Suara Warga

Politik Meja Makan Jokowi

Artikel terkait : Politik Meja Makan Jokowi

Berbicara bisnis,politik,atau apapun sambil menikmati hidangan makan merupakan sebuah kebiasaan umum yang sering digunakan oleh pebisnis,politikus sampai keluarga-keluarga kecil didalam membahas hal-hal dari yang tidak penting sampai yang sangat penting.

Namun ketika hal itu dilakukan oleh seorang Jokowi,maka kebiasaan umum itu menjadi sebuah fenomena karena dikait-kaitkan dengan kesuksesan Jokowi dalam mengatasi masalah yang bertahun-tahun masalah tersebut tidak pernah terselesaikan dengan baik,contohnya mengatasi masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) di Solo dan di Tanah Abang. Akhirnya para pengamat politik pun menamai sebagai “politik meja makan Jokowi”

Politik meja makan Jokowi bukan terletak di “kebiasaan” makan,tetapi bagaimana sebuah kebiasaan itu diubah menjadi sebuah hal yang spesial untuk mempererat pertemanan,persahabatan dan kekerabatan yang kental. Bagi orang Indonesia,makan adalah kebiasaan sehari-hari sehingga duduk di meja makan tentu saja harus makan,bukan bicara…! Anak-anak pun selalu diajarkan kalau makan jangan sambil bicara. Tetapi Jokowi membalik kebiasaan itu,walau seringkali duduk di meja makan,tubuhnya tetap saja tidak gendut seperti “cukong” yang biasa melobi pejabat “gemuk” yang senang diajak kolusi.

Orang-orang yang diajak makan berkali-kali oleh Jokowi pasti akan merasakan suasana yang semakin lama semakin akrab,terbuka dan akhirnya pasti melupakan permusuhan. Tetapi bila ada orang yang sudah diajak makan berkali-kali oleh Jokowi kemudian tetap saja membandel dan berseberangan serta tidak mau akrab,maka akan terlihat sekali bahwa orang tersebut mempunyai niat yang tidak baik,licik bagai ular berbisa dan memang bermaksud jahat karena tidak mau bersahabat. Seorang politikus piawai pun akan ketahuan niat baik dan niat jahatnya bila terus menerus diajak makan bersama.

Masyarakat sekarang sedang memandang Jokowi di tingkat nasional,bagaimana politik meja makan dipraktekkan terhadap para ketua umum partai politik ; Yang pertama adalah Aburizal “Ical” Bakrie,sang ketua umum Golkar. Ini tentu saja semua mata rakyat akan memandang kearah Ical,apakah dirinya mempunyai niat jahat atau niat baik. Kredibilitas Jokowi yang saat ini sangat tinggi dengan ketulusan dan sederhana dalam menyatukan Indonesia akan menjebak para politikus yang saat ini berseberangan dengan kubu Jokowi-JK.

Bila kubu Prabowo,cs menolak didekati Jokowi dengan cara khas Jokowi ini,maka rakyat sendiri yang akan menghakimi mereka,inilah politik Jokowi sesungguhnya yang sedang dimainkan oleh seorang Jokowi. Guyonan politik Ical yang tetap tidak mau “bersahabat” dengan Jokowi setelah bertemu kemarin pun di “bully” oleh masyarakat sosial media. Ical dianggap arogan dan mempunyai niat jahat,padahal Jokowi sebagai Presiden Terpilih Republik Indonesia sudah menundukkan diri untuk bertemu dengan Ical. Oleh karena itu rating Jokowi terus meroket,sedangkan bagi Ical ini merupakan nilai minus karena pernyataannya mengisyaratkan tetap ingin berseberangan dan tidak mau bersahabat.

Jokowi sudah membuktikan diri,bahwa “politik meja makan” nya ternyata bagaikan “pisau bermata dua” yang bisa dipakai untuk menyelesaikan masalah dan membuat masalah bagi lawan-lawannya.




Sumber : http://ift.tt/1ssFQN1

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz