Suara Warga

Demokrat Melakukan Pemerkosaan Demokrasi? Belajarlah dari Kompasiana

Artikel terkait : Demokrat Melakukan Pemerkosaan Demokrasi? Belajarlah dari Kompasiana

Mendengar atau membaca kata Pemerkosaan, pikiran kita biasanya akan tertuju pada masalah seks. Itu sangat wajar karena memang bisasanya itu yang terjadi. Jika pemerkosaan seks terjadi antara pria dan wanita kemudian sang wanita hamil maka lahirlah anak yang tidak dikehendaki atau lebih ekstrim masyarakat memberikan stigma sebagai anak haram.

Ternyata pemerkosaan bisa terjadi dalam segala aktifitas termasuk Pemerkosaan terhadap Demokrasi. Prabowo Subianto dengan tegas dan lantang menyebut hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 sebagai pemerkosaan terhadap demokrasi. Hal tersebut disampaikannya saat berpidato dalam sidang perdana gugatan hasil Pilpres 2014 di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (6/8). “Sekarang ini kita dihadapkan pada pemerkosaan hak-hak demokrasi. Kami tidak mau menerima mandat yang didasari kecurangan,”

Definisi Pemerkosaan Demokrasi

Pemerkosaan berasal dari kata Perkosa, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti paksa, gagah, kuat dan perkasa. Memperkosa adalah berarti menundukkan dengan cara kekerasan, menggagahi, melanggar (menyerang, dsb) dengan kekerasan.

Objek yang diperkosa atau korban biasanya dalam keadaan terintimidasi, takut dan tak kuasa menolak. Mereka pasrah menerima keadaan walaupun hatinya resah, galau, tersiksa, tertindas dan menangis meratapi nasib. Biasanya mereka hanya bisa curhat ke orang dekat atau sesama korban pemerkosaan.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.(sumber : Wikipedia)

Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi. Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki.

Penulis memberikan definisi Pemerkosaan Demokrasi sebagai tindakan yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih memaksa manusia lain untuk mengikuti kehendaknya dengan ancaman kekerasan, kekerasan atau penghilangan hak demokrasi, sehingga manusia lain(korban) tidak bisa menggunakan hak demokrasinya secara bebas.

Pemerkosaan Demokrasi di Partai Demokrat

Dari bumi Cikeas berhembus angin Pemerkosaan Demokrasi. Dikomando langsung oleh sang raja dengan panglima putra mahkota yang ingin melanggengkan kuasa. Para abdi dalem menunduk dan menjual muka, bersimpuh menghaturkan sembah setia, seolah siap pasang dada. Anas menyebutnya sebagai perilaku Sengkuni, menjilat demi reruntuhan kue kecil kekuasaan.

Mereka sedang menjalankan skenario aklamasi dengan cara Pemperkosa Demokrasi . indikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan anasir Anas Urbaningrum. Realitasnya kekuatan Anas memang cukup signifikan di Demokrat sampai saat ini. Bisa disimpulkan jika kongres berjalan Demokratis dan fair maka peluang Pasek untuk menang sangat terbuka. Kondisi ini membuat kubu SBY panik. Karena panik maka sejumlah ketua DPC yang disinyalir dekat dengan Anas di PLT ( dipecat) mencapai puluhan. Yang paling hangat adalah pemecatan ketua DPC Purwokerto Muhammad Abdullah.

Muhammad Abdullah sebenarnya sudah tandatangan diatas materi mendukung aklamasi SBY, namun Tim SBY mencurigai karena yang bersangkutan adalah mantan koordinator TimSes Anas untuk wilayah jawa tengah dan kira kira satu bulan sebelumnya sempat bertemu dengan Pasek Suardika di Yogyakarta. Tidak ada alasan logis untuk memecat Abdullah bahkan dia sudah bekerja keras membesarkan PD di Daerahnya.

2. Pengumpulan surat pernyataan bermaterai. Setiap DPC dan DPD pemilik suara diwajibkan menandatangani surat pernyataan memohon, meminta dan mendukung SBY untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat pada kongres 2015 mendatang secara aklamasi.

