Positif Negatif Prabowo Pasca-Sidang MK
SIDANG sengketa hasil pilpres sampai hari ini masih berlangsung di Mahkamah Konstitusi (MK). Kubu Prabowo tetap pada tuduhannya bahwa pilpres tempo hari penuh dengan kecurangan yang populer dengan sebutan TSM (terstruktur, sistematis dan masif). Dengan kata lain, Prabowo mengklaim dialah yang memenangi Pilpres 9 Juli 2014.
Secara konstitusional, menang tidaknya Prabowo jadi presiden akhirnya tergantung pada keputusan sembilan hakim MK yang dalam beberapa hari terakhir memeriksa ratusan saksi, baik yang diajukan tim hukum Prabowo, Komisi Pemilihan Umum (KPU), maupun pihak terkait (Jokowi-Jusuf Kalla).
Ada beberapa alternatif keputusan MK yang akan diumumkan pada 21 Agustus nanti. Keputusan ini tentu setelah MK memeriksa berkas bukti-bukti yang diajukan kedua kubu (Prabowo dan KPU) dan memeriksa para saksi.
Alternatif keputusan MK, adalah pertama: menolak gugatan Prabowo-Hatta (Prahara). Kedua, menerima gugatan Prabowo dan memerintahkan kepada KPU untuk melakukan pemungutan suara ulang (PSU) di sejumlah daerah, seperti di Papua, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Tapi jika pun MK memutuskan alternatif kedua (PSU), rasanya juga tidak mungkin, sebab hasil PSU kelak tidak signifikan dengan suara yang bakal diperoleh pasangan Prahara. Artinya, katakanlah seluruh pemilih dalam PSU itu mencoblos Prahara, suara yang akan diperoleh tidak bisa menembus selisih suara dengan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang 8.000.000 lebih.
MK dalam memutuskan perkara adalah berdasarkan fakta hukum, sedangkan gugatan (baca: keinginan) Prahara lebih banyak berada di ranah politik. Intinya, apa pun yang terjadi, Prahara berprinsip: “Saya harus menang.” Dalihnya, ya itu tadi, KPU melakukan kecurangan secara TSM. Solusinya, pilpres ulang.
Oleh sebab itu, banyak pihak yang memerkirakan tanggal 21 Agustus nanti MK akan mengeluarkan keputusan menolak gugatan Prahara.
Lalu jika kemungkinan itu yang akan diputuskan MK, apa dan bagaimana reaksi Prabowo dan pendukungnya? Ada baiknya kita tinjau dari dua sisi: positif dan negatif.
1. Positif
Kubu Prahara akan menerima keputusan MK tanpa catatan. Dasarnya, berkali-kali Prabowo mengatakan bahwa ia siap menerima kemenangan dan kekalahan asalkan dilakukan secara demokratis dan konstitusional.
Katakanlah dalam pilpres tempo hari ada atau ditemukan kecacatan demokrasi dan kubu Prabowo membawa masalah itu ke MK. Karena sudah diselesaikan secara hukum oleh MK, maka Prabowo dan pendukungnya akan menerima apa pun yang diputuskan MK.
Mari kita lihat sisi positif Prabowo. Mantan Danjen Kopassus ini sebenarnya orang baik, ramah dan bersahabat dengan siapa pun. Dia bahkan sangat lugu. Buktinya adalah ketika ia melakukan debat capres saat kampanye, begitu mengetahui program yang diusung Jokowi bagus, secara spontan dia mengungkapkan persetujuannya.
Bukankah itu membuktikan bahwa Prabowo sportif? Oleh sebab itulah, jika kita lihat menggunakan kacamata positif, kelak Prabowo akan segera mengucapkan selamat kepada Jokowi. Prabowo akan mendatangi Jokowi, menyalami dan merangkul lawan politiknya itu.
Setelah itu, dia akan mengumumkan kepada publik dan menyerukan kepada para pendukungnya agar menerima keputusan MK dan tidak lagi berorasi memanaskan situasi. Dia juga minta agar para pendukungnya kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Prabowo juga menyampaikan permohonan maaf kepada Jokowi dan masyarakat karena telah merepotkan mereka selama proses Pilpres 2014.
Sebagai seorang negarawan, Prabowo akan mendukung pemerintahan Jokowi dan menyatakan siap membantu Jokowi jika diperlukan. Saya percaya dia konsisten dengan apa yang diucapkan bahwa kepentingan negara di atas segala-galanya.
2. Negatif
Apa yang akan terjadi jika keputusan MK yang menolak gugatan Prahara kita lihat dengan kacamata negatif?
Mudah-mudahan ini tidak akan terjadi. Prabowo marah besar dan menuding MK berkongkalikong dengan KPU dan kubu Jokowi. Dia juga menuduh MK telah dibeli untuk membunuh demokrasi.
Prabowo juga marah besar, sebab MK mengabaikan berbagai bukti yang telah diajukan tim hukumnya. Dia menyebut MK tidak profesional. Prabowo juga mengatakan lewat MK, kemenangannya sebagai presiden benar-benar telah diperkosa.
Prabowo kemudian minta kepada para pendukungnya bersatu membangun kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pihak-pihak yang disebutnya telah menzolimi kubunya.
Dia mengungkapkan hal itu, sebab Prabowo mengklaim punya kekuatan besar sebagaimana diungkapkan dalam tayangan video di Youtube 25 Juli 2014. Dalam video itu, Prabowo minta kepada para pendukungnya agar membangun kelompok lima orang demi lima orang lalu ditingkatkan lagi menjadi 10 orang. “Tunggu perintah saya berikutnya,” katanya ketika itu.
Begitu Prabowo mengumumkan “maklumat” seperti itu, para pendukungnya lalu segera bereaksi. Di berbagai tempat mereka berorasi membakar emosi pengikut Prabowo.
Saya perkirakan tokoh yang paling getol berorasi adalah Ali Mochtar Ngabalin, Mahendradata, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah. Para aktivis organisasi sayap Partai Gerindra, PKS dan Golkar juga ikut membakar emosi pendukung Prahara.
Saat itu — ini masih dengan kacamata negatif — suasana Jakarta mencekam. Ribuan polisi dikerahkan untuk mengamankan situasi.
Saya berharap, analisis dengan kacamata negatif ini tidak akan terjadi, sebab sesungguhnya Prabowo adalah seorang demokrat yang mementingkan negara dan rakyat di atas segala-galanya. Bukan Prabowo yang selama ini diolok-olok oleh para netizen. []
Sumber : http://ift.tt/VomAnr
Secara konstitusional, menang tidaknya Prabowo jadi presiden akhirnya tergantung pada keputusan sembilan hakim MK yang dalam beberapa hari terakhir memeriksa ratusan saksi, baik yang diajukan tim hukum Prabowo, Komisi Pemilihan Umum (KPU), maupun pihak terkait (Jokowi-Jusuf Kalla).
Ada beberapa alternatif keputusan MK yang akan diumumkan pada 21 Agustus nanti. Keputusan ini tentu setelah MK memeriksa berkas bukti-bukti yang diajukan kedua kubu (Prabowo dan KPU) dan memeriksa para saksi.
Alternatif keputusan MK, adalah pertama: menolak gugatan Prabowo-Hatta (Prahara). Kedua, menerima gugatan Prabowo dan memerintahkan kepada KPU untuk melakukan pemungutan suara ulang (PSU) di sejumlah daerah, seperti di Papua, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Tapi jika pun MK memutuskan alternatif kedua (PSU), rasanya juga tidak mungkin, sebab hasil PSU kelak tidak signifikan dengan suara yang bakal diperoleh pasangan Prahara. Artinya, katakanlah seluruh pemilih dalam PSU itu mencoblos Prahara, suara yang akan diperoleh tidak bisa menembus selisih suara dengan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang 8.000.000 lebih.
MK dalam memutuskan perkara adalah berdasarkan fakta hukum, sedangkan gugatan (baca: keinginan) Prahara lebih banyak berada di ranah politik. Intinya, apa pun yang terjadi, Prahara berprinsip: “Saya harus menang.” Dalihnya, ya itu tadi, KPU melakukan kecurangan secara TSM. Solusinya, pilpres ulang.
Oleh sebab itu, banyak pihak yang memerkirakan tanggal 21 Agustus nanti MK akan mengeluarkan keputusan menolak gugatan Prahara.
Lalu jika kemungkinan itu yang akan diputuskan MK, apa dan bagaimana reaksi Prabowo dan pendukungnya? Ada baiknya kita tinjau dari dua sisi: positif dan negatif.
1. Positif
Kubu Prahara akan menerima keputusan MK tanpa catatan. Dasarnya, berkali-kali Prabowo mengatakan bahwa ia siap menerima kemenangan dan kekalahan asalkan dilakukan secara demokratis dan konstitusional.
Katakanlah dalam pilpres tempo hari ada atau ditemukan kecacatan demokrasi dan kubu Prabowo membawa masalah itu ke MK. Karena sudah diselesaikan secara hukum oleh MK, maka Prabowo dan pendukungnya akan menerima apa pun yang diputuskan MK.
Mari kita lihat sisi positif Prabowo. Mantan Danjen Kopassus ini sebenarnya orang baik, ramah dan bersahabat dengan siapa pun. Dia bahkan sangat lugu. Buktinya adalah ketika ia melakukan debat capres saat kampanye, begitu mengetahui program yang diusung Jokowi bagus, secara spontan dia mengungkapkan persetujuannya.
Bukankah itu membuktikan bahwa Prabowo sportif? Oleh sebab itulah, jika kita lihat menggunakan kacamata positif, kelak Prabowo akan segera mengucapkan selamat kepada Jokowi. Prabowo akan mendatangi Jokowi, menyalami dan merangkul lawan politiknya itu.
Setelah itu, dia akan mengumumkan kepada publik dan menyerukan kepada para pendukungnya agar menerima keputusan MK dan tidak lagi berorasi memanaskan situasi. Dia juga minta agar para pendukungnya kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Prabowo juga menyampaikan permohonan maaf kepada Jokowi dan masyarakat karena telah merepotkan mereka selama proses Pilpres 2014.
Sebagai seorang negarawan, Prabowo akan mendukung pemerintahan Jokowi dan menyatakan siap membantu Jokowi jika diperlukan. Saya percaya dia konsisten dengan apa yang diucapkan bahwa kepentingan negara di atas segala-galanya.
2. Negatif
Apa yang akan terjadi jika keputusan MK yang menolak gugatan Prahara kita lihat dengan kacamata negatif?
Mudah-mudahan ini tidak akan terjadi. Prabowo marah besar dan menuding MK berkongkalikong dengan KPU dan kubu Jokowi. Dia juga menuduh MK telah dibeli untuk membunuh demokrasi.
Prabowo juga marah besar, sebab MK mengabaikan berbagai bukti yang telah diajukan tim hukumnya. Dia menyebut MK tidak profesional. Prabowo juga mengatakan lewat MK, kemenangannya sebagai presiden benar-benar telah diperkosa.
Prabowo kemudian minta kepada para pendukungnya bersatu membangun kekuatan untuk melakukan perlawanan kepada pihak-pihak yang disebutnya telah menzolimi kubunya.
Dia mengungkapkan hal itu, sebab Prabowo mengklaim punya kekuatan besar sebagaimana diungkapkan dalam tayangan video di Youtube 25 Juli 2014. Dalam video itu, Prabowo minta kepada para pendukungnya agar membangun kelompok lima orang demi lima orang lalu ditingkatkan lagi menjadi 10 orang. “Tunggu perintah saya berikutnya,” katanya ketika itu.
Begitu Prabowo mengumumkan “maklumat” seperti itu, para pendukungnya lalu segera bereaksi. Di berbagai tempat mereka berorasi membakar emosi pengikut Prabowo.
Saya perkirakan tokoh yang paling getol berorasi adalah Ali Mochtar Ngabalin, Mahendradata, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah. Para aktivis organisasi sayap Partai Gerindra, PKS dan Golkar juga ikut membakar emosi pendukung Prahara.
Saat itu — ini masih dengan kacamata negatif — suasana Jakarta mencekam. Ribuan polisi dikerahkan untuk mengamankan situasi.
Saya berharap, analisis dengan kacamata negatif ini tidak akan terjadi, sebab sesungguhnya Prabowo adalah seorang demokrat yang mementingkan negara dan rakyat di atas segala-galanya. Bukan Prabowo yang selama ini diolok-olok oleh para netizen. []
Sumber : http://ift.tt/VomAnr