Suara Warga

Membaca Memoar Yusuf Wanandi

Artikel terkait : Membaca Memoar Yusuf Wanandi

Para aktivis perlu membaca buku Yusuf Wanandi berjudul “Menyibak Tabir Orde Baru, Memoar Politik Indonesia 1965 - 1998.” Sebagai memoar bukunya, memuat kisah-kisah yang humanis. Enak dibaca, dan banyak suspence yang membuat menarik untuk terus dibaca. Bahasanya lancar dan menarik. Dalam satu bab, ada banyak kisah yang mengandung suspen. Dan ini terdapat pada hampis setiap bab.

Buku ini berkisah tentang kehidupan Yusuf Wanandi. Masa kecil hingga menjadi aktivis kampus, diceritakan dengan singkat. Episode hidupnya, banyak dihabiskan dengan aktivitas Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Perannya dalam ikut mendudukkan Soeharto menjadi presiden pasca G30 S/PKI sampai dengan aktivitas dalam memberikan masukan-masukan tentang berbagai hal, terutama masalah hubungan internasinal. Termasuk di dalamnya juga bagaimana kedekatannya dengan Ali Moertopo, Soejono Hoemardani, dan Benny Moerdani di satu sisi. Dan di sisi lain, komentarnya tentang tokoh-tokoh lain seperti BJ Habibie, Try Soetrisno, Soedharmono, Megawati, Prabowo dan lain-lain.

Hal lain yang menarik dari buku ini adalah adanya bagian-bagian yang selama ini tidak diketahui publik. Atau bisa juga dikatakan, sebagai jawaban terhadap masalah-masalah yang menjadi pertanyaan publik tentang berbagai hal sepanjang Orde Baru. Semua hal itu, diceritakan dengan lugas dalam perspektif Yusuf Wanandi.

Bagi generasi yang lahir setelah Orde Lama—seperti penulis—buku ini memberikan perspektif baru yang melengkapi pemahaman tentang Orde Baru. Orde Baru yang dipandang sebagai pemerintahan yang penuh ketertiban, ternyata banyak konflik dan persaingan antarkelompok kepentingan untuk mendapatkan perhatian dari pusat kekuasaan, Pak Harto. Menarik, karena pemahaman yang ada selalu berdasarkan media yang terkontrol dengan baik. Tak ada media yang memberitakan hal-hal di luar kebijakan pemerintah. Meskipun satu-dua kali ada, media yang berani memberitakannya, akan segera ada klarifikasi dari pihak pemerintah. Dan media yang bersangkutan, akan segera meralatnya, atau tidak terbit lagi.

Dalam perspektif penulis, Yusuf Wanandi sangat piawai dalam dalam gelanggang politik di balik layar kekuasaan Orde Baru paling tidak selama 20 tahun. Tampak tidak pernah kehilangan fokus. Selalu ada jalan untuk memberikan perannya. Seorang aktivis di balik layar yang tidak kehilangan energi dan arah dalam ikut serta “mengedalikan pemerintahan” Orde Baru.

Sekali lagi, buku ini manarik untuk dibaca. Akan memperkaya pemahaman terhadap suatu rezim. Akan semakin komprehensif pemahaman kita tentang Orde Baru. Dan tentu bermanfaat bagi terbangunnya sistem politik Indonesia. Kesalahan-kesalahan yang ada dalam praktik berpolitik, akan menjadi pelajaran yang berharga. Tentu, kebaikannya akan bisa terus dikembangkan demi tetap tegaknya dan semakin kuatnya sistem pemerintahan Indonesia.***




Sumber : http://ift.tt/1oaXVyB

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz