Suara Warga

Menjewer Susi..

Artikel terkait : Menjewer Susi..

Dalam beberapa hari ini, pembicaraan tentang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti meningkat drastis di berbagai media sosial dan juga diberitakan di berbagai media konvensional. Pembicaraan yang mencuat setidaknya terkait dengan tiga hal, yakni (1) penunjukan Susi oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang hanya lulus SMP; (2) prilaku Susi yang merokok di lingkungan istana setelah acara pengumumam kabinet Kerja oleh Presiden Jokowi; dan (3) gebrakan Susi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan yang melakukan sejumlah hal, terutama merubah jadwal masuk pegawai menjadi jam 07.00 dari sebelumnya jam 07.30.

Bagi saya yang menarik adalah poin 1 dan 2. Gebrakan Susi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan bukanlah sesuatu yang luar biasa. Itu hanya hal biasa. Yang kita tunggu justru gebrakan-gebrakan Susi yang lebih nyata di tingkat kebijakan, anggaran, dan penegakan hukum di sektor ini selanjutnya. Selama lima tahun ke depan, publik akan melihat apakah seorang Susi yang bergaya metal ini akan mampu bertahan dan melakukan perubahan dan perbaikan yang lebih nyata. Kalau tidak, maka ia akan dilupakan orang.

Susi adalah tipikal pekerja keras yang berhasil melakukan mobilitas vertikal melalui bisnis dan kewirausahaan di sektor perikanan, dari kecil menjadi besar. Pendidikan formal sampai perguruan tinggi bukanlah satu-satunya jalan untuk melakukan mobilitas vertikal. Meskipun, kecenderungan umum yang terjadi adalah bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana mobilitas vertikal bagi banyak orang. Pendidikan formal sampai jenjang perguruan tinggi menjadi sarana mobilitas vertikal bagi masyarakat kelas bawah menuju kelas menengah secara ekonomi. Bahkan—meminjam Weber—termasuk juga mobilitas untuk mempunyai status/prestise dan power/kekuasaan.

Namun, bagi sebagian kecil orang, pendidikan formal justru membuat mereka tidak berkembang dan terjebak dalam struktur pengetahuan yang mengekang mereka untuk maju. Susi adalah salah satu diantara mereka yang merasa terkekang dengan pendidikan formal dan kemudian memilih jalur bisnis dan kewirausahaan untuk melakukan proses mobilitas vertikal dalam masyarakat. Di Amerika Serikat, orang-orang seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan lain-lain adalah mereka yang mempunyai tipologi yang sama dengan Susi. Mereka adalah orang-orang jenius yang terasing dalam struktur formal yang mengekang. Gates dan Zuckerberg juga drop out dari kuliah mereka dan kemudian mengembangkan wirausaha melalui cara mereka masing-masing yang membuat mereka menjadi orang kaya dan terkenal.

Karena itu, kita tidak perlu meragukan seorang Susi yang hanya lulus SMP untuk memimpin sebuah kementerian penting di era Jokowi-JK ini. Orang-orang luar biasa seperti Susi biasanya mempunyai talenta yang kuat untuk melakukan gebrakan-gebrakan baru diluar nalar orang biasa.

***

Ketika Susi merokok di istana negara setelah acara pengumuman kabinet oleh Presiden Jokowi, dan ditangkap kamera wartawan, maka beragam reaksi muncul dari masyarakat di media sosial. Ada yang memuji, banyak juga yang mencela. Bagi yang memuji, publik umumnya menganggap wajar prilaku Susi merokok dan bertato sejauh kinerja dan kredibilitasnya sebagai pejabat publik bisa dijaga. “Daripada pejabat yang sok moralis tetapi korupsi, kan lebih baik Ibu Susi yang tampil apa adanya”, demikian salah satu suara di media sosial yang saya baca. Sementara yang lain mengecam karena prilaku merokok di ruang publik yang dilarang merokok seperti istana memperlihatkan prilaku buruk seorang pejabat publik di depan masyarakatnya.

Saya sepakat bahwa prilaku Susi merokok dan memakai tato adalah pilihan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan kinerja dan prestasi. Namun, pilihan pribadi ini mejadi sorotan publik ketika dilakukan oleh seorang pejabat publik selevel menteri. Ketika Susi berprilaku seperti ini saat ia masih bukan siapa-siapa, tidak ada masyarakat yang menyalahkannya. Namun, setelah menjadi pejabat publik, etika dan kepatutan barangkali harus mulai diperhatikan oleh Susi. Kalau merokok sebaiknya dilakukan pada tempatnya.

Menjewer Susi..

Yang justru perlu dilakukan masyarakat adalah bagaimana kita bersama-sama menjewer Susi. Menjewer dalam arti selalu mengkritik, mengingatkan, memberitahu—dalam arti konstruktif—sehingga Menteri Susi bisa melaksanakan tugasnya dengan baik di kementerian ini.

Menjewer Susi juga sebagai upaya untuk mengingatkan Susi supaya tetap menjaga integritasnya sebagai pejabat publik. Susi harus mulai melakukan revolusi mental dari dalam dirinya. Ia harus mulai terbuka kepada publik tentang bisnis perikanan yang dilakukannya. Ia juga harus mulai belajar untuk bisa memisahkan kepentingan bisnis keluarganya dengan kepentingan publik di sektor perikanan. Jangan sampai kebijakan alokasi anggaran yang dilakukannya secara langsung dan tidak langsung hanya menguntungkan bisnisnya, seperti yang umumnya dilakukan oleh pejabat publik selama ini. Ingat adagium bahwa power tends to corrupt.

Karena itu, ayo kita menjewer Susi supaya ia terus berbenah dalam memperbaiki sektor kelautan dan perikanan ini.. ** (Kantin FISIP UI, 29 Oktober 2014)




Sumber : http://ift.tt/1sCeaBY

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz