Ada satu hukum lagi untuk memenangkan Pilpres
Aku lihat di TV bahwa MK telah memutuskan menolak tuntutan capres dan cawapres B terhadap hasil pilpres yang telah diumumkan KPU. Para politikus dan pakar hukum pun telah menyampaikan bahwa keputusan MK itu adalah bersifat final dan memikat. Tidak ada lagi hukum lain yang dapat ditempuh untuk memperdebatkan hasil pilpres.
Namun para cerdik cendikiawan itu sepertinya lupa bahwa masih ada satu hukum yang dapat digunakan untuk memperebutkan hasil pilpres. Hukum yang satu ini sifatnya final. Para kesatria dan para pendekar sakti mandraguna menyebutnya sebagai senjata pamungkas. Senjata pamungkas ini akan digunakan jika keadaan terdesak saja. Jika kemenangan hampir sirna. Jika musuh sudah menggunus pedang di depan mata.
Satu hukum itu bernama HUKUM RIMBA, yang berbunyi: “Siapa yang kuat dia yang menang”. Hukum rimba ini tidak mengedepankan hati nurani dan pikiran tetapi sekedar mengutamakan okol saja. Maka dapat kita bayangkan saja capres A dan capres B sedang bermain panco atau pun tinju. (Jadi atlit aja kali).
Hukum rimba ini tak pakai etika apa lagi logika. Siapa yang kuat dia yang menang. Siapa yang menang pasti hidup. Rimba adalah rumahnya para binatang. Maka yang patut untuk menggunakan hukum ini ya para binatang.
Seandainya ada capres dan cawapres yang menempuh jalur hukum rimba ini untuk memperebutkan hasil pilpres maka dapat dipastikan mereka itu sebenarnya adalah binatang.
Namun aku tahu di dunia ini apa pun dapat terjadi; bahwa manusia yang berhati binatang pun ada.
—Pray for RI—
Sumber : http://ift.tt/1zi7UUh
Namun para cerdik cendikiawan itu sepertinya lupa bahwa masih ada satu hukum yang dapat digunakan untuk memperebutkan hasil pilpres. Hukum yang satu ini sifatnya final. Para kesatria dan para pendekar sakti mandraguna menyebutnya sebagai senjata pamungkas. Senjata pamungkas ini akan digunakan jika keadaan terdesak saja. Jika kemenangan hampir sirna. Jika musuh sudah menggunus pedang di depan mata.
Satu hukum itu bernama HUKUM RIMBA, yang berbunyi: “Siapa yang kuat dia yang menang”. Hukum rimba ini tidak mengedepankan hati nurani dan pikiran tetapi sekedar mengutamakan okol saja. Maka dapat kita bayangkan saja capres A dan capres B sedang bermain panco atau pun tinju. (Jadi atlit aja kali).
Hukum rimba ini tak pakai etika apa lagi logika. Siapa yang kuat dia yang menang. Siapa yang menang pasti hidup. Rimba adalah rumahnya para binatang. Maka yang patut untuk menggunakan hukum ini ya para binatang.
Seandainya ada capres dan cawapres yang menempuh jalur hukum rimba ini untuk memperebutkan hasil pilpres maka dapat dipastikan mereka itu sebenarnya adalah binatang.
Namun aku tahu di dunia ini apa pun dapat terjadi; bahwa manusia yang berhati binatang pun ada.
—Pray for RI—
Sumber : http://ift.tt/1zi7UUh