Nasihat bagi Pak Prabowo: Momentum Terbaik Move On adalah Hadiri Pelantikan Jokowi
Inilah nasihat kedua dari hati paling dalam untuk Pak Prabowo. Setelah sekian lama, kini waktunya Pak Prabowo untuk move on: hadirlah pada pelantikan Jokowi-JK. Inilah momentum terbaik Pak Prabowo untuk move on.
Tahukah Pak Prabowo, jelang pelantikan Jokowi 20 Oktober 2014, publik masih mengharapkan Prabowo move on. Inilah momen terbaik Prabowo untuk menunjukkan diri sebagai seorang pribadi yang berkelas negarawan dengan cara move on.
Pak Prabowo adalah orang cerdas yang mampu mengetahui bahwa kekalahan adalah kemenangan tertunda. Pak Prabowo masih relative muda. Tahun 2019 Pak Prabowo baru berusia 67 tahun. Pak JK yang berusia 72 tahun saja bisa menjadi wapres dua kali. Ayo Pak Prabowo move on.
Pak Prabowo harus melupakan kekalahan pilpres seyogyanya tidak dijadikan sebagai momentum mengubah sejarah masa lalu dan masa depan Pak Prabowo secara negatif. Catatan Pak Prabowo jauh sebelum pilpres sebenarnya adalah catatan gemilang nan cerdas. Namun gara-gara ambisi yang kelewatan dan orang-orang sekeliling Pak Prabowo dalam mitra koalisi, maka Pak Prabowo yang memiliki masa lalu gemilang itu meredup dan menimbulkan pro dan kontra. Kini saatnya move on.
Awal pekan depan, ketika Jokowi dilantik, Pak Prabowo bisa menggunakan momentum itu untuk kepentingan catatan emas Pak Prabowo sendiri dengan cara move on.
Rakyat tahu pasti bahwa Pak Prabowo saat ini tengah mengalami persoalan psikologi yang menekan hati, jiwa dan raga Bapak. Pak Prabowo mengungkapkan tentang sakit hati. Itu menunjukkan jiwa Pak Prabowo meradang karena tak mendapatkan siraman dan pelayanan dari hati yang sehat sehingga sulit untuk move on.
Raga Pak Prabowo pun akan terpengaruh menjadi rapuh dengan misalnya tampilan muka yang ‘gembil dan dan tembem’ dan melorot dengan sorot mata yang menampakkan kesedihan dan sakit hati yang disebutkan oleh Pak Prabowo dan Pak Hashim. Ini tidak bagus untuk kesehatan hati, jiwa dan raga, Pak Prabowo. Satu-satunya cara untuk menjadi sehat hati, jiwa dan raga adalah move on.
Pak Prabowo, Bapak adalah calon negarawan yang tertunda. Bapak kan tahu bahwa seorang negarawan tak pantas kalau tidak mampu move on. Hanya karena kalah pilpres. Rakyat tahu Bapak orang baik. Yang tak baik adalah orang-orang yang menumpang dan menjadi penumpang gelap Bapak. Orang seperti Ical, Idrus Marham, Hidayat Nur Wahid dan juga Fadli Zon dan Fahri Hamzah tak harus selalu diikuti. Tahukah Bapak bahwa sebenarnya mereka memiliki kepentingan agar 2019 Gerindra menjadi kerdil jika Bapak tak move on.
Jika Bapak tetap tak mampu move on dengan segera, maka Pak Prabowo akan menyesal ketika Golkar, PPP, dan PAN meninggalkan Bapak karena strategi Jokowi yang sangat tak masuk akal dan cerdas. Jadi Pak Prabowo harus move on.
Tahukah Pak Prabowo, Jokowi sebagai Presiden RI akan menggalang dukungan dari ulama, NU, Muhammadiyah, dan rakyat dari berbagai golongan untuk mendukungnya. Jelas suara Pak Jokowi akan lebih didengar dibandingkan dengan suara Pak Prabowo. Nasihat dari orang-orang yang disebut di paragraph di atas sesekali Pak Prabowo kesampingkan. Dengarlah nasihat II saya untuk move on.
Jokowi sebagai manusia juga akan melakukan dan memberikan pelajaran kepada Pak Prabowo jika Pak Prabowo gagal move on. Jokowi - di balik sikap lembutnya adalah seorang pribadi yang kuat, tegas, tegar dan tegaan. Pak Prabowo tentu telah mengalami kekuatan, ketegasan, ketegaran, dan ketegaan Pak Jokowi yang meninggalkan Pak Prabowo dan Pak Hashim meskipun sebenarnya Jokowi punya hutang budi yakni pernah dibantu menjadi Gubernur.
Selain itu, Pak Prabowo adalah petarung hebat. Bapak sebagai mantan Danjen Kopassus tentunya tahu bahwa orang seperti Jokowi memiliki ‘kelicikan dan kecerdasan’ yang tak bisa dianggap remeh. Kini sebelum menjadi presiden, Jokowi tak tampak keras, tegas dan digdaya. Namun jika diperhatikan, Jokowi adalah karang di tengah ombak. Sikap Jokowi sebagai gubernur masih sikap standard terendah Jokowi. Begitu menjadi penguasa Indonesia Jokowi akan menjelma menjadi singa, menjadi macan yang siap menerkam siapa saja termasuk Pak Prabowo jika Pak Prabowo gagal move on.
Pak Prabowo. Pak Jokowi juga manusia seperti Pak Prabowo yang memiliki perasaan. Beberapa kali Pak Jokowi menunjukkan sikap bersahabat dengan menyebut di depan umum bahwa Pak Prabowo dan Pak Hatta adalah sahabat Pak Jokowi dan Pak JK. Pak Prabowo harusnya meniru Pak Hatta Rajasa yang bersilaturahmi dan menunjukkan sebagai seorang yang tak mau memutus tali silaturahmi. Karena kalau memutus silaturahmi bisa berdosa.
Maka jika Pak Prabowo tetap tak hadir dalam acara pelantikan Presiden Jokowi, maka Pak Prabowo akan menjadi ‘catatan’ bagi Pak Jokowi yang tegas dan tegaan. Contohnya Pak Prabowo, kasus Obor Rakyat akan tetap diusut dan ditindaklanjuti sebagai pelajaran bahwa Pak Jokowi orang yang tegas dan tega.
Pak Prabowo, lupakan wacana pemakzulan Jokowi. Itu rencana yang sangat berisiko ketika akan dilakukan. Rakyat bisa menuntut dan mengadili sebagai perbuatan makar. Apalagi kekuasaan tertinggi TNI dan Polri ada di tangan Jokowi - bukan di tangan Pak Prabowo dan bukan di tangan Pak Ical atau pun Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Mereka hanyalah penumpang gelap yang mencoba bertahan dalam kehidupan alamiah menguasai sumber daya alam dan manusia. Maka lupakanlah untuk berniat memakzulkan Jokowi.
Pak Prabowo, mengingat karakter kuat Pak Prabowo, rakyat bisa memahami kesedihan ketika Pak Jokowi dilantik menjadi Presiden RI.
Rakyat juga tahu kepedihan hati Pak Prabowo bahwa orang yang dibantu menjadi gubernur malah sekarang menjadi presiden.
Rakyat juga tahu kepedihan Bapak ketika melihat Jokowi berfoto bersama Presiden Barack Obama. Pak Jokowi berpidato di Sidang Umum PBB di New York. Pak Jokowi bertemu dengan Ratu Rania yang cantik dari Yordania. Atau hal kecil ketika Pak Jokowi melambaikan tangan di tangga pesawat kepresidenan dengan Iriana Jokowi. Atau ketika Jokowi dikawal 24 jam oleh Paspampres seumur hidup - yang Pak Prabowo pernah nikmati ketika menjadi capres atau melihat betapa hebat pengamanan Paspampres terhadap mantan mertua Eyang saya Presiden Soeharto.
Pak Prabowo, hal-hal tersebut di atas rakyat tahu memengaruhi Pak Prabowo gagal move on. Maka demi kehormatan prajurit atau mantan prajurit, sebaiknya Pak Prabowo memanfaatkan pelantikan Jokowi-JK untuk menjadi momentum agar bisa move on. Kenapa?
Pak Jokowi juga manusia seperti Bapak yang memiliki perasaan dan hati jiwa dan raga yang sama. Sama-sama ciptaan Allah. Bedanya, Pak Jokowi memiliki kekuasaan, sementara Bapak hanya manusia biasa yang dikelilingi penumpang gelap yang memanfaatkan Pak Prabowo dan mencuri start kampanye dengan menelikung dan merusak Gerindra pada 2019. Jika Pak Prabowo berhasil move on - dan memanfaatkan momentum pelantikan Jokowi - maka Bapak akan menyesali seumur hidup karena Jokowi bukan ayam sayur yang bisa sangat galak segalak macan, singa dan tegas serta tegaan: dan Pak Prabowo pernah merasakannya.
Itulah nasihat kedua dari rakyat agar Pak Prabowo mampu move on demi kebaikan Pak Prabowo, Pak Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia.
Salam bahagia ala saya.
Sumber : http://ift.tt/1tyBnw1
Tahukah Pak Prabowo, jelang pelantikan Jokowi 20 Oktober 2014, publik masih mengharapkan Prabowo move on. Inilah momen terbaik Prabowo untuk menunjukkan diri sebagai seorang pribadi yang berkelas negarawan dengan cara move on.
Pak Prabowo adalah orang cerdas yang mampu mengetahui bahwa kekalahan adalah kemenangan tertunda. Pak Prabowo masih relative muda. Tahun 2019 Pak Prabowo baru berusia 67 tahun. Pak JK yang berusia 72 tahun saja bisa menjadi wapres dua kali. Ayo Pak Prabowo move on.
Pak Prabowo harus melupakan kekalahan pilpres seyogyanya tidak dijadikan sebagai momentum mengubah sejarah masa lalu dan masa depan Pak Prabowo secara negatif. Catatan Pak Prabowo jauh sebelum pilpres sebenarnya adalah catatan gemilang nan cerdas. Namun gara-gara ambisi yang kelewatan dan orang-orang sekeliling Pak Prabowo dalam mitra koalisi, maka Pak Prabowo yang memiliki masa lalu gemilang itu meredup dan menimbulkan pro dan kontra. Kini saatnya move on.
Awal pekan depan, ketika Jokowi dilantik, Pak Prabowo bisa menggunakan momentum itu untuk kepentingan catatan emas Pak Prabowo sendiri dengan cara move on.
Rakyat tahu pasti bahwa Pak Prabowo saat ini tengah mengalami persoalan psikologi yang menekan hati, jiwa dan raga Bapak. Pak Prabowo mengungkapkan tentang sakit hati. Itu menunjukkan jiwa Pak Prabowo meradang karena tak mendapatkan siraman dan pelayanan dari hati yang sehat sehingga sulit untuk move on.
Raga Pak Prabowo pun akan terpengaruh menjadi rapuh dengan misalnya tampilan muka yang ‘gembil dan dan tembem’ dan melorot dengan sorot mata yang menampakkan kesedihan dan sakit hati yang disebutkan oleh Pak Prabowo dan Pak Hashim. Ini tidak bagus untuk kesehatan hati, jiwa dan raga, Pak Prabowo. Satu-satunya cara untuk menjadi sehat hati, jiwa dan raga adalah move on.
Pak Prabowo, Bapak adalah calon negarawan yang tertunda. Bapak kan tahu bahwa seorang negarawan tak pantas kalau tidak mampu move on. Hanya karena kalah pilpres. Rakyat tahu Bapak orang baik. Yang tak baik adalah orang-orang yang menumpang dan menjadi penumpang gelap Bapak. Orang seperti Ical, Idrus Marham, Hidayat Nur Wahid dan juga Fadli Zon dan Fahri Hamzah tak harus selalu diikuti. Tahukah Bapak bahwa sebenarnya mereka memiliki kepentingan agar 2019 Gerindra menjadi kerdil jika Bapak tak move on.
Jika Bapak tetap tak mampu move on dengan segera, maka Pak Prabowo akan menyesal ketika Golkar, PPP, dan PAN meninggalkan Bapak karena strategi Jokowi yang sangat tak masuk akal dan cerdas. Jadi Pak Prabowo harus move on.
Tahukah Pak Prabowo, Jokowi sebagai Presiden RI akan menggalang dukungan dari ulama, NU, Muhammadiyah, dan rakyat dari berbagai golongan untuk mendukungnya. Jelas suara Pak Jokowi akan lebih didengar dibandingkan dengan suara Pak Prabowo. Nasihat dari orang-orang yang disebut di paragraph di atas sesekali Pak Prabowo kesampingkan. Dengarlah nasihat II saya untuk move on.
Jokowi sebagai manusia juga akan melakukan dan memberikan pelajaran kepada Pak Prabowo jika Pak Prabowo gagal move on. Jokowi - di balik sikap lembutnya adalah seorang pribadi yang kuat, tegas, tegar dan tegaan. Pak Prabowo tentu telah mengalami kekuatan, ketegasan, ketegaran, dan ketegaan Pak Jokowi yang meninggalkan Pak Prabowo dan Pak Hashim meskipun sebenarnya Jokowi punya hutang budi yakni pernah dibantu menjadi Gubernur.
Selain itu, Pak Prabowo adalah petarung hebat. Bapak sebagai mantan Danjen Kopassus tentunya tahu bahwa orang seperti Jokowi memiliki ‘kelicikan dan kecerdasan’ yang tak bisa dianggap remeh. Kini sebelum menjadi presiden, Jokowi tak tampak keras, tegas dan digdaya. Namun jika diperhatikan, Jokowi adalah karang di tengah ombak. Sikap Jokowi sebagai gubernur masih sikap standard terendah Jokowi. Begitu menjadi penguasa Indonesia Jokowi akan menjelma menjadi singa, menjadi macan yang siap menerkam siapa saja termasuk Pak Prabowo jika Pak Prabowo gagal move on.
Pak Prabowo. Pak Jokowi juga manusia seperti Pak Prabowo yang memiliki perasaan. Beberapa kali Pak Jokowi menunjukkan sikap bersahabat dengan menyebut di depan umum bahwa Pak Prabowo dan Pak Hatta adalah sahabat Pak Jokowi dan Pak JK. Pak Prabowo harusnya meniru Pak Hatta Rajasa yang bersilaturahmi dan menunjukkan sebagai seorang yang tak mau memutus tali silaturahmi. Karena kalau memutus silaturahmi bisa berdosa.
Maka jika Pak Prabowo tetap tak hadir dalam acara pelantikan Presiden Jokowi, maka Pak Prabowo akan menjadi ‘catatan’ bagi Pak Jokowi yang tegas dan tegaan. Contohnya Pak Prabowo, kasus Obor Rakyat akan tetap diusut dan ditindaklanjuti sebagai pelajaran bahwa Pak Jokowi orang yang tegas dan tega.
Pak Prabowo, lupakan wacana pemakzulan Jokowi. Itu rencana yang sangat berisiko ketika akan dilakukan. Rakyat bisa menuntut dan mengadili sebagai perbuatan makar. Apalagi kekuasaan tertinggi TNI dan Polri ada di tangan Jokowi - bukan di tangan Pak Prabowo dan bukan di tangan Pak Ical atau pun Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Mereka hanyalah penumpang gelap yang mencoba bertahan dalam kehidupan alamiah menguasai sumber daya alam dan manusia. Maka lupakanlah untuk berniat memakzulkan Jokowi.
Pak Prabowo, mengingat karakter kuat Pak Prabowo, rakyat bisa memahami kesedihan ketika Pak Jokowi dilantik menjadi Presiden RI.
Rakyat juga tahu kepedihan hati Pak Prabowo bahwa orang yang dibantu menjadi gubernur malah sekarang menjadi presiden.
Rakyat juga tahu kepedihan Bapak ketika melihat Jokowi berfoto bersama Presiden Barack Obama. Pak Jokowi berpidato di Sidang Umum PBB di New York. Pak Jokowi bertemu dengan Ratu Rania yang cantik dari Yordania. Atau hal kecil ketika Pak Jokowi melambaikan tangan di tangga pesawat kepresidenan dengan Iriana Jokowi. Atau ketika Jokowi dikawal 24 jam oleh Paspampres seumur hidup - yang Pak Prabowo pernah nikmati ketika menjadi capres atau melihat betapa hebat pengamanan Paspampres terhadap mantan mertua Eyang saya Presiden Soeharto.
Pak Prabowo, hal-hal tersebut di atas rakyat tahu memengaruhi Pak Prabowo gagal move on. Maka demi kehormatan prajurit atau mantan prajurit, sebaiknya Pak Prabowo memanfaatkan pelantikan Jokowi-JK untuk menjadi momentum agar bisa move on. Kenapa?
Pak Jokowi juga manusia seperti Bapak yang memiliki perasaan dan hati jiwa dan raga yang sama. Sama-sama ciptaan Allah. Bedanya, Pak Jokowi memiliki kekuasaan, sementara Bapak hanya manusia biasa yang dikelilingi penumpang gelap yang memanfaatkan Pak Prabowo dan mencuri start kampanye dengan menelikung dan merusak Gerindra pada 2019. Jika Pak Prabowo berhasil move on - dan memanfaatkan momentum pelantikan Jokowi - maka Bapak akan menyesali seumur hidup karena Jokowi bukan ayam sayur yang bisa sangat galak segalak macan, singa dan tegas serta tegaan: dan Pak Prabowo pernah merasakannya.
Itulah nasihat kedua dari rakyat agar Pak Prabowo mampu move on demi kebaikan Pak Prabowo, Pak Jokowi dan seluruh rakyat Indonesia.
Salam bahagia ala saya.
Sumber : http://ift.tt/1tyBnw1