AHOK: Santri Politik Gus Dur
Gusdurian bilang bahwa Gus Dur memiliki banyak kelebihan (ilmu linuwih). Bahkan ada yang agak sedikit lebay berpendapat bahwa Gus Dur itu sosok Waliyullah (kekasih Allah SWT). Semoga memang benar pendapat itu. Yang jelas, Gus Dur itu Guru Besar politik bangsa Indonesia yang santri dari kalangan sarungan.
Bagi yang tidak suka dengan sepak terjang Gus Dur, mereka selalu mengatakan bahwa Gus Dur tersesat, tindak konsisten alis mencla mencle. Apalagi, Gus Dur itu sukanya berpihal pada non-muslim, dan melindungi minoritas, sampai-sampai Inul Daratista yang terkenal dengan Goyang Ngebor di belani. Gus Dur tidak perduli dengan ejekan miring seputar dirinya, yang terpenting baginya tidak boleh ada diskrimanis di bumi Nusantara.
Ketika masih hidup, Gus Dur sudah biasa dipuji dan dicaci maki. Makian dan cacian itu hampir menjadi bagian dari instrumen kehidupan Gus Dur sehari-hari. Tidak semua orang NU itu memuji Gus Dur, khususnya NU garis keras. Akan tetapi bisa dikatakan bahwa mayoritas warga NU itu memuji dan mendukung langkah politik Gus Dur. Tidak dipungkiri, munculnya Gus Dur sebagai Presiden RI menjadi daya tarik sendiri bagi warga Nahdiyin untuk berkiprah membangun bangsa Indonesia lebih baik dan bermartabat. Puluhan tahun, hak politik warga NU dikebiri oleh Presiden Suharto.
Sedangkan mereka yang tidak memuji cukup banyak, sampai-sampai ada yang mengatakan:”Gus Dur itu wali Syetan”. Ada juga yang mengatakan:”Gus Dur itu Dajjal”. Setiap hari Gus Dur diejek, dilecehkan, tetapi Gus Dur tetap saja menghargai dan menghormati sebuah perbedaan yang ada.
Ketika Gus Dur wafat, hampir semua politisi negeri ini telah menyambangi makam Gus Dur. Anis Matta (PKS), Hatta Rajasa (PAN), serta dari PPP, Golkar, Demokrat (SBY), Nasdem, PDIP. Bahkan ulama-ulama dunia Internasional menyempatkan diri nyambangi kuburan Gus Dur. Sampai-sampai, ada istilah baru dalam dunia ziarah kubur di Jawa Timur. Jika dulu ada ziarah wali songo, sekarang ziarah wali sepuluh. Gus Dur termasuk wali ke-sepuluh. Kurang afdal bagi warga Nahdiyin jika belum berziarah ke kuburan Gus Dur.
Sebagai ulama, cendikiawan, politisi, Gus Dur itu memiliki wawasan agama dan pengetahuan umum cukup luas. Gus Dur satu-satunya presiden republik Indonesia yang berlatar belakang kyai (santri), sekaligus berasal dari warga Nahdiyin. Kendati demikian, Gus Gur tidak pernah memperlakukan wong NU lebih istimewa dari pada Muhammadiyah atau yang lainnya. Bahkan, Gus Dur itu sangat meng-istimewakan kelompok-kelompok minoritas, seperti; Ahmadiyah, Keturunan China, dll.
Ada sifat yang sangat menonjol dari pribadi Gus Dur, yaitu pemaaf. Gus Dur sangat memahami QS Ali Imran (3:134) yang artinya:” Orang-orang yang bertakwa yaitu menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang.
Gus Dur disakiti, dihina dengan presiden buta, kyai palsu, tidak pernah sholat, bahkan dituduh gerandong hingga Dajjal. Tidak satu-pun orang yang pernah menjelekkan itu dibalasnya, kecuali dimaafkan. Bahkan, Gus Dur justru melindungi orang-orang yang pernah menyakiti dirinya. Apalagi, ketika Gus Dur dipaksa turun dari kursi presiden, Gus Dur justru meredam para pendukungnya agar tidak merusak dan tidak boleh marah-marah. Tidak ada dendam dihati Gus Dur, itulah sosok Guru Besar Politik Negeri ini.
Hampir semua elti politik negeri ini pernah nyantri politik kepada Gus Dur. Khofiah (Ketua Muslimat), Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Saifullah Yusuf (Wagub Jatim), Azwar Anas (bupati Banyuwangi), Hasyim Muzadi (PBNU), Saiq Aqil Siradj (PBNU), Yusuf Kalla (Mustasar PBNU), Susilo Bambang Yudoyono (Presiden RI), Kapolri Sutarman, Ahok (Wagub Jakarta), Ulil Absar Abdalla, Ahmad Dhani, Inul Daratista, Rizal Romli, Zuhairi Misrawi, Guru Ganesha Kurt (Jerman), Yusril Iza Mahendra (http://ift.tt/1q6Rywv).
Hampir semua pengurus PKB pusat dan daerah, sebagian lagi pengurus PPP, Demokrat cukup banyak santri-santri politik Gus Dur. Jokowi Presiden RI terpilih 2014, itu juga pernah sowan kepada Ibu Shinta Nuriyah. Kopyah kesukaan Gus Dur saat masih menjabat Presiden, diberikan kepada Jokowi. Dengan harapan Jokowi mendapat berkah dari koyah itu. Dengan ijin Allah SWT, Jokowi ahirnya ditakdirkan menang melawan Probowo Subiyanto.
Yang menarik dari beberapa santri politik Gus Dur adalah Ahok. Dia salah satu dari sekian banyak yang mendapatkan restu dan dukungan Gus Dur. Secara terang-terangan pula, Ahok mengunakan nama Gus Dur di dalam maju menuju wakil Gubernur. Gus Dur mendukungnya karena memang Ahok itu pantas dan mampu, sekaligus memberikan bukti nyata bahwa di Indoensia ini tidak boleh ada diskriminasi . Apapun agama dan keyakinan harus mendapatkan perlakukan yang sama.
Masih membicangkan satri Gus Dur yang satu ini. Ketika saya umrah di awal Ramadhan 2014. Kebetulan aku selalu bersama dengan seorang jamaah laki-laki yang pernah aktif di café Stadium Jakarta. Hampir setiap saat dia dan rekan-rekanya menikmati sajian di Café Stadidum Jakarta. Sampai suatu ketika dia mengatakan:”Seandainya Ahok itu islam, pasti pahalanga gede banget”. Saya-pun bertanya:emangngya kenapa? Dia-pun menjelaskan:”Itu tuh….Ahok itu satu-satunya wagub yang berani mentup tempat hiburan terbesar di Jakarta (Café Satadium Jakarta). Padahal Staidum Jakarta itu sudah cukup lama, dan tidak ada satu-pun Gubernur yang bernani menutup. Ternyata, Ahok berani melakukannya”. Mendengar cerita ini, teringat kepada wali kota Surabaya, Ibu Risma yang berani dengan tegas menutup “Prostitusi Dolly”.
Rupanya, restu Gus Dur terhadap Ahok itu tidak sia-sia. Walaupun dari keturunan China, Ahok itu warga Indonesia. Walaupun dia bukan muslim, tetapi dia memiliki keberanian yang tinggi menutup tempat maksiat yang usianya sudah puluhan tahun, dimana kemaksiatan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Walaupun Ahok itu bukan Islam, tetapi tetap menghormati umat islam. Walaupun dia tidak se-iman dengan Gus Dur tetap menghormati Gus Dur dan keluarganya, serta wara NU pada umumnya. Itulah salah satu profil santri Politik Gus Dur yang sebentar lagi akan menjadi Gubernur DKI mengantikan Jokowi.
Sumber : http://ift.tt/1tDFJgO
Bagi yang tidak suka dengan sepak terjang Gus Dur, mereka selalu mengatakan bahwa Gus Dur tersesat, tindak konsisten alis mencla mencle. Apalagi, Gus Dur itu sukanya berpihal pada non-muslim, dan melindungi minoritas, sampai-sampai Inul Daratista yang terkenal dengan Goyang Ngebor di belani. Gus Dur tidak perduli dengan ejekan miring seputar dirinya, yang terpenting baginya tidak boleh ada diskrimanis di bumi Nusantara.
Ketika masih hidup, Gus Dur sudah biasa dipuji dan dicaci maki. Makian dan cacian itu hampir menjadi bagian dari instrumen kehidupan Gus Dur sehari-hari. Tidak semua orang NU itu memuji Gus Dur, khususnya NU garis keras. Akan tetapi bisa dikatakan bahwa mayoritas warga NU itu memuji dan mendukung langkah politik Gus Dur. Tidak dipungkiri, munculnya Gus Dur sebagai Presiden RI menjadi daya tarik sendiri bagi warga Nahdiyin untuk berkiprah membangun bangsa Indonesia lebih baik dan bermartabat. Puluhan tahun, hak politik warga NU dikebiri oleh Presiden Suharto.
Sedangkan mereka yang tidak memuji cukup banyak, sampai-sampai ada yang mengatakan:”Gus Dur itu wali Syetan”. Ada juga yang mengatakan:”Gus Dur itu Dajjal”. Setiap hari Gus Dur diejek, dilecehkan, tetapi Gus Dur tetap saja menghargai dan menghormati sebuah perbedaan yang ada.
Ketika Gus Dur wafat, hampir semua politisi negeri ini telah menyambangi makam Gus Dur. Anis Matta (PKS), Hatta Rajasa (PAN), serta dari PPP, Golkar, Demokrat (SBY), Nasdem, PDIP. Bahkan ulama-ulama dunia Internasional menyempatkan diri nyambangi kuburan Gus Dur. Sampai-sampai, ada istilah baru dalam dunia ziarah kubur di Jawa Timur. Jika dulu ada ziarah wali songo, sekarang ziarah wali sepuluh. Gus Dur termasuk wali ke-sepuluh. Kurang afdal bagi warga Nahdiyin jika belum berziarah ke kuburan Gus Dur.
Sebagai ulama, cendikiawan, politisi, Gus Dur itu memiliki wawasan agama dan pengetahuan umum cukup luas. Gus Dur satu-satunya presiden republik Indonesia yang berlatar belakang kyai (santri), sekaligus berasal dari warga Nahdiyin. Kendati demikian, Gus Gur tidak pernah memperlakukan wong NU lebih istimewa dari pada Muhammadiyah atau yang lainnya. Bahkan, Gus Dur itu sangat meng-istimewakan kelompok-kelompok minoritas, seperti; Ahmadiyah, Keturunan China, dll.
Ada sifat yang sangat menonjol dari pribadi Gus Dur, yaitu pemaaf. Gus Dur sangat memahami QS Ali Imran (3:134) yang artinya:” Orang-orang yang bertakwa yaitu menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang.
Gus Dur disakiti, dihina dengan presiden buta, kyai palsu, tidak pernah sholat, bahkan dituduh gerandong hingga Dajjal. Tidak satu-pun orang yang pernah menjelekkan itu dibalasnya, kecuali dimaafkan. Bahkan, Gus Dur justru melindungi orang-orang yang pernah menyakiti dirinya. Apalagi, ketika Gus Dur dipaksa turun dari kursi presiden, Gus Dur justru meredam para pendukungnya agar tidak merusak dan tidak boleh marah-marah. Tidak ada dendam dihati Gus Dur, itulah sosok Guru Besar Politik Negeri ini.
Hampir semua elti politik negeri ini pernah nyantri politik kepada Gus Dur. Khofiah (Ketua Muslimat), Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Saifullah Yusuf (Wagub Jatim), Azwar Anas (bupati Banyuwangi), Hasyim Muzadi (PBNU), Saiq Aqil Siradj (PBNU), Yusuf Kalla (Mustasar PBNU), Susilo Bambang Yudoyono (Presiden RI), Kapolri Sutarman, Ahok (Wagub Jakarta), Ulil Absar Abdalla, Ahmad Dhani, Inul Daratista, Rizal Romli, Zuhairi Misrawi, Guru Ganesha Kurt (Jerman), Yusril Iza Mahendra (http://ift.tt/1q6Rywv).
Hampir semua pengurus PKB pusat dan daerah, sebagian lagi pengurus PPP, Demokrat cukup banyak santri-santri politik Gus Dur. Jokowi Presiden RI terpilih 2014, itu juga pernah sowan kepada Ibu Shinta Nuriyah. Kopyah kesukaan Gus Dur saat masih menjabat Presiden, diberikan kepada Jokowi. Dengan harapan Jokowi mendapat berkah dari koyah itu. Dengan ijin Allah SWT, Jokowi ahirnya ditakdirkan menang melawan Probowo Subiyanto.
Yang menarik dari beberapa santri politik Gus Dur adalah Ahok. Dia salah satu dari sekian banyak yang mendapatkan restu dan dukungan Gus Dur. Secara terang-terangan pula, Ahok mengunakan nama Gus Dur di dalam maju menuju wakil Gubernur. Gus Dur mendukungnya karena memang Ahok itu pantas dan mampu, sekaligus memberikan bukti nyata bahwa di Indoensia ini tidak boleh ada diskriminasi . Apapun agama dan keyakinan harus mendapatkan perlakukan yang sama.
Masih membicangkan satri Gus Dur yang satu ini. Ketika saya umrah di awal Ramadhan 2014. Kebetulan aku selalu bersama dengan seorang jamaah laki-laki yang pernah aktif di café Stadium Jakarta. Hampir setiap saat dia dan rekan-rekanya menikmati sajian di Café Stadidum Jakarta. Sampai suatu ketika dia mengatakan:”Seandainya Ahok itu islam, pasti pahalanga gede banget”. Saya-pun bertanya:emangngya kenapa? Dia-pun menjelaskan:”Itu tuh….Ahok itu satu-satunya wagub yang berani mentup tempat hiburan terbesar di Jakarta (Café Satadium Jakarta). Padahal Staidum Jakarta itu sudah cukup lama, dan tidak ada satu-pun Gubernur yang bernani menutup. Ternyata, Ahok berani melakukannya”. Mendengar cerita ini, teringat kepada wali kota Surabaya, Ibu Risma yang berani dengan tegas menutup “Prostitusi Dolly”.
Rupanya, restu Gus Dur terhadap Ahok itu tidak sia-sia. Walaupun dari keturunan China, Ahok itu warga Indonesia. Walaupun dia bukan muslim, tetapi dia memiliki keberanian yang tinggi menutup tempat maksiat yang usianya sudah puluhan tahun, dimana kemaksiatan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Walaupun Ahok itu bukan Islam, tetapi tetap menghormati umat islam. Walaupun dia tidak se-iman dengan Gus Dur tetap menghormati Gus Dur dan keluarganya, serta wara NU pada umumnya. Itulah salah satu profil santri Politik Gus Dur yang sebentar lagi akan menjadi Gubernur DKI mengantikan Jokowi.
Sumber : http://ift.tt/1tDFJgO