Suara Warga

Prabowo dalam Kokok Ayam KFC

Artikel terkait : Prabowo dalam Kokok Ayam KFC

Aroma Pilpres 2014 belum lenyap dari atmosfir Indonesia. Kubu Capres-Cawapres Prabowo-Hatta masih giat menggugat keputusan hasil Pilpres dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) di gedung Mahkamah Konstitusi (MK). Para pendukungnya pun tidak kalah giat memberikan dukungan.

Ya, tampaknya, situasi masih panas seperti halnya masa kampanye sebelum coblosan 9 Juli lalu. Dan, masih hangat dalam ingatan bahwa para pendukungnya bersikukuh karena menganggap Prabowo mampu menangkal intervensi asing, khususnya Amerika. Mereka beranggapan bahwa hanya Prabowo yang mampu melakukan itu, sedangkan Jokowi (lawan dalam Pilpres ini) justru tidak berdaya menghadapi si negara adidaya itu.

Dalam rapat pimpinan nasional Pemuda Panca Marga di Hotel Milenium, Jakarta, Jumat (30/5/2014) malam, Prabowo pun menegaskan, “Banyaknya pemuda Indonesia yang saat ini lebih hormat dan bangga pada bangsa lain dibandingkan bangsanya sendiri. Hal tersebut terlihat dari banyaknya anak muda yang lebih memilih produk asing dibanding produknya sendiri.”

Memang, kampanye sudah berakhir. Kalau dulu, segala bentuk penyudutan terhadap Prabowo, dituding oleh para pendukung Prabowo, sebagai sebuah kampanye hitam. Para pendukung Prabowo pun marah atau reaktif mengenai “anti asing”, “produk asing”, dan “kampanye hitam”.

Tapi, seperti kata pepatah “lain Bengkulu, lain Semarang; lain dulu, lain pula sekarang”, kampanye pun sudah berlalu. Sekarang adalah realitas; kenyataan dan fakta. Realitas anti intervensi asing, khususnya Amerika, lebih benar daripada tudingan bernama kampanye hitam. Apa lagi kalau bukan ‘unsur asing’ dalam kegiatan Prabowo menggugat keputusan KPU di MK.

Berita “Massa Prabowo-Hatta Berebut Ayam KFC” di situs Tribunnews, Senin, 11 Agustus 2014, adalah salah satu bukti bahwa sesungguhnya kubu Prabowo justru ‘mendukung’ intervensi asing, khususnya Amerika, dalam kehidupan berbangsa-bernegara di Indonesia. Ekonomi kerakyatan dalam kampanye visi-misinya merupakan sebuah jargon kosong belaka.

Ya, sebuah jargon kosong belaka. Hanya retorika kampanye untuk ‘mengelabui rakyat Indonesia. Sebagian rakyat Indonesia, yaitu para pemilihnya, berhasil dikelabui. Usai masa kampanye dan pencoblosan 9 Juli, maka 33 hari kemudian (11 Agustus) terungkap keaslian kubu Prabowo, yang bukan lagi ‘masa kampanye’. Ayam produk Kentucky Fried Chicken alias menu berlisensi Amerika ternyata bisa membongkar semua jargon kosong mengenai “anti intervensi asing” dan visi-misi fiksi “ekonomi kerakyatan”.

Ayam KFC pun seakan mengingatkan pada penyangkalan Simon Petrus meski sudah ‘diperingatkan’ Yesus Kristus sebelumnya, “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Sekarang, sekitar 2.000 tahun kemudian, giliran ayam KFC yang berkokok, dan entahlah siapa yang telah menyangkal kenyataan.

Namun, sebenarnya, sejak awal masa kampanye, slogan “anti asing”, khususnya Amerika, yang digembar-gemborkan kubu Prabowo tidaklah perlu dipercaya. Sebab, pada Oktober 2013 (Sumber : Tempo) Prabowo mengaku, “Saya ini produk asing.” Sayangnya, tidak sedikit para pendukung Prabowo, khususnya orang-orang muda, kurang mengikuti berita media. Mereka lebih percaya pada slogan, jargon, orasi, ataupun akrobatik dialektika kampanye.

Memang sangat patut disayangkan. Orang-orang muda seharusnya lebih giat mengamati “siapa” yang pantas memimpin Indonesia, tetapi ternyata memilih untuk giat ‘mencuci otak’ sendiri. Apakah karena sebenarnya mereka justru para pengomsumsi produk asing sehingga mudah ‘tercuci otak’ lantas terungkap selepas masa kampanye melalui “ayam KFC”? Tunggu ayam KFC berkokok lagi.

*******

Sabana Karang, 2014




Sumber : http://ift.tt/1sJ3JyN

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz