Suara Warga

Jokowi Fenomena Petruk Jadi Raja

Artikel terkait : Jokowi Fenomena Petruk Jadi Raja

Panggung ketatanegaraan Indonesia baru memasuki episode baru dibawah kepemimpinan Jokowi mantan pemimpin lokal yang tiba-tiba menjadi Presiden Republik Indonesia. Sangat wajar bilamana personil dari sang presiden ini menjadi kontroversi. Tetap saja dia adalah presiden kita semua karena ia sudah melalui tahapan-tahapan panjang kontestasi pemilihan presiden secara sah dan konstitusional.

Bukan kali ini saja panggung politik nasional terkejut-kejut menghadapi perkembangan politik yang ada. Saat ini teori determinasi ekonominya Marx dkk yang sangat mempengaruhi struktur sosial dan struktur politik sudah tidak berlaku lagi.Jokowi lahir ditengah-tengah masyarakat yang sedang berubah secara cepat.

Facebook, twitter, media online, You tube dan kekuatan informasi lainnya begitu kokoh dan gegap gempita menyerbu setiap kamar atau saku dari seluruh kalangan masyarakat sehingga teori tentang materialisme sejarah atau bangunan-bangunan sosial dimentahkan begitu saja. Era sepuluh tahuin terakhir tidak lagi ditentukan oleh kekuatan modal sebagai penentu.

Siapa yang dikenal publik maka dialah yang paling berkesempatan melenggang ke pusat-pusat kekuasaan. Oleh karena itu akan lebih mudah bagi seorang artis untuk melenggang ke senayan,memperebutkan kursi bupati, walikota ataupun gubernur dibanding dengan kader dari sebuah partai politik yang sudah mengabdi dengan sangat lama.

Bukan hanya Jokowi tetapi model rekrutmen pemimpin politik seperti ini sedang melanda banyak negara. Kekuatan media informasi berperan penting mengantarkan Jokowi ke istana merdeka. Jokowi berhasil mengkristalisasi dukungan dari relawan yang sewaktu-waktu bisa digerakkan untuk mengimbangi atau mengcounter kekuatan politik yang ada.

Berbeda dengan SBY, Disamping ada kekuatan relawan dan kekuatan massa SBY berhasil menciptakan dan membangun sebuah partai politik yang berfungsi menopang kekuatan politiknya sebagai seorang presiden. Malah diparoh kedua kepemimpinannya Partai Demokrat berhasil memenangkan pertarungan di pemilu legislatif. Inilah faktor penentu SBY satu-satunya presiden yang bisa mengawali dan mengakhiri jabatannya dengan baik-baik selama 10 tahun periode kepemimpinannya.

Sedangkan Jokowi terkesan sebagai presiden yang sifatnya one man show. Banyak dari kalangan orang-orang yang sangat terdidik menyarankankan kepada Jokowi bilamana pemerintahannya terganggu baik oleh parlemen atau lainnya maka akan ada banyak orang yang akan berdiri dibelakangnya untuk membela. Jokowi dipersilahkan sewaktu-waktu menggerakkan people power atau kekuatan diluar sistem pemerintahan untuk menjawab apa yang mereka katakan sebagai bentuk-bentuk penjegalan politik.

Kenapa orang-orang pintar dari mereka mengatakan seperti itu ? Apapun bentuknya tindakan inkonstitusional seperti itu akan merugikan bangsa ini. Ketika mereka sudah bisa melihat bahwa partai-partai pendukung Jokowi tidak bisa diandalkan sebagaimana yang diharapkan maka pilihan seperti itupun tidak bisa dibenarkan.

Ketika ada niat baik maka jalan untuk menciptakan kebaikan selalu ada. Saya sangat tidak setuju ketika ada salah satu petinggi PDIP yang mengatakan kurang lebihnya seperti iti : PDIP siap beroposisi diparlemen. Apakah itu adalah ungkapan kekecewaan dan keputusasaan atau apa ? Mereka sudah menganggap dirinya kalah. Mereka sudah menyerah. Mereka tidak ingin lagi berjuang demi kesejahteraan rakyat.

Ketika semua partai bertekad untuk mensejahterakan rakyat, membebaskan negeri ini dari korupsi, mencerdaskan bangsa bukan berarti mereka dibiarkan begitu saja tanpa ujian. Kenapa PDIP tidak tetap berjuang sampai kita yakin bahwa kemenangan satu saat akan datang.

Saran saya untuk pak Jokowi : Anda adalah fenomena petruk jadi raja. Kelahiran anda diluar sistem. Anda seorang diri mereka hanya memanfaatkan anda. Partai dilingkaran bapak tidak betul-betul berjuang dengan sepenuh hati.Sementara partai diseberang bapakpun banyak kebaikan yang bisa bapak ambil.

Lihatlah kenyataan sebenarnya di desa-desa.Kemiskinan sangat jelas terlihat , ketidakadilan bisa disaksikan setiap hari setiap saat. Pembangunan belum banyak menyentuh mereka

Cirebon15 Oktober 2014




Sumber : http://ift.tt/1w9Gn93

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz