Suara Warga

Indonesia Akan di-Islamkan pada Tahun 2020?

Artikel terkait : Indonesia Akan di-Islamkan pada Tahun 2020?

Mungkin ada di antara anda yang sudah tahu bahwa ada gerakan yang punya tujuan meng-islamkan Indonesia dengan target realisasi pada tahun 2020. Mereka menamakan ini sebagai cita-cita 2020!



Tadinya saya tidak akan menulis dengan tema-tema politik yang bercampur dengan ideologi agama seperti ini, namun karena beberapa teman bertanya dan saya ingin berbagi wawasan tentang cinta Indonesia, maka tulisan ini saya turunkan dan sepenuhnya saya liat dari sudut pandang saya pribadi.



Mengapa ada cita-cita untuk meng-islamkan Indonesia secara nyata pada tahun 2020? Ya, ini merupakan cita-cita dari gerakan Negara Islam Indonesia yang dikenal dengan nama NII.

Apa saja program-program dari NII untuk mewujudkan tegaknya Negara Islam Indonesia ini? Inilah program tersebut:

· Pertama, 1416-1420 Hijriah melaksanakan program Hujumat . Hujumat Tabsyiriah adalah program perekrutan dan pembinaan anggota baru secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Target perekrutan setiap tahun adalah 5.000 anggota.

· Kedua, 1421-1425 Hijriah, program Iqtisodiyah , yaitu Ekonomi dan pendidikan dengan sasaran memberlakukan hukum Islam secara intern. Iqtisodiyah adalah penguasaan titik-titik strategis lewat penguasaan tanah, pembentukan sentra ekonomi dalam bidang peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan dan perhutanan..

· Tarbiyah adalah pendidikan formal yang didirikan untuk mendidik generasi muda NII dalam bentuk pondok pesantren

· Shihah adalah pembangunan rumah sehat

· Difa adalah pembentukan militer

· Maliyah adalah penggalangan dana yang digunakan untuk membiayai operasional gerakan



Yang jadi pertanyaan bagi sebagaian besar orang yang belum tahu adalah, mengapa gerakan ini ada? Darimana asalnya?

Dalam sejarah kita mengenal seorang tokoh yang bernama Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo , yang awalnya melakukan gerakan bersama-sama dengan HOS Tjokroaminoto dan juga Soekarno memperjuangkan tegaknya Indonesia.



Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosoewiryo memproklamirkan Negara Islam Indonesia. Lho bukankah pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno sudah memproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? Lalu mengapa Kartosoewiryo juga memproklamirkan negara di dalam negara?



Mari kita melihat sebuah kenyataan atas kondisi yang menggerakan Kartosoewiryo melakukan hal tersebut. Pada tahun 1949 NKRI sedang vacuum of powe r. Secara geografis, Indonesia saat itu hanya Jogjakarta saja, sementara daerah lainnya termasuk ke dalam Negara persemakmuran atau Serikat.

Melihat teman-temannya yang terlibat dalam politik tidak dengan segera dan tegas memperjuangkan kembali NKRI, melainkan seolah-olah membiarkan Indonesia menjadi Negara persemakmuran (RIS – Republik Indonesia Serikat), maka Kartosoewiryo pada saat itu memproklamirkan Negara Islam Indonesia dengan maksud dia tidak rela jika Indonesia kembali dijajah oleh Belanda. Artinya saat itu apabila Indonesia ‘ambruk’ maka dia masih punya cadangan pemerintahan untuk tetap mempertahankan Indonesia.



Namun ternyata teman-temannya di kancah politik tidak diam dan terus berdiplomasi agar RIS – Republik Indonesia Serikat kembali menjadi NKRI – Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka ketika Indonesia kembali menjadi NKRI, NII sudah terlanjur di proklamirkan. Disinilah masalah dimulai, yaitu bahwa NII menjadi ajang ketidakpuasan Kartosoewiryo atas janji dan diplomasi pemerintah saat itu.

Bahkan bukan NII saja yang mengambil sikap seperti itu. Tercatat ada nama: PRRI, Permesta, Daud Beureuh , dan lain-lain. Mereka memiliki akar permasalahan yang sama.



Bila saya melihat permasalahan pada masa itu, yaitu saat Indonesia Vacuum of Power , maka sangat mungkin sekali ada tokoh yang berjaga-jaga apabila suatu saat Indonesia ambruk dan saat itu juga sudah siap sebuah pemerintahan yang menggantikannya.



Namun bila semangat itu diteruskan pada masa kini, saat dimana Indonesia punya kedaulatan penuh dan undang-undang kenegaraan yang jelas, maka memproklamasikan negara baru atau negara di dalam di negara menjadi tidak tepat sama sekali.



Saya menyebut orang yang masih mengatakan dirinya ‘berjuang’ dan berada di ‘medan perang’ untuk menghijrahkan orang dari negara Indonesia ke Negara Islam Indonesia adalah orang Idiot!

Ya, jelas Idiot !

Mengakui negara di dalam negara, pemerintahan di dalam pemerintahan dan menjalankan sistem kenegaraan di dalam negara yang punya kedaulatan, apalagi kalau bukan Idiot??



Namun sayang sekali, semangat cinta Nusantara yang saya bangun tetap saja membutakan sebagian orang bahwa gerakan untuk mendirikan negara di dalam negara ini merupakan gerakan kebaikan dan dikatakan lagi bahwa gerakan ini adalah gerakan untuk memberdayakan masyarakat! Ya, gerakan membangun masyarakat yang bersembunyi dibalik nama MIM – Masyarakat Indonesia Membangun.



Terus terang saya geram dan terusik bila anda terus memperjuangkan tegaknya Negara Islam ini dengan target tahun 2020.



Bila mau memperbaiki Indonesia, marilah kita perbaiki bersama-sama. Meruntuhkan ideologi bangsa dan menggantinya dengan ideologi baru tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan hal itu akan menimbulkan masalah baru, yaitu rantai ketidak puasan, rantai dendam, dan rantai kekecewaan yang berkepanjangan.

Mari kita perbaiki mental anak-anak bangsa ini. Kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dari hal sederhana, dan dari hal yang paling mudah . Bila mental bangsa sudah kita bangun kembali, maka sistem pemerintahan akan menjadi bagus dan tegak kembali.

Apakah anda yang memperjuangkan negara baru di dalam negara Indonesia sudah mempunyai mental yang diharapkan? Bagaimana cara anda merekrut anggota? Bagaimana cara anda memperoleh dana? Bagaimana cara anda menegakkan apa yang anda katakan syariah?



Saya pernah bertanya tentang satu teritori, yaitu Struktur Teritorial yang membawahi jaringan NII yang bergerak dibawah tanah. Bertugas untuk merekrut anggota baru juga menggalang dana untuk kebutuhan pergerakan, dimana teritori ini memberlakukan penipuan, pemerasan, dan hal-hal diluar batas wajar moral masyarakat. Lalu jawaban dari teritori yang lain adalah: tidak tahu, karena masing-masing teritori tidak berhubungan!

Wow! Amazing! Bayangkan apabila anda berada di negara semacam ini, dimana satu teritori tutup mata dengan teritori lainnya. Dimana satu teritori mengetahui hal-hal yang tidak wajar namun mendiamkannya hanya dengan alasan pembenaran bahwa, ini adalah situasi ‘perang’ dan semua dihalalkan. Dan lebih heran lagi adalah bahwa pemerintah pusat yang diam saja dengan mental seperti ini.



Kembali lagi marilah kita bangun Indonesia dengan cara membangun mental manusia didalamnya. Kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dari hal sederhana, dan dari hal yang paling mudah .

Bila anda pernah berada di dalam NII dan sekarang mau memperbaiki diri, menyesal telah menyakiti Ibu Pertiwi, mari berjalan bergandengan tangan dengan saya, kita mulai menghargai Indonesia, budayanya, dan segala macam hal yang terkandung didalamnya. Tidak perlu ada yang ditangisi. Tidak perlu ada yang dikecam. Tidak perlu ada yang dihujat. Mari berbuat yang terbaik untuk tanah Nusantara ini, membangunnya dengan penuh cinta.

Ya, marilah membangun tanah Nusantara ini dengan penuh cinta !

Negara Islam Indonesia tahun 2020? – no way!

Negara Indonesia penuh cinta hari ini juga? Yes!




Sumber : http://ift.tt/1zq3mfQ

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz