Suara Warga

Untuk Mereka Yang Sedang Asik Menertawakan Saksi Di Mahkamah Konstitusi

Artikel terkait : Untuk Mereka Yang Sedang Asik Menertawakan Saksi Di Mahkamah Konstitusi

14080363421800746027 Saksi-Saksi yang hadir di MK



“Lebih baik di asingkan, daripada menyerah di atas kemunafikan” Soe Hok Gie



Tulisan saya di malam ini akan sedikit menjawab dari setiap penilaian teman-teman semua yang seperti; saksi-saksi di MK tidak kredibel dan tidak berkualitas, saksi-saksi di MK hanyalah mempermalukan keadaan, saksi-saksi di MK tidak ada gunanya, dan saksi-saksi di MK hanyalah merusak jalannya persidangan.



Janganlah menjadi Vatican di dalam Roma, mungkin hanya kalimat itulah yang dapat menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Ketika seluruh masyarakatnya tidak berhenti untuk saling berpendapat dan saling berspekulasi satu dengan yang lainnya. Mulai dari kaum akademisi yang meragkap sebagai intelektual hingga anak muda yang masih membawa lambang OSIS di kantung kemejanya ikut bersuara satu sama lain. Semua seolah-olah dirinya lah yang benar, dirinya lah yang paling pintar, dan diluar itu adalah dia yang dikategorikan salah. Bukan tidak mungkin, bahwa saya yang menulis tulisan ini salah satu dari mereka yang di anggap “salah”.



Hak dan wewenang yang sudah ditentukan oleh Negara pun terkesan sia-sia dan tidak ada gunanya di mata mereka, mereka yang sedang asik menertawakan sidang gugatan di Mahkamah Konstitusi. Mungkinkah mereka lupa bahwa kita mempunyai Hak Konstitusional? Hak yang sedang di fasihkan keberadaannya oleh koalisi Merah – Putih itu sangat penuh kontroversi dan hujatan. Hujatan yang tidak ada hentinya untuk mereka yang di posisi tertinggi hingga untuk mereka yang saat ini sedang berdiri sebagai saksi – saksi.



Saksi-saksi pemberani, panggilan yang paling tepat untuk mereka yang berdiri diatas kebenaran dan tidak takut akan ancaman dibelakangnya. Mereka yang membawa arti sebenarnya dari sebuah kata “Demokrasi” ini sedang di berikan nasihat terberat di dalam hidupnya. Mungkin hanya dengan kata Nasihat lah yang paling mulia untuk menggantikan segala penilaian-penilaian masyarakat Indonesia saat ini. Nasihat-nasihat yang tidak kunjung berhenti dari masyarakat Indonesia.



Mereka saksi-saksi yang bersaksi dengan apa adanya, tidak dipersiapkan dengan jawaban yang sangat berkualitas, tidak menjunjung tinggi ilmu-ilmu retoris yang dimiliki setiap politisi, tidak diarahkan untuk bisa bersaksi di atas ke bohongan, dan tidak di berikan pembekalan khusus ketika di waktu sidang. Itulah sedikit dari fakta sebenarnya yang ada di benak saksi-saksi tersebut, saksi-saksi yang kalian tertawakan diluar sana.





Manusiawi sekali untuk siapapun dia yang berdiri dihadapan sidang tertinggi di Negeri ini dengan gerogi dan tidak bisa berkonsentrasi penuh. Dengan di hantui rasa takut tetap membuat mereka membawa bukti serta mengucapkan apa yang belum tentu berani diucapkan oleh orang di luar sana. Datang dari desa dan daerah-daerah pelosok di Indonesia ke Mahkamah Konstitusi hanya untuk bersaksi dan menegakan keadilan. Penuh ancaman dan serangan mental tidak membuat mereka mundur.



Saya kira Koalisi Merah-Putih mempunyai orang-orang yang pintar untuk memikirkan jalannya sidang dengan saksi-saksi tersebut, saya kira rasa khawatir pun juga ada dibenak mereka yang ingin sidang tersebut berjalan sesuai harapan, dan saya kira sangatlah mampu untuk mereka membayar berapapun agar lahirnya saksi yang kredibel serta berkualitas. Apakah dilakukan? Tidak! Tidak sama sekali. Ingatlah azas kebenaran yang sangat dijunjung tinggi oleh Prabowo Subianto bersama rekan-rekan di Koalisi Merah – Putih.



Ssadarkah kalian jika yang kalian tertawakan adalah hal yang sebenar-benarnya dan apadanya? Percayalah setiap penilaian kalian tersebut sudah diberikan jawabannya oleh azas kebenaran yang di tegakan dan di tanamkan Pak Prabowo Subianto ke setiap orang yang berdiri di sekitar beliau. Beliau yang menjunjung tinggi arti dari supportifitas dan memegang teguh nilai disiplin dalam sebuah kompetisi. Seseorang yang mulia dan tidak ingin berbuat hal-hal yang sekiranya di nilai salah oleh beliau, sebagai faktor utama dari saksi-saksi yang sekarang berdiri di hadapan ke Sembilan Hakim Mahkamah Konstitusi.



Dan tibalah malam kemarin, disaat hadirnya wanita bernama Novela Nawipa yang membawa suara demokrasi untuk keadilan. Novela Nawipa pun tidak luput dari ancaman pembunuhan, fitnah, dan serangan dari media-media yang luar biasa di Indonesia ini. Tetaplah berjuang saudara-saudara sebangsa dan setanah air ku. Tetaplah tegakan kebenaran di bangsa ini.



Hiduplah Indonesia Raya!



Rizky Emirdhani Utama, Malang, 15 Agustus 2014.




Sumber : http://ift.tt/Y9kytg

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz