Ahok Sayang Jokowi dan Ahok Juga Yang Menangkan Jokowi
Salam sejahtera buat kita semua.
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. TEMPO/Tony Hartawan
Kita semua setuju Wagub Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah satu diantara ribuan pemimpin yang berintegritas, jujur dan bersih.
Padahal ada satu hal yang sudah Ahok lakukan akan tetapi cenderung luput dari pengamatan kita semua yang akhirnya mengantarkan Jokowi menuju singasana RI1.
Seandainya saja momen kampanye Pilpres 2014 digunakan oleh Ahok (yang tidak lain adalah kader Gerindra pada waktu itu) untuk melakukan manuver politik yang secara tidak langsung menyerang Jokowi terkait kebijakannya selama menjabat Gubenur Jakarta ataupun mengeluarkan pernyataan seolah-olah hubungan kerja antara dia dan Jokowi tidak harmonis, maka bisa saja hasil Pilpres lalu akan berkebalikkan.
Sepertinya Ahok dari awal sudah tahu bakalan didaulat sebagai juru kampanye nasional pemenangan Prabowo, makanya beliau memagari diri dengan berulang kali menyatakan sudah diwakafkan partai Gerindra untuk Jakarta. Itulah kehebatan dari Ahok (ibarat game sudah level 10 sedangkan M. Taufik masih level 1).
Lagian Ahok juga sudah menebak-nebak bilamana dijadikan jurkam pada Pilpres lalu maka bakal disandingkan dengan para elit partai seperti dari PKS dan harus berkolaborasi memproduksi kampanye hitam/fitnah yang terstruktur, sistematis dan masif kepada rakyat Indonesia. Itu sangat jauh dari karakter Ahok.
Kalaupun sekarang dari elit partai Gerindra menyatakan Ahok tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk partai dan Prabowo selama Pileg dan Pilpres lalu. Rasanya lucu saja kalau berkaca pada tingkah laku mereka sekarang.
Kenapa Ahok harus memberikan kontribusi kepada mereka yang hanya bisa beretorika dan gila kekuasaan tanpa aturan dan keteladanan bukannya itu namanya ikut menjadi penipu dan penjahat.
Memangnya siapa M. Taufik, siapa Fadli Zon, siapa Hidayat Nur Wahid sampai ikut-ikutan mengeluarkan pernyataan yang lebih cocok dialamatkan buat diri mereka sendiri.
Mungkin benar yang Ahok katakan “Kalau memang saya bajingan, ya saya tunggu saja 2017, pura-pura saja ikutin, sampai terpilih”
Sumber :
http://ift.tt/1ABUTWn
Biar masyarakat menilai saja dari ucapan ini bagi mereka para Kepala Daerah yang menyatakan mendukung RUU Pilkada Melalui DPRD.
Dan juga bagi mereka anggota DPR yang sedang menggodok RUU ini, coba saja bandingkan mereka dengan ucapan Ahok diatas.
Akhir kata, bilamana kekuatan/kekuasaan politik yang korup dan lalim bakal menampakkan wujudnya maka pada saat itu juga akan bermunculan kader-kader yang tidak sepaham, yang mana lebih menempatkan kepentingan rakyat diatas kepentingan diri sendiri dan golongan, mereka itulah pejabat-pejabat setia yang selalu kita nantikan.
Sumber : http://ift.tt/YzF7zK
Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. TEMPO/Tony Hartawan
Kita semua setuju Wagub Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah satu diantara ribuan pemimpin yang berintegritas, jujur dan bersih.
Padahal ada satu hal yang sudah Ahok lakukan akan tetapi cenderung luput dari pengamatan kita semua yang akhirnya mengantarkan Jokowi menuju singasana RI1.
Seandainya saja momen kampanye Pilpres 2014 digunakan oleh Ahok (yang tidak lain adalah kader Gerindra pada waktu itu) untuk melakukan manuver politik yang secara tidak langsung menyerang Jokowi terkait kebijakannya selama menjabat Gubenur Jakarta ataupun mengeluarkan pernyataan seolah-olah hubungan kerja antara dia dan Jokowi tidak harmonis, maka bisa saja hasil Pilpres lalu akan berkebalikkan.
Sepertinya Ahok dari awal sudah tahu bakalan didaulat sebagai juru kampanye nasional pemenangan Prabowo, makanya beliau memagari diri dengan berulang kali menyatakan sudah diwakafkan partai Gerindra untuk Jakarta. Itulah kehebatan dari Ahok (ibarat game sudah level 10 sedangkan M. Taufik masih level 1).
Lagian Ahok juga sudah menebak-nebak bilamana dijadikan jurkam pada Pilpres lalu maka bakal disandingkan dengan para elit partai seperti dari PKS dan harus berkolaborasi memproduksi kampanye hitam/fitnah yang terstruktur, sistematis dan masif kepada rakyat Indonesia. Itu sangat jauh dari karakter Ahok.
Kalaupun sekarang dari elit partai Gerindra menyatakan Ahok tidak memberikan kontribusi apa-apa untuk partai dan Prabowo selama Pileg dan Pilpres lalu. Rasanya lucu saja kalau berkaca pada tingkah laku mereka sekarang.
Kenapa Ahok harus memberikan kontribusi kepada mereka yang hanya bisa beretorika dan gila kekuasaan tanpa aturan dan keteladanan bukannya itu namanya ikut menjadi penipu dan penjahat.
Memangnya siapa M. Taufik, siapa Fadli Zon, siapa Hidayat Nur Wahid sampai ikut-ikutan mengeluarkan pernyataan yang lebih cocok dialamatkan buat diri mereka sendiri.
Mungkin benar yang Ahok katakan “Kalau memang saya bajingan, ya saya tunggu saja 2017, pura-pura saja ikutin, sampai terpilih”
Sumber :
http://ift.tt/1ABUTWn
Biar masyarakat menilai saja dari ucapan ini bagi mereka para Kepala Daerah yang menyatakan mendukung RUU Pilkada Melalui DPRD.
Dan juga bagi mereka anggota DPR yang sedang menggodok RUU ini, coba saja bandingkan mereka dengan ucapan Ahok diatas.
Akhir kata, bilamana kekuatan/kekuasaan politik yang korup dan lalim bakal menampakkan wujudnya maka pada saat itu juga akan bermunculan kader-kader yang tidak sepaham, yang mana lebih menempatkan kepentingan rakyat diatas kepentingan diri sendiri dan golongan, mereka itulah pejabat-pejabat setia yang selalu kita nantikan.
Sumber : http://ift.tt/YzF7zK