Pejabat, Kedudukan atau Pengabdian,?
Menko Chairul Tanjung menyatakan banyaknya menteri yang akan mundur karena memilih untuk mengikuti pelantikan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. “Saya akan bekerja 24 jam per hari dan 7 hari dalam seminggu, hingga tanggal 20 Oktober nanti,” kata CT, menanggapi “kebiasaan” menteri yang akan mundur. Seandainya dari beberapa yang mundur tersebut, karena memang benar-benar bagus kemudian diangkat menjadi menteri lagi, mundur lagi dan meninggalkan kedudukan yang belum lama dijalani tersebut.
Budaya aneh bagi pejabat kita karena beberapa menteri yang sekarang sudah ancang-ancang ini, lima tahun yang lalu juga mundur dari anggota dewan untuk menjadi menteri. Pekerjaan sebagai pejabat negara pada hakikatnya adalah pengabdian, bukan mencari uang, bukan mencari popularitas, bukan untuk mendapatkan kekuasaan dan kursi. Melihat apa yang terjadi, berarti menteri menjadi incaran yang menggiurkan dibandingan menjadi anggota dewan. Secara struktural kenegaraan dan birokrasi bernegara kedudukan anggota dewan jelas lebih tinggi kedudukannya. Namun secara gengsi, ekonomis, kebanggaan, dan hal-hal yang artifisial jelas lebih menjanjikan kedudukan menteri.
Anggota dewan dan juga menteri seharusnya bukan lagi sebagai ajang gengsi, mencari kursi, apalagi pekerjaan. Negarawan, semua daya upaya diperuntukkan untuk negara dan kemakmuran rakyat bukan lagi memikirkan diri sendiri, terutama yang berkaitan dengan nama diri dan faktor ekonomi. Saat adanya hilir mudik, keluar masuk menteri-anggota dewan-menteri, dapat dikatakan sebagai pribadi yang hanya mencari kekuasaan. Kekuasaan bukan sebagai negarawan, namun pribadi yanag mencari uang dan kebanggaan diri.
Alangkah indahnya kalau sedang menjabat pada level yang sama, tidak boleh mencalonkan diri, sesama bis kota saja tidak boleh saling mendahului, sehingga cerita seperti ini tidak akan ada lagi. Contoh ketika masih menjabat sebagai menteri, tidak boleh mencalinkan menjadi anggota dewan untuk periode berikutnya. Hal ini akan terlihat sebagai orang yang mencari pekerjaan sehingga siap-siap melompat pada kedudukan yang berbeda.
Persoalan berikutnya ialah, kinerjanya pasti tidak maksimal. Ketika menjadi menteri sudah berpikir menjadi anggota dewan. Konflik kepentingan, ketika kampanye dan dana negara bisa digunakan untuk kepentingan pribadi. Waktu dan tenaga sudah terkuras untuk membangun diri agar terpilih, keterpihakan dan pilihan-pilihannya pasti tidak akan dapat obyektif.
Pengabdian, berarti memberikan diri untuk kebaikan bangsa dan negara, demi kesejahteraan rakyat, dan kemakmuran yang diabdi. Pengabdian berarti di mana saja akan sama, sebagai medan perjuangan bukan untuk mencari uang. Uang sebagai konsekuensi logis bahwa orang bekerja layak mendapatkan upah. Ketika demikian yang mengemuka, niscaya korupsi dan kolusi akan sirna dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Kesejahteraan karena pembangunan benar-benar terlaksana bukan hanya untuk kelompok apalagi pribadi pejabat tersebut.
Salam Damai…
Sumber : http://ift.tt/VBXLEu