Beberapa ketua DPC sempat menghubungi Pasek via HP, mereka mengatakan terpaksa tandatangan karena takut dipecat sebagai ketua DPC maupun anggota DPRD. Pasek mengatakan “sesuai pesan mas Anas, ikuti saja apa maunya mereka, kalau mereka minta tandatangan ya ditandatangani saja supaya mereka puas. Kongres bukan tandatangan diatas materai seperti jual beli tanah”. Bener juga kata Pasek sebenarnya Demokrat mau kongres atau mau jual beli tanah, kok pake tandatangan diatas materai segala?

3. Dengan tegas dan lantang, Edhie Bhaskoro Yuhdoyono dan Pramono Edhie memprediksi Susilo Bambang Yudhoyono akan terpilih kembali sebagai ketua umum Demokrat secara aklamasi pada Kongres 2015, dengan alasan demi keutuhan dan masa depan Partai. Ibas dan pak Liknya Pramono percaya dan berusaha meyakinkan kader bahwa SBY mampu mempersatukan dan membawa Demokrat kembali ke masa keemasan pada Pemilu tahun 2019. Bagaimana terjemahan bebas dari pernyataan Ibas dan Pramono? (silahkan baca tulisan saya dikompasiana berjudul : Skenario Aklamasi SBY demi Kepentingan Dinasti (Tanggapan atas pernyataan Ibas dan Pramono Edhie di Harian Kompas)

4. Paduan suara para petinggi Demokrat. Pernyataan dari hampir seluruh petinggi PD yang mendukung agar SBY terpilih sebagai ketua umum secara aklamasi. Patut dipertanyakan mengapa para petinggi yang biasanya teriak demokrasi dan kontestasi tiba tiba berpihak kepada Dinasti, oligharkhi ? apakah mereka juga tertekan sekaligus menekan kebawah? Bukankah didepan mereka jelas jelas menyaksikan sang Bapak menjabat Ketua Umum Majelis Tinggi merangkap ketua umum Partai dan anaknya menjadi Sekretaris Jenderal? Apakah jabatan di demokrat begitu mewah dan mahal buat mereka?

5. Pernyataan Saan Mustofa yang dikenal dekat dengan Anas. Pada hari raya Natal 25 Desember 2014, Saan membezuk Anas di rutan KPK. Selesai bezuk, Saan mengatakan kepada Pers bahwa SBY calon Tunggal Ketum PD pada kongres 2015. Statemen Saan bisa diterjemahkan, sebenarnya Saan ingin mengatakan kepada orang orangnya Anas (DPD dan DPC) bahwa Anaspun sudah setuju kalau SBY adalah calon tunggal ketum PD. Entahlah politik apa yang sedang dimainkan oleh kang Saan?

Sementara didepan saya dan Pasek, dengan tegas Anas mengatakan “Bli Pasek harus maju calon Ketum PD demi menyelamatkan Demokrasi dan teman2 seperjuangan yang masih aktif di Demokrat. Dan yang lebih penting lagi melanjutkan visi, misi dan program partai yang sempat terbengkalai”. Pasekpun siap grak melangkahkan kaki.

Kesimpulan dan saran

Merujuk pada Definis Pemerkosaan, dengan indikator indikator diatas maka kesimpulan sementara adalah Demokrat sedang melakukan Pemerkosaan terhadap Demokrasi. Benarkah SBY yang berjuluk sang Demokrat akan atau sedang melakukan Pemerkosaan Demokrasi ? sebuah harga yang sangat mahal bagi sang Demokrat.

SBY memang belum menyatakan langsung keinginanya untuk maju sebagai calon ketua umum PD. SBY terlanjur berjanji hanya akan mengantarkan P Demokrat sampai 2015 saja. Namun gerakan yang ada yang dilakukan oleh para “abdi dalem” dengan mudah bisa dibaca. Atas perintah dan kepentingan siapa mereka bergerak ? semoga dugaan ini salah.

Sebuah pesan tidak ada buah yang baik dari hasil kekerasan dan pemaksaan. Pemerkosaan hanya akan menghasilkan luka, trauma, kecacatan dan anak haram. Belajarlah dari Kompasiana, disini Demokrasi berjaya.

Salam Demokrasi, salam Kompasiana




Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/12/28/demokrat-melakukan-pemerkosaan-demokrasi-belajarlah-dari-kompasiana-699235.html

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz