The New Lebaran: Baju Baru Hingga Presiden Baru
Yang Berlalu (Menuju Pilpres)
Tahun 2013 sudah lama berlalu. Sosialisasi tentang bakal calon presiden dan wakil presiden semakin ramai. Lebih ramai lagi karena bakal calon legislatif (bacaleg) ikut terpampang. Sosok presiden yang masih menjabat tak kalah sibuk. Semakin ramai saja ia berceloteh di sosial media. Sang presiden mendapat predikat ‘tukang curhat’ nomor 1. Istrinya juga sedang marak dibicarakan secara lisan dan tulisan. Sebuah situs jejaring bernama Instagram menjadi saksi komentar ambigu nan pedas The First Lady.
Satu demi satu fakta menenggelamkan pamor kejayaan sang partai pengusung presiden. Kebanyakan tentang korupsi. Namun ditambah dengan ketimpangan tugas sang presiden. Menjelang akhir masa jabatannya, alih-alih menitikberatkan pada agenda yang belum terselesaikan, ia justru sibuk mengurusi partainya. Pamor partai semakin turun, kans mendulang suara di Pemilu tak memuaskan, gempuran isu pesaing semakin tak terelakkan. Kinerja sang presiden tak mampu membuat kekecewaan masyarakat berkurang. Akankah sejarah mampu menelurkan pemimpin rakyat impian?
Yang Baru
July 9, 2014: Indonesia presidential election. Demikian monumentalnya sampai-sampai Google mengabadikannya dengan membuat Google Doodle spesial untuk tanggal ini. Kedua capres bersaing ketat bahkan sejak awal kampanye. Demikin panasnya kubu masing-masing bersaing mendapatkan suara membuat informasi semakin simpang siur.
Usai acara pemungutan suara dihelat, situasi tak kunjung meredam. Masing-masing kubu sudah mulai memproklamirkan kemenangannya meski jelas-jelas belum ada hasil resmi. Ada versi quick count dan real count. Situs KPU ikut-ikutan menyajikan informasi yang diragukan kevalidannya. Entah apa yang membuat euforia ini demikian mengganas sampai membuat versi kemenangan masing-masing. Akhirnya diambil jalan tengah, hasil hitung suara Pilpres 2014 akan diumumkan secara resmi tanggal 22 Juli 2014.
Yang (Masih) Hangat
Keputusan KPU sudah diumumkan. Ada yang senang, ada yang hanya berkumandang. Bagaimanapun juga palu sudah diketuk. Calon presiden baru bahkan sudah mulai menyusun kabinetnya. Tak tanggung-tanggung, rakyat juga boleh ukut urun rembug tentang personil yang sekiranya layak masuk kabinet. Kemajuan dalam berpolitik? Semoga.
Akhir kata, Indonesia kembali menunjukkan keunikannya. Negara dengan populasi muslim terbesar sedunia ini demikian terpesona dengan pemilihan presiden langsung yang baru berlalu. Sampai-sampai orang lebih rela adu mulut tentang jagoan capres-cawapres masing-masing ketimbang memusingkan harga sembako yang meroket menjelang hari raya. Euforia tak terelakkan. Mari kita tunggu perhelatan dan performa kabinet baru di bawah tampuk kepemimpinan orang-orang terpilih.
Kata orang, Idul Fitri identik dengan yang baru. Baju baru, perasaan yang baru, dan semoga momentum ini juga kelak melahirkan tatanan Indonesia baru yang betul-betul inovatif. Bukan sekedar jargon atau pencitraan yang berujung agenda tak terselesaikan.
Indonesia sudah terlalu lama dikungkung masalah lama bin klise: diberondong dengan masalah internal, dicerca dari luar agar tetap dapat berdaulat. Semoga tak ada reshuffle kabinet dalam 100 hari pertama kepemimpinan presiden yang baru. Siapa tahuuu?
Pak Presiden yang akan datang, buktikan dan jangan (lagi cuma) blusukan. We count on you.
Jakarta, 29-07-2014
Salam PerantauPembelajarPenikmatHidup
Sumber : http://ift.tt/1qh3wRK
Tahun 2013 sudah lama berlalu. Sosialisasi tentang bakal calon presiden dan wakil presiden semakin ramai. Lebih ramai lagi karena bakal calon legislatif (bacaleg) ikut terpampang. Sosok presiden yang masih menjabat tak kalah sibuk. Semakin ramai saja ia berceloteh di sosial media. Sang presiden mendapat predikat ‘tukang curhat’ nomor 1. Istrinya juga sedang marak dibicarakan secara lisan dan tulisan. Sebuah situs jejaring bernama Instagram menjadi saksi komentar ambigu nan pedas The First Lady.
Satu demi satu fakta menenggelamkan pamor kejayaan sang partai pengusung presiden. Kebanyakan tentang korupsi. Namun ditambah dengan ketimpangan tugas sang presiden. Menjelang akhir masa jabatannya, alih-alih menitikberatkan pada agenda yang belum terselesaikan, ia justru sibuk mengurusi partainya. Pamor partai semakin turun, kans mendulang suara di Pemilu tak memuaskan, gempuran isu pesaing semakin tak terelakkan. Kinerja sang presiden tak mampu membuat kekecewaan masyarakat berkurang. Akankah sejarah mampu menelurkan pemimpin rakyat impian?
Yang Baru
July 9, 2014: Indonesia presidential election. Demikian monumentalnya sampai-sampai Google mengabadikannya dengan membuat Google Doodle spesial untuk tanggal ini. Kedua capres bersaing ketat bahkan sejak awal kampanye. Demikin panasnya kubu masing-masing bersaing mendapatkan suara membuat informasi semakin simpang siur.
Usai acara pemungutan suara dihelat, situasi tak kunjung meredam. Masing-masing kubu sudah mulai memproklamirkan kemenangannya meski jelas-jelas belum ada hasil resmi. Ada versi quick count dan real count. Situs KPU ikut-ikutan menyajikan informasi yang diragukan kevalidannya. Entah apa yang membuat euforia ini demikian mengganas sampai membuat versi kemenangan masing-masing. Akhirnya diambil jalan tengah, hasil hitung suara Pilpres 2014 akan diumumkan secara resmi tanggal 22 Juli 2014.
Yang (Masih) Hangat
Keputusan KPU sudah diumumkan. Ada yang senang, ada yang hanya berkumandang. Bagaimanapun juga palu sudah diketuk. Calon presiden baru bahkan sudah mulai menyusun kabinetnya. Tak tanggung-tanggung, rakyat juga boleh ukut urun rembug tentang personil yang sekiranya layak masuk kabinet. Kemajuan dalam berpolitik? Semoga.
Akhir kata, Indonesia kembali menunjukkan keunikannya. Negara dengan populasi muslim terbesar sedunia ini demikian terpesona dengan pemilihan presiden langsung yang baru berlalu. Sampai-sampai orang lebih rela adu mulut tentang jagoan capres-cawapres masing-masing ketimbang memusingkan harga sembako yang meroket menjelang hari raya. Euforia tak terelakkan. Mari kita tunggu perhelatan dan performa kabinet baru di bawah tampuk kepemimpinan orang-orang terpilih.
Kata orang, Idul Fitri identik dengan yang baru. Baju baru, perasaan yang baru, dan semoga momentum ini juga kelak melahirkan tatanan Indonesia baru yang betul-betul inovatif. Bukan sekedar jargon atau pencitraan yang berujung agenda tak terselesaikan.
Indonesia sudah terlalu lama dikungkung masalah lama bin klise: diberondong dengan masalah internal, dicerca dari luar agar tetap dapat berdaulat. Semoga tak ada reshuffle kabinet dalam 100 hari pertama kepemimpinan presiden yang baru. Siapa tahuuu?
Pak Presiden yang akan datang, buktikan dan jangan (lagi cuma) blusukan. We count on you.
Jakarta, 29-07-2014
Salam PerantauPembelajarPenikmatHidup
Sumber : http://ift.tt/1qh3wRK