PDIP Jangan Pecah Gara-gara Kenaikan BBM
Sebelumnya telah banyak diberitakan bahwa pada bulan November ini, ada wacana pemerintah akan berencana mencabut subsidi BBM dan menaikkan harga BBM. Seperti yang telah disampaikan oleh Wapres jusuf Kalla. (http://ift.tt/1E0hyNE )
Meskipun diwaktu yang berlainan, Presiden Jokowi berbeda pendapat dengan Wapres JK soal kenaikan BBM. (http://ift.tt/1Ek7kK8 )
Kontan saja wacana kenaikan BBM menimbulkan banyak pro dan kontra. Bahkan tidak tanggung-tanggung, penolakan kenaikan BBM dengan tegas juga disampaikan oleh tokoh-tokoh politik asal PDIP (partai penguasa) seperti Effendi Simbolon (http://ift.tt/1po5a9b ) dan Rieke Diah Pitaloka (http://ift.tt/1pjginA ). Effendi menegaskan bahwa solusi terkait persoalan BBM telah dituangkan dalam “buku putih” yang pernah dikeluarkan oleh PDIP.( http://ift.tt/1x5fKSb )
Tentu saja perbedaan sikap di internal PDIP ini menarik perhatian tersendiri. Menarik karena PDIP adalah partai pengusung Jokowi-JK dan bagian dari pemerintah. Tentu saja hal ini agak janggal dan menimbulkan spekulasi apakah kritik PDIP ke pemerintah ini Nyata atau Sandiwara? (http://ift.tt/1Ek7kKa )
Namun, sikap PDIP ini menjadi maklum adanya karena ibarat buah simalakama. “Setuju menaikkan harga bahan bakar minyak akan diprotes dan tidak setuju menaikkan harga BBM malah berseberangan dengan Jokowi”, ujar politisi partai Demokrta, Ruhut Sitompul. Menurutnya, bukan eranya lagi bagi PDIP untuk pencitraan dan harus belajar menjadi partai penguasa. (http://ift.tt/1po5c0A )
Politisi lainnya asal NasDem, yaitu Kurtubi berkomentar bahwa PDIP adalah partai bergaris wong cilik, yang sejak awal menentang kenaikan BBM. “Kalau tiba-tiba berubah haluan ini perlu penyesuaian,” ujarnya. Kurtubi mengatakan dibutuhkan dialog antara tim presiden dan PDIP. Kurtubi juga menyayangkan bungkamnya Megawati selaku Ketua Umum PDIP terhadap perbedaan sikap dari para kader PDIP, yang hal ini bisa saja menjadi preseden buruk dan berujung perpecahan buat PDIP jika dipaksakan (kenaikan BBM) tapi belum satu suara. (http://ift.tt/1Ek7mS3 )
Sebelumnya diberitakan, Megawati memilih bungkam menanggapi kader-kadernya yang tak satu suara untuk mendukung kebijakan pemerintah Jokowi, “Tidak ada relevansinya dengan saya,” kata Mega. (http://ift.tt/1po5c0E )
Semoga akan ada sikap resmi dan tegas dari PDIP terkait wacana kenaikan BBM ini. Jangan sampai kesan bahwa PDIP bermain “sandiwara” seperti kata Ruhut (http://ift.tt/1shwTUq ).
Menurut saya, akan lebih repot lagi kalau PDIP sampai kisruh bahkan bisa pecah, karena bila PDIP pecah, akan diberi nama apa lagi? Apakah huruf P dibelakang PDIP akan bertambah?
Salam hangat dari saya……
Sumber : http://ift.tt/1po5c0F
Meskipun diwaktu yang berlainan, Presiden Jokowi berbeda pendapat dengan Wapres JK soal kenaikan BBM. (http://ift.tt/1Ek7kK8 )
Kontan saja wacana kenaikan BBM menimbulkan banyak pro dan kontra. Bahkan tidak tanggung-tanggung, penolakan kenaikan BBM dengan tegas juga disampaikan oleh tokoh-tokoh politik asal PDIP (partai penguasa) seperti Effendi Simbolon (http://ift.tt/1po5a9b ) dan Rieke Diah Pitaloka (http://ift.tt/1pjginA ). Effendi menegaskan bahwa solusi terkait persoalan BBM telah dituangkan dalam “buku putih” yang pernah dikeluarkan oleh PDIP.( http://ift.tt/1x5fKSb )
Tentu saja perbedaan sikap di internal PDIP ini menarik perhatian tersendiri. Menarik karena PDIP adalah partai pengusung Jokowi-JK dan bagian dari pemerintah. Tentu saja hal ini agak janggal dan menimbulkan spekulasi apakah kritik PDIP ke pemerintah ini Nyata atau Sandiwara? (http://ift.tt/1Ek7kKa )
Namun, sikap PDIP ini menjadi maklum adanya karena ibarat buah simalakama. “Setuju menaikkan harga bahan bakar minyak akan diprotes dan tidak setuju menaikkan harga BBM malah berseberangan dengan Jokowi”, ujar politisi partai Demokrta, Ruhut Sitompul. Menurutnya, bukan eranya lagi bagi PDIP untuk pencitraan dan harus belajar menjadi partai penguasa. (http://ift.tt/1po5c0A )
Politisi lainnya asal NasDem, yaitu Kurtubi berkomentar bahwa PDIP adalah partai bergaris wong cilik, yang sejak awal menentang kenaikan BBM. “Kalau tiba-tiba berubah haluan ini perlu penyesuaian,” ujarnya. Kurtubi mengatakan dibutuhkan dialog antara tim presiden dan PDIP. Kurtubi juga menyayangkan bungkamnya Megawati selaku Ketua Umum PDIP terhadap perbedaan sikap dari para kader PDIP, yang hal ini bisa saja menjadi preseden buruk dan berujung perpecahan buat PDIP jika dipaksakan (kenaikan BBM) tapi belum satu suara. (http://ift.tt/1Ek7mS3 )
Sebelumnya diberitakan, Megawati memilih bungkam menanggapi kader-kadernya yang tak satu suara untuk mendukung kebijakan pemerintah Jokowi, “Tidak ada relevansinya dengan saya,” kata Mega. (http://ift.tt/1po5c0E )
Semoga akan ada sikap resmi dan tegas dari PDIP terkait wacana kenaikan BBM ini. Jangan sampai kesan bahwa PDIP bermain “sandiwara” seperti kata Ruhut (http://ift.tt/1shwTUq ).
Menurut saya, akan lebih repot lagi kalau PDIP sampai kisruh bahkan bisa pecah, karena bila PDIP pecah, akan diberi nama apa lagi? Apakah huruf P dibelakang PDIP akan bertambah?
Salam hangat dari saya……
Sumber : http://ift.tt/1po5c0F