Suara Warga

Partai Golkar Lihai Cuci Tangan

Artikel terkait : Partai Golkar Lihai Cuci Tangan

Pasca Pilpres 2014 Golkar semakin Galau. Kegagalan demi kegagalan menimpa Partai Golkar, gagal pencapresan Aburizal Bakri padahal Golkar pemenang kedua di Pemilu Legislatif 2014 dibawah PDIP. Dan Golkar memilih koalisi Indonesia Raya yang digagas Amien Rais dan mengusung Capres Gerindra “Prabowo Subianto” sebagai Capres berpasangan dengan Hatta Rajasa. Tapi pada akhirnya koalisi gemuk itu kalah juga oleh pasangan Jokowi-Jk, dan koalisi Merah-Putih menempuh jalur pengadilan Mahkamah Konstitusi untuk menolak kemenangan Jokowi-JK dan meminta Pemilu ulang.

Dan ini kekalahan terpahit bagi Golkar lalu efek dominonya ARB sebagai Ketua Umum Golkar dintuntut untuk Munaslub atau Munas dipercepat. Buntut panjang dari ketidak solidan Golkar mendukung Prabowo-Hatta yang sejak awal telah terjadi perpecahan, yang mengakibatkan terjadinya pemecatan bagi kader-kader pembangkang seperti kader-kader muda Nusron dan Indra J Piliang CS dan terkahir Agung Laksono dan Yoris.

Konflik dan suhu perpecahan semakin memanas disaat kelompok Munaslub melakukan konsolidasi menyiapkan pergantian ARB dan pemecatan pun mernjadi alasan pertikaian. Hal seperti ini bukan perkara aneh di partai dan di Golkar khususnya. Apakah perseteruan ini betul-betul karena perbedaan prinsip atau hanya dagelan saja, lebih mirip sinetron dan upaya pengalihan issu dari kegagalan golkar untuk berkuasa dan lebih jauh lagi apakah ini upaya Partai Golkar melakukan cuci tangan?

Kita tahu Golkar lihai bermain di dua kaki, tentu bisa dilacak dari jejak perjalanan Golkar sebelum repormasi dan pasca repormasi, Golkar tetap memainkan peranan dalam pemerintahan. Bagaimana Pemilu 2004 dan 2009 Golkar selalu terbelah. Wiranto Capres Golkar hasil konvensi sedang Jusuf Kalla memilih berpasangan dengan Capres Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), duet SBY-JK memenangkan pemilu 2004, artinya walau Golkar kalah tapi Jk Golkar juga.

Pemilu 2004 terulang kembali di pemilu 2014, Golkar mendukung Prabowo-Hatta dan JK menjadi wakil Jokowi. Dan Jk mengulang peranannya menguasai Golkar. Sekenario apa yang dimainkan Golkar yang terlanjur mendukung mati-matian Prabowo-Hatta. Dan Munaslub, konflik internal, pemecatan dan sekenario selanjutnya dimainkan untuk mengelabui Prabowo-Hatta agar ARB dan Golkar tidak disalahkan karena tidak solid yang mengakibatkan koalisi Merah-Putih keok.

Partai Golkar memang lihai cuci tangan dan berdiri di dua kaki dan sejarah akan mengingatnya Golkar menanggung dosa besar Orde Baru tapi merasa menjadi pahlawan di Orde Repormasi. Percayalah perseteruan yang terjadi di Golkar pasca Pilpres 2014 itu hanya sinetron belaka, upaya pengalihan issu dan cara cuci tangan Golkar yang cantik dan apakah Jokowi akan sebodoh SBY.




Sumber : http://ift.tt/XYaenY

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz