintah, DPR cukup membahas saja.
Ili : Itu materi dari UUD amandemen?
Iin : Pokok-pokok yang seksi dari amandemen ya itu. Sebenarnya soal keuangan gak persis begitu. Tapi jika Presiden kembali menjadi pusat kekuasaan dibawah MPR, prakteknya akan begitu.
Ili : Itu dulu digagas Pak Amin Rais?
Ili : Ya…..gak seluruhnya dari dia. Tapi kan dia tuanya rumah rakyat saat itu.
Ili : Hmmmm……..jadi harapan elo Pak Amin akan bilang dulu salah amandemen UUD 1945 juga?
Iin : Harus doooooooonnnngg. Kita berpikir kan gak sepotong-sepotong. Harus satu kesatuan dan tuntas.
Ili : Eeeeeeeehhhhhh…..
Iin : Aduh Mas….hati-hati dong. Masa tukang gorengan mau elo tabrak juga.
Ili : Maap…..ini jalan raya diambil mobil semua. Terpaksa dah naik ke trotoar.
Sumber : http://ift.tt/1y4tfoP