Suara Warga

Sedikit Analisa: Mengapa Prabowo Gagal?

Artikel terkait : Sedikit Analisa: Mengapa Prabowo Gagal?

1. Karena dia menggunakan energi negatif. Kampanyenya berorasi di panggung penuh teriakan negatif:

- Tidak mau jadi kacung

- Orang Indonesia lugu … Naif dan goblok


- Sebut kata “pelacur” dalam pembahasan mengenai TKW


- tertangkap bilang “kampret”


- selalu teriak “maling” & “bocor”


- memarahi media “brengsek” dan melecehkan profesi “hakim saja bisa disogok, apalagi wartawan”


- bilang “orang Indonesia Timur suka berkelahi… Cocok jadi anggota TNI”


Ini semua belum termasuk kemuakan rakyat akan kampanye hitam (fitnah tak berbukti) yang tentunya sangat kejam diarahkan pada Jokowi: keturunan Cina, ucapan belasungkawa meninggalnya Jokowi di koran, nama Herbertus, keturunan PKI, kafir, ditunggangi pengusaha asing, zionis, kapitalis, boneka, penjual asset negara, dan entah apa lagi.

2. Berkoalisi dengan partai2 yang ketum-nya bermasalah / terindikasi bermasalah hukum dalam kasus korupsi yang merugikan negara (bocor), tapi selalu teriak “jangan mau dipimpin maling” … Padahal koalisinya penuh tersangka maling yang bikin bocor.




3. Oleh banyak pakar, selalu kalah dalam debat. Agar diperhatikan di sini, pengamat yang netral hampir tidak ada yang memenangkan prabowo. Hanya kubu prabowo yang menganggap prabowo menang:

- tidak bisa menjawab TPID

- berkali2 sepakat dengan Jokowi

- mengaku tidak setuju dengan timsesnya

- gagal memaksa Jokowi untuk mengucapkan sepakat

- kalah ide dan gagasan mengenai pemaparan rencana kerja yang konkrit

4. Retorika

Mohon maaf saja, retorika yang dilontarkan prabowo, setiap WNI bisa ucapkan juga, dari pelajar remaja sampai sampai dosen ilmu politik pasti bisa beretorika besar dan mengumbar janji besar. Jutaan rakyat menunggu, apa rencana kerja Prabowo yang konkrit. Saat ditanya apa yang dilakukan, seringkali dia jawab,”bagaimana kita sejahterakan rakyat? Bagaimana kita cegah kebocoran? Dengan mencegah kebocoran, maka ekonomi akan kuat.” Mari jujur pada diri sendiri, adakah jawaban konkrit dalam ucapan prabowo tersebut?

5. Tidak adanya koordinasi dalam kampanye.

- Data kebocoran 1000 triliun tidak terverifikasi, jadi kesannya as-bun.

- Tim kuasa hukum prabowo akan polisikan orang yang menyebarkan Surat DKP, tanpa mereka tau ketua timses Prabowo (Mahfud MD) yang perintahkan untuk sebar.

- persiapan debat yang minim, sampai Hatta Rajasa tidak mengetahui perbedaan kalpataru & adipura

- teriakan “sinting” fahri hamzah

- musisi ahmad dhani yang menjiplak karya musisi dunia tanpa izin + seragam fasis

SEMUA hal di atas, hampir tidak terlihat pada kubu Jokowi-JK. Kalaupun ada kasus korupsi di beberapa partai koalisi Jokowi-JK, Jokowi tidak tersandera karena tidak pernah membela mereka.

Pada akhirnya, RAKYAT SUDAH PINTAR. Mereka perlu seorang pemimpin yang memberi BUKTI, bukan janji.

Rakyat tidak perlu pemimpin gagah. Kalau mau gagah, penyanyi Agung Hercules juga lebih gagah… Apalagi Ade Rai.

Rakyat tidak perlu retorika dan pemimpin yang emosional. Mereka perlu pemimpin yang memahami rakyat. Yang sudah blusukan mempelajari kebutuhan walau tidak sedang kampanye.

Rakyat sudah pintar melihat ada capres yang peduli kekayaan alam, dan ada capres yang peduli kesejahteraan rakyatnya dan perbaikan sumber daya manusianya.

Rakyat juga MUAK saat melihat hatta rajasa bicara “hukum tidak boleh tajam ke bawah tapi tumpul ke atas” lalu melihat anaknya lolos dari hukuman, sementara untuk kesalahan yang sama, seorang rakyat biasa bisa dihukum maksimal bertahun-tahun.

Mungkin inilah sebabnya prabowo kalah.

*) catatan ini dibuat 3 mgg sesudah Pilpres. Jadi tidak ada muatan kampanye negatif. Hanya berusaha menganalisa melalui bukti2 yang sudah ada, dan banyak dari bukti tsb sudah kita ketahui bersama keberadaannya.






Sumber : http://ift.tt/1pBRC3s

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz