Suara Warga

Krisis Keteladanan

Artikel terkait : Krisis Keteladanan

KRISIS KETELADANAN

Penulis : Catur Nurrochman O. S.Pd.

Guru SMP Negeri 1 Kemang, Mahasiswa tugas belajar S-2 IPS Univ. Pendidikan Indonesia-Bandung

Indonesia saat ini mengalami krisis keteladanan. Masyarakat dengan mudahnya dipertontonkan perihal perilaku para tokoh masyarakat yang jauh dari nilai keteladanan. Era reformasi saat ini dimana keterbukaan akan informasi begitu luas, sehingga masyarakat kecil hingga pelosok dapat mendapatkan akses begitu cepat tentang berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat. Media massa, baik cetak maupun elektronik seringkali dimuat berita tentang tokoh-tokoh yang dulunya mendapat tempat terhormat baik di pentas kehidupan tingkat lokal, regional, maupun nasional menjadi pesakitan, tersangka hukum yang terjerat baik karena sangkaan korupsi maupun pidana lainnya. Tidak sedikit yang tadinya dan harusnya menjadi tuntunan masyarakat sekarang menjadi tontonan masyarakat karena terjerat berbagai tuduhan kriminal baik korupsi, pelecehan seksual dan sebagainya.

Keteladanan harus ditunjukkan oleh para pimpinan maupun tokoh masyarakat baik di lingkungan daerah maupun tingkat pusat untuk memberikan contoh bagi pembangunan karakter masyarakat. Pendidikan karakter keteladanan ini harus dibangun mulai dari lingkup yang kecil yaitu dari keteladanan dari orang tua di keluarga. Ayah dan Ibu di rumah adalah menjadi contoh keteladanan yang utama. Karena pendidikan pertama bagi anak adalah diberikan di rumah dan orangtua menjadi pendidik yang utama di keluarga. Setelah itu baru keteladanan diberikan di Sekolah. Guru menjadi sosok teladan bagi peserta didik. Pembentukan karakter anak di sekolah diberikan melalui penanaman nilai-nilai oleh guru. Selanjutnya di lingkungan masyarakat, keteladanan dibangun oleh para masyarakat melalui keteladanan para pemimpin atau tokoh masyarakat. Apabila ketiga hal ini berjalan sinergis, maka akan terbentuk masyarakat madani dan ujungnya akan membuat negara semakin kokoh.

Bangunan bangsa yang besar dan majemuk seperti Indonesia membutuhkan pondasi yang kokoh untuk menghadapi setiap goncangan dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang semakin hari semakin mengglobal. Apabila tidak kokoh bangunannya maka akan mudah tergerus dan akhirnya runtuh. Hal inilah yang kita tidak inginkan bersama. Masa depan Indonesia terletak di tangan kita sendiri, oleh karena itu setiap komponen bangsa ini sudah saatnya bersatu padu, bahu membahu bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita bersama sebagaimana telah dicanangkan oleh para “Founding Father” bangsa Indonesia. Tanpa keteladanan, nampaknya sulit terwujud akan cita-cita Indonesia yang adil makmur, sentosa, gemah ripah loh jinawi.

Wallahualam Bisshowab.

Bandung, 31 Januari 2014




Sumber : http://ift.tt/Vzfb4D

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz