Ketua DPR dan MPR bukan target Prabowo sebenarnya?
Prabowo Subianto memang sangat hebat dan memiliki segudang taktik politik yang memiliki nilai jual tinggi dalam pergerakan politik indonesia yang sangat dinamis. Bersama partai politik yang dirintisnya yakni Partai Gerindra, Prabowo mampu unjuk gigi sebagai sosok paling berpengaruh di dunia Politik indonesia. Gerindra memang Baru dua kali mengikuti Pemilu yaitu pada 2009 dan 2014, dan hanya menempati posisi tiga dengan persentase perolehan suara nasional sekitar 11.81 %, namun Prabowo sukses menjadi Calon Presiden yang bertarung dengan Jokowi yang diusung oleh Parpol Pemenang Pemilu, PDI-Perjuangan. Kecerdikannya memainkan peran sebagai politikus handal sukses besar dengan menjadi Capres yang menyingkirkan sejumlah ketua umum parpol yang sudah lama dalam Pemilu seperti PAN, PPP, PKS hingga Golkar yang sebenarnya menjadi pemenang kedua Pemilu untuk menjadi Calon Presiden. Bahkan Aburizal Bakrie yang sudah sejak 2012 mengumumkan ingin menjadi Calon Presiden dari Partai Golkar sampai-sampai rela hanya menjadi pendukung Prabowo bersama PAN, PKS, dan PPP, padahal perolehan suara Partai Golkar lebih unggul dari Gerindra. Pilpres digelar, Prabowo dinyatakan kalah karena perolehan suara yang lebih kecil dari Jokowi. Kecewakah Koalisi Pendukungnya?
Pasca kalah di Pilpres, Partai Koalisi pendukung Prabowo memang bisa dibilang kecewa dengan banyaknya gugatan memperjuangkan kemenangan Prabowo. Hebatnya, tak ada anggota Parpol Koalisi yang menyalahkan Prabowo akan kegagalan ini. Semuanya tampak tenang dan patuh hingga Prabowo membentuk Koalisi Permanen bernama Koalisi Merah putih (KMP). Sekali lagi, Prabowo memang cerdik. Gagal dalam Pilpres, Ia tetap bisa menjadi pemimpin dari Koalisi Parpol besar yang mendukungnya di Pilpres. Prabowo benar-benar mampu menjinakkan Aburizal Bakrie, Surya Dharma Ali, Hatta Rajasa Hingga Amien rais. Bersama mereka, Prabowo memulai rencananya untuk tetap berkuasa di Parlemen yang memang didominasi Parpol koalisinya. Revisi UU MD3 menjadi awal Prabowo bersama KMP menguasai Parlemen.
Revisi UU MD3 digolkan, Prabowo boleh tertawa melihat PDI-P yang gagal menjadi pimpinan otomatis DPR seperti ketetapan di pemilu sebelumnya, yang mana Parpol Pemenang Pileg otomatis menjadi Pimpinan DPR. Jadilah susunan pimpinan DPR sesuai dengan harapan Prabowo, yakni diisi oleh ‘anggotanya’. Diantaranya Ketua DPR Setya Novanto (Golkar) dengan Wakil ketua Fadli Zon (Gerindra), Fahri Hamzah (PKS), Agus Hermanto (Demokrat) dan Taufik Kurniawan (PAN). Pasangan Fahri Hamzah dan Fadli Zon tampaknya tak akan pernah menyesal menjadi suksesor terbaik Prabowo selama ini dengan komentar-komentar kontroversinya yang menyudutkan Jokowi.
Lolosnya ‘anggota-anggota’ Prabowo ini menjadi Pimpinan di Senayan membuktikan bahwa Prabowo masih menjadi momok yang siap menjadi lawan Politik Jokowi sepanjang masa pemerintahannya. Usai UU MD3, Revisi UU Pilkada oleh DPRD pun digadang-gadang KMP yang bertentangan dengan PDI-P dan dengan jumlah kursi yang lebih banyak di Senayan, lagi-lagi Prabowo bersama KMP mempecundangi PDI-P yang tak berdaya karena kalah dalam Voting. Bahkan Demokrat yang memilih Walkout saat voting seakan memuluskan jalan KMP untuk menggolkan kebijakan tersebut. Walau ditentang oleh SBY yang dinilai mendukung aksi Prabowo, jelas Demokrat kini telah mulai masuk menjadi ‘anggota’ baru Prabowo. Perpu yang dikeluarkan SBY dinilai hanya akal-akalan saja. Logikanya, SBY yang menyatakan Demokrat akan menjadi parpol Penyeimbang tak sedikitpun berpihak kepada PDI-P, justru Demokrat ‘nyempil’ tak mau ketinggalan dalam bagi-bagi kue kursi pimpinan DPR ala KMP.
Kini kursi pimpinan MPR tengah memanas dan tentu saja tidak dilewatkan oleh KMP. Dengan penuh percaya diri Merekapun mulai gencar menyusun susunan paket pimpinan yang akan diajukan dengan mengusung mekanisme voting yang kini menjadi jurus jitu mereka untuk menggolkan pendapatnya di parlemen. Dan menariknya, ketua MPR ala KMP yang diajukan adalah kader partai Demokrat. Seperti pernyataan Fadli Zon di Tribunnews :
“Kita tidak pernah berbicara nama, kita bicarakan partai, kemudian kepada partai yang bersangkutan yang berikan namanya. Kita dalam rancangan kawan-kawan di Koalisi merah Putih memang demikian (Partai Demokrat Ketua MPR),” kata Fadli di komplek DPR, Jakarta, Minggu (5/10/2014)
Rancangan paket pimpinan KMP tentu saja hampir dapat dipastikan menang pada rapat Paripurna yang akan diadakan Selasa pagi (7/10). Tak heran Demokrat menyambutnya dengan cukacita, seperti pernyataan Ketua Harian Demokrat Syarief Hasan:
“Alhamdulilah kalau dipinang ,” ujar Syarief ketika ditemui di DPR, Jakarta, Senin (6/10/2014) (Tribunnews )
Kini tak hanya Aburizal Bakrie atau Hatta rajasa, Prabowo juga sukses ‘mencuri hati’ SBY dengan memilih kader demokrat jadi calon Pimpinan MPR bahkan sampai-sampai menyingkirkan PPP dari jatah pimpinan MPR. Padahal PPP merupakan parpol pertama yang resmi mendukung Prabowo di Pilpres. Hmm.. Perlahan tapi pasti, Demokrat juga sudah menjadi ‘anggotanya’ Prabowo.
Namun yang menarik adalah, sebagai ‘otak’ dibalik kesuksesan KMP dalam memuluskan kebijakan-kebijakannya di Parlemen, mengapa Gerindra mau hanya sebagai wakil saja? Mengapa tidak jadi ketua saja di DPR atau MPR? Inilah mungkin yang menjadi keahlian Prabowo dalam menyenangkan ‘anggotanya’. Namun apakah hanya sebatas itu melihat usaha keras Prabowo dan KMP yang mati-matian menggugat hasil Pilpres lalu? Atau ada rencana lainnya?
Cukup menarik membaca tanggapan Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti yang menilai aksi Prabowo saat ini merupakan langkah awal untuk memakzulkan Jokowi dari kursi RI-1. Ray menduga, Prabowo dan KMP tengah menjalankan skenario demi scenario demi memuluskan pemkjulan Jokowi-JK dari pucuk pimpinan Kepala Negara. demikian pernyataannya seperti dimuat di Kompas.com :
“Kalau Jokowi-JK dimakzulkan, maka Prabowo- Hatta naik. Sinyal ke arah sana kuat, Mereka (KMP) bisa gunakan Pasal 51 ayat 2 untuk makzulkan Jokowi-JK ,” ujar Ray i Kafe Deli, Jalan Sunda No 7, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2014)
Sebenarnya peringatan ini cukup logis juga melihat betapa ngototnya KMP memperjuangkan kadernya untuk menjadi tampuk pimpinan DPR dan MPR. Belum lagi usahanya merevisi UU MD3 dan Pilkada tak langsung tempo hari. Dan dengan menyerahkan posisi ketua DPR dan MPR kepada ParpoL Koalisi, bisa jadi Gerindra tengah mengincar posisi tersebut sebagaimana dimaksud Ray rangkuti di atas. Walau terdengar sangat jahat, namun melihat kondisi politik Indonesia saat ini rasanya semuanya bisa saja terjadi. Intinya adalah Jokowi harus benar-benar bekerja dan menyalurkan program-program pro rakyat agar tetap didukung oleh masyarakat. Bagaiamanapun, kini kekuatan Jokowi satu-satunya adalah People Power, jika mengharapkan bantuan dari Parlemen tampaknya hanya akan menjadi harapan yang sia-sia.
Prabowo memang sepertinya tak akan pernah menjadi ‘sahabat politik’ bagi Jokowi. Kecerdikannya tak akan pernah digunakan untuk membantu Jokowi dalam Pemerintahannya. Ambisinya untuk menjadi Presiden telah terlalu kuat hingga tidak mungkin mengijinkan Jokowi memimpin dengan tenang. Dan dengan dukungan dari Parpol-parpol yang kini menjadi kacungnya, Prabowo siap menggantikan Jokowi kapanpun. Sementara itu, jokowi mungkin akan menjadi Presiden dengan tantangan terbanyak setelah Bung Karno. Dan saya yakin, jika Jokowi mampu mengubah bangsa ini lebh baik di tengah banyaknya gempuran lawan politiknya, bisa jadi Ia lah bapak demokrasi sebenarnya yang ditunggu Indonesia sejak lama.
Harapannya semoga saja rakyat mampu berpikiran jernih dan tidak terlalu cepat terprovokasi di pemerintahan Jokowi nantinya dan tetap berharap agar Jokowi mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia. Walau tak akan semudah pendahulunya, tetapi saya yakin tak ada kebaikan yang tak diridhoi Tuhan. Parlemen bisa saja menjadi musuh bagi Jokowi, namun Rakyat tak akan diam selama Program-programnya nanti mengarah kepada kepentingan Rakyat.
Salam Damai! Salut buat semangat pantang mundur Pak Prabowo!
Sumber : http://ift.tt/1s3R1hr