Suara Warga

Kabinet Jokowi Pelihara Mafia Migas Jika Tak Naikkan BBM Sesuai Harga Pasar

Artikel terkait : Kabinet Jokowi Pelihara Mafia Migas Jika Tak Naikkan BBM Sesuai Harga Pasar

Ini peringatan pertama untuk Jokowi terkait mafia migas. Dugaan Jokowi gagal memberantas korupsi di dunia migas akan dilakukan pada 1 November 2014. Jokowi tetap akan menjadi seperti SBY yang gagal memberantas dan bahkan menyuburkan korupsi di dunia migas. Bagaimana kendala dan ancaman terhadap Jokowi terkait dengan mafia migas yang ternyata membekuk Jokowi dan menaklukkannya?

Pertama, penunjukan menteri ekonomi, perdagangan, industri dan ESDM kepada mantan alumni tiga universitas It Bandung, TriS Jakarta dan U Veteran Jogja menunjukkan Jokowi masih dicengkeram oleh mafia. Seperti diketahui para pejabat di dunia migas baik pemerintah, BUMN dan perusahaan minyak dikuasai oleh para lulusan dari situ. Kong-kalikong sudah menjadi hal yang biasa.

Untuk membongkar mafia migas, Jokoei harus menunjuk menteri ESDM dan menteri terkait di luar lulusan ketiga universitas tersebut. Perhatikan siapa Rudi Rubiandini. Lalu siapa pula para pejabat SKK Migas sejak masih bernama BP Migas? Mereka semua berasal dari geng yang sama.

Jika Jokowi masih berniat membasmi mafia migas, segeralah Jokowi menunjuk menteri di luar lulusan ketiga universitas tersebut. Lalu, Jokowi mengganti banyak pejabat eselon 1 - 4 juga dari luar ketiga universitas tersebut. Itu namanya memutus mata rantai mafia migas yang sudah mengakar dari atas sampai bawah. Ini kendala melawan mafia yang susah diberantas karena sudah beranak dan berakar dari zaman Ibnu Sutowo sampai zaman Karen Agustiawan.

Sejak zaman dahulu, menteri ESDM atau Pertambangan dan Energi dan Kementerian terkait ekonomi selalu dikuasai oleh orang-orang It Bandung. Contoh Menkoekuin Hatta Rajasa kongkalikong dengan yuniornya SKK Migas Rudi Rubiandini.

Yang diuntungkan siapa dari kongkalikong ini? Perusahaan minyak asing pun menempatkan karyawan kebanyakan dari ketiga universitas tersebut. Tujuannya agar hal-hal terkait bagi hasil, klaim biaya cost recovery dll berjalan mulus. Mereka diuntungkan. Juga yang diuntungkan adalah para individu pengusaha migas yang orangnya itu-itu saja. Sebabnya adalah kesulitan masuk ke sarang mafia migas!!!

Kedua, menaikkan harga BBM dan masih memberikan subsidi sama juga memelihara korupsi. Kenapa?

Setiap selisih harga BBM industri dan harga BBM bersubsidi diselewengkan secara masif oleh pejabat pertamina hilir sampai para cukung. Penyelundupan minyak dan manipulasi pura-pura mengimpor minyak pun marak di kalangan pengusaha dan pejabat terkait pertamina. Selisih harga juga digunakan untuk memasok minyak bersubsidi ke perusahaan hitam dengan harga sedikit miring: sumbernya adalah minyak bersubsidi yang diselewengkan.

Yang diuntungkan siapa? Pejabat pertamina, pengusaha, anggota DPR, pejabat, dan aparat keamanan adalah para individu yang diuntungkan praktek penyelewengan BBM bersubsidi. Jokowi akan mengalami tentangan dan tantangan dari para mafia migas itu yang bertebaran di segala lini. Jokowi dipastikan akan mendapat tekanan dari mereka. Akibatnya, Jokowi akan menaikkan harga BBM tak sepenuhnya mengikuti harga pasar. Jokowi tetap akan memberikan ‘subsidi BBM’ agar ada peluang para mafia tetap bisa menjalankan praktek puluhan tahun mencuri uang negara.

Jadi dari kedua hal tersebut yakni (1) tetap menunjuk menteri ESDM dan ekonomi dari ketiga universitas tersebut maka Jokowi tetap tunduk kepada mafia migas, (2) mafia migas mencengkeram Jokowi karena Jokowi tak berani menghapus subsidi BBM yang menjadi ladang penyewengan dan pencurian serta korupsi sejak zaman Ibnu Sutowo sampai zaman Karen Agustiawan. Terlalu banyak orang menikmati ‘kutukan minyak’ ini dengan kemiskinan yang dibayar oleh rakyat - dengan segelintir orang-prang kaya yang menyelewengkan selisih harga minyak BBM bersubsidi dan industri.

Dengan demikian Jokowi pun mengikuti jejak seperti SBY, Mega, tunduk kepada mafia dan bergabung dengan gangster mafia migas. Harapan membasmi dan menghancurkan mafia migas pun sirna dan kita menonton Jokowi seperti SBY.

Salam bahagia ala saya.




Sumber : http://ift.tt/1oGchJA

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz