Suara Warga

Memprediksi kepemimpinan berdasarkan prestasi Prabowo dan Jokowi

Artikel terkait : Memprediksi kepemimpinan berdasarkan prestasi Prabowo dan Jokowi

Semakin hari semakin tidak jelas apa yang akan terjadi pada kehidupan di Indonesia ini dari segi kepemimpinannya. Mudah-mudahan pada tanggal 21 Agustus 2014 nanti akan ada suatu titik temu bagi sebagian besar orang yang dengan was-was menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK). Titik temu itu adalah suatu kepemimpinan yang sudah dikonfirmasi oleh lembaga tertinggi dalam bidang konstitusi di Indonesia ini. Bukan berarti semua akan setuju dengan keputusan MK, tetapi bagi sebagian besar orang, keputusan itu tentunya merupakan suatu kejelasan mengenai bagaimana sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini akan ditorehkan.

Sambil menunggu datangnya hari itu, ada baiknya melihat kembali dua pilihan yang diperhadapkan kepada rakyat Indonesia sebagai calon presiden: H. Prabowo Subianto dan Ir. H. Joko Widodo. Pemilihan sudah dilakukan, suara rakyat sudah diberikan, sekarang bagaimana kepemimpinan mereka seandainya salah satu kemudian disumpah sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketujuh? Bagi orang awam yang dibingungkan oleh berbagai informasi dan propaganda, secara gampang mereka dapat melihat dari Wikipedia bahasa Indonesia, di mana prestasi kedua orang ini dicatat dalam sejarah singkat kehidupan mereka. Melihat jumlah kata-kata, tentunya sudah banyak dilakukan suntingan di dalamnya, dan dari gaya bahasa, dapat dinilai cukup netral, tidak terlalu mengagungkan maupun menjelekkan.

Prabowo Subianto

Ada dua fase dalam kehidupan Prabowo: yang pertama sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia, yang kedua sebagai rakyat sipil setelah diberhentikan dari keanggotaan sebagai tentara. Dalam fase pertama, tidak sedikit prestasi yang telah dicapai, terutama dalam peperangan. Namun, di sini, semua prestasi itu terkait dengan sistem struktur kepangkatan, di mana ada atasan dan ada bawahan. Keberhasilan Prabowo dalam sejumlah misinya dapat dihubungkan dengan kecekatan anak buahnya yang sudah ditempa berbagai latihan, Prabowo sebagai komandan regu, kerjasama dengan regu-regu penunjang, serta perintah atasan yang juga sudah mengatur tim-tim penyerang dan penunjang sehingga misi itu dapat dilaksanakan dengan baik. Kerjasama dari atas, sejajar dan dari bawah ini vital dalam pelaksanaan misi suatu tim. Karir Prabowo melesat dengan cepat sejak tahun 1983, yaitu setelah menikah dengan putri Presiden Soeharto. Demikian pula, pasukannya membengkak besar, di mana Komando “Cadangan” Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yang dipimpinnya mencapai jumlah 11 ribu orang pada tahun 1998, yaitu pada tahun terakhir pemerintahan Presiden Soeharto.

Fase kedua kehidupan Prabowo dimulai ketika diberhentikan dari ketentaraan pada tahun 1998. Selanjutnya sejarah ini menjadi kurang jelas, selain hanya ditulis bahwa “Setelah meninggalkan karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan menjadi pengusaha.” Tidak ada kisah masa tinggalnya di luar negeri sebelum memasuki dunia usaha. Juga tidak ada catatan prestasi sebagai pengusaha, selain adanya kasus hutang yang melilit perusahaan yang dipimpinnya. Di samping memimpin berbagai perusahaan, Prabowo dipilih menjadi ketua umum tiga organisasi non-pemerintah yaitu: Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (2004-2009), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (2008-2013, sampai sekarang?), Ikatan Pencak Silat Indonesia (2012-sekarang. Kepengurusan di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia berakhir dengan gugatan pada kepengurusan baru yang ditolak oleh Mahkamah Agung pada tahun 2013. Dalam bidang politik, Prabowo pada mulanya menjadi anggota Partai Golkar. Setelah kalah dalam Konvensi Capres Golkar 2004, Prabowo mendirikan Partai Gerindra pada tahun 2008 dan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat sampai sekarang.

Dari sejarah hidup ini terlihat bahwa kekuatan kepemimpinan Prabowo secara langsung tampak jelas pada fase pertama kehidupannya, yaitu di dalam dunia militer. Dalam fase kedua, prestasi yang diraihnya melalui organisasi-organisasi yang langsung di bawah kepemimpinannya tidak kelihatan nyata. Dalam Partai Gerindra, Prabowo bukan sebagai Ketua Umum, meskipun berperan aktif dalam mengarahkan langkah kerja partai ini. Jadi di sini terlihat bahwa ada kekurangan informasi mengenai prestasi kepemimpinan Prabowo di bidang keorganisasian sipil.

Joko Widodo

Kehidupan Joko Widodo (Jokowi) juga terbagi dalam dua fase. Fase pertama adalah sebagai pengusaha, sedangkan fase kedua adalah sebagai pejabat pemerintah.




Sumber : http://ift.tt/1tjBNTk

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz