Suara Warga

Memprediksi kepemimpinan berdasarkan prestasi Prabowo dan Jokowi (2)

Artikel terkait : Memprediksi kepemimpinan berdasarkan prestasi Prabowo dan Jokowi (2)

(Prabowo Subianto di bagian 1)

Joko Widodo

Kehidupan Joko Widodo (Jokowi) juga terbagi dalam dua fase. Fase pertama adalah sebagai pengusaha, sedangkan fase kedua adalah sebagai pejabat pemerintah.

Fase pertama kehidupan Jokowi dimulai sejak lulus dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1985 bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Kemudian ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik Pakdenya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati. Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp 30 juta dari ibunya dan berhasil mengembangkan perusahaannya sampai menjual produk-produk perabot kayu ke luar negeri, antara lain ke Eropa.

Selanjutnya fase kedua dimulai pada tahun 2005 ketika ia diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar 36,62%. Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman di masa muda, ia mengembangkan Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas luar negeri. Berkat pencapaiannya ini Jokowi terpilih kembali sebagai Wali Kota Surakarta pada tahun 2010 dengan persentase suara sebesar 90,09%. Selain itu, kota Solo mendapat penghargaan sebagai kota terbaik “Best City Award” dari organisasi internasional Delgosea pada Conference 2012 dan Jokowi sendiri diberi penghargaan sebagai Walikota terbaik ke-3 sedunia oleh City Mayors Foundation pada tahun yang sama. Selama menjabat Jokowi juga mendapat sejumlah bintang jasa nasional dari Presiden serta berbagai penghargaan dari sejumlah kementrian maupun organisasi masyarakat terutama untuk hasil kerja, kepeduliaan dan sikap anti-korupsi. Pada tahun 2012 Jokowi dipilih menjadi gubernur DKI Jaya. Dalam waktu singkat ia berhasil melakukan berbagai terobosan yang dianggap berani, karena gagal dijalankan oleh para pendahulunya, dan hasilnya dapat segera terlihat dan dinikmati oleh banyak warga masyarakat.

Dari sejarah hidup ini terlihat bahwa kekuatan kepemimpinan Jokowi lebih nampak pada fase kedua yaitu ketika menjabat sebagai pemimpin daerah. Penghargaan dari rakyat atas kepemimpinannya tampak pada pemilihan presiden tahun 2014 yang baru dilaksanakan di mana baik di Solo maupun di Jakarta, Jokowi mendapatkan suara lebih banyak dari calon saingannya, meskipun di kedua tempat itu ia tidak sempat menyelesaikan masa jabatannya (masa jabatan kedua di Solo, masa jabatan pertama di Jakarta).

Prediksi kepemimpinan

Apabila Prabowo dinyatakan sebagai Presiden RI, maka dapat diprediksi bahwa corak kepemimpinannya akan lebih menyerupai gaya militer. Dengan gaya ini Prabowo akan lebih banyak mendelegasikan pemerintahan pada anak buahnya dan menuntut kesetiaan penuh para anak buah itu pada perintahnya. Kelemahannya adalah jika para anak buah itu berhasil mengelabui pandangannya dengan laporan “asal bapak senang”, karena Prabowo akan merasa berhasil memimpin, sementara para anak buah dengan semena-mena dapat menyalahgunakan kekuasaan atas namanya. Sebaliknya, jika Prabowo dengan teliti rajin memeriksa sendiri hasil pekerjaan anak buahnya, maka dengan struktur ketat yang dijalankannya, akan mudah untuk melakukan perubahan kebijakan dan melakukan perbaikan. Di sinilah terletak kekuatannya.

Apabila Jokowi ditetapkan menjadi Presiden RI, maka ia dipastikan meneruskan pola kepemimpinannya yaitu dengan “blusukan” dan pemecahan persoalan yang cepat. Kelemahannya adalah jika para anak buahnya tidak efisien dalam menjalankan program-programnya, maka akan banyak proyek yang dimulai tetapi tertahan-tahan pelaksanaannya, baik akibat birokrasi maupun rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sebaliknya, jika Jokowi berhasil bekerja sama dengan orang-orang berkemampuan tinggi yang berjiwa serupa dengannya, maka tidak terlalu jauh untuk berharap ada kemajuan mengejutkan dalam berbagai bidang di Indonesia. Ini merupakan segi kekuatannya




Sumber : http://ift.tt/1yXJizP

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz