Fadli Zon Nggak Bisa Move On
Euforia menyambut Presiden dan Wakil Presiden baru Joko Widodo-Jusuf Kalla begitu terasa di setiap penjuru nusantara. Ada kesatuan dan kesamaan rasa yang tergambar dari aksi rakyat dalam Pesta Rakyat Salam Tiga Jari yang digagas oleh para relawan Jokowi.
Seremonial pelantikan dimulai pagi hari disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Jokowi-JK disumpah untuk menerima amanah sebagai pemimpin negara untuk lima tahun ke depan. Antusiasme rakyat melalui gelaran pesta rakyat berlangsung kolosal di seluruh provinsi yang dipusatkan di kota-kota besar. Seakan tak kehilangan energi, rakyat berpesta dari pagi hingga jelang malam nanti.
Sesungguhnya harapan besar dan berlebih telah diselempangkan rakya di pundakmu, Pak Jokowi. Pesta akan segera usai berganti dengan hari-hari yang melelahkan pikiran dan raga. Namun percaya saja, jika segala sesuatunya dicitakan demi kebangkitan dan kehebatan negeri ini, rakyat akan berada di belakangmu.
Janji pertama yang harus Jokowi tunjukkan kepada rakyat adalah bahwa ia akan mengisi kabinet tri saktinya dengan sosok-sosok profesional di bidangnya, bukan ajang bagi-bagi kursi seperti yang pernah diucapkannya. Sebagai upaya memenuhi janjinya, Jokowi telah mengambil langkah dengan melibatkan lembaga KPK dan PPATK dalam menyeleksi calon menteri di kabinetnya. Melalui kedua lembaga teraebut, nama-nama yang diajukan Jokowi dapat ditelusuri rekam jejaknya sehingga diketahui mana yang layak dan tidak layak dan benar-benar bersih dari korupsi.
Kita patut mengapresiasi langkah Jokowi ini. Dengan melibatkan KPK dan PPATK, bukan berarti Jokowi mengabaikan hak prerogatifnya, Jokowi tetap menunjuk nama-nama calon lalu discreening oleh kedua lembaga tersebut. Hasil screening dikembalikan ke Jokowi dengan catatan dan keterangan apakah nama yang dimaksud tidak bersih, kurang bersih, atau bersih. KPK dan PPATK tidak menentukan si A atau B yang harus dipilih. Pilihan tetap ada pada Jokowi sebagai pemilik hak prerogatif.
Rupanya, ada seorang pria yang tak pernah bisa move on, yang kerjanya selalu mencari-cari celah untuk mengkritik dan menjatuhkan Jokowi. Entah tidak faham atau pura-pura tidak mengerti akan langkah yang diambil Jokowi terkait seleksi menteri ini. Dia lah Fadli Zon, Wakil Ketua DPR baru hasil voting. Fadli Zon mencibir langkah Jokowi yang menggandeng KPK, menurutnya Jokowi kehilangan hak prerogatifnya. “yang berkuasa, Jokowi atau KPK?” “yang menentukan menteri Jokowi atau KPK?” Begitu kira-kira Fadli Zon bilang.
Jika Prabowo pada akhirnya legowo dan menerima kemenangan Jokowi bahkan menghadiri pelantikannya. Rupanya Fadli Zon tidak. Ia bersikukuh untuk mempertahankan ego dan harga dirinya. Apa pun yang dilakukan Jokowi, selalu salah di matanya. Fadli Zon, kapan mau move on? Belajarlah pada atasan Anda, Prabowo Subianto.
Untuk Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK, segala gerak langkah dan ucapanmu akan diamati rakyatmu. Rakyat akan menjadi pendukung loyal dan sekaligus kritikus yang paling kejam. Selamat bekerja untuk Indonesia yang lebih baik.
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/10/20/fadli-zon-nggak-bisa-move-on-686558.html
Seremonial pelantikan dimulai pagi hari disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Jokowi-JK disumpah untuk menerima amanah sebagai pemimpin negara untuk lima tahun ke depan. Antusiasme rakyat melalui gelaran pesta rakyat berlangsung kolosal di seluruh provinsi yang dipusatkan di kota-kota besar. Seakan tak kehilangan energi, rakyat berpesta dari pagi hingga jelang malam nanti.
Sesungguhnya harapan besar dan berlebih telah diselempangkan rakya di pundakmu, Pak Jokowi. Pesta akan segera usai berganti dengan hari-hari yang melelahkan pikiran dan raga. Namun percaya saja, jika segala sesuatunya dicitakan demi kebangkitan dan kehebatan negeri ini, rakyat akan berada di belakangmu.
Janji pertama yang harus Jokowi tunjukkan kepada rakyat adalah bahwa ia akan mengisi kabinet tri saktinya dengan sosok-sosok profesional di bidangnya, bukan ajang bagi-bagi kursi seperti yang pernah diucapkannya. Sebagai upaya memenuhi janjinya, Jokowi telah mengambil langkah dengan melibatkan lembaga KPK dan PPATK dalam menyeleksi calon menteri di kabinetnya. Melalui kedua lembaga teraebut, nama-nama yang diajukan Jokowi dapat ditelusuri rekam jejaknya sehingga diketahui mana yang layak dan tidak layak dan benar-benar bersih dari korupsi.
Kita patut mengapresiasi langkah Jokowi ini. Dengan melibatkan KPK dan PPATK, bukan berarti Jokowi mengabaikan hak prerogatifnya, Jokowi tetap menunjuk nama-nama calon lalu discreening oleh kedua lembaga tersebut. Hasil screening dikembalikan ke Jokowi dengan catatan dan keterangan apakah nama yang dimaksud tidak bersih, kurang bersih, atau bersih. KPK dan PPATK tidak menentukan si A atau B yang harus dipilih. Pilihan tetap ada pada Jokowi sebagai pemilik hak prerogatif.
Rupanya, ada seorang pria yang tak pernah bisa move on, yang kerjanya selalu mencari-cari celah untuk mengkritik dan menjatuhkan Jokowi. Entah tidak faham atau pura-pura tidak mengerti akan langkah yang diambil Jokowi terkait seleksi menteri ini. Dia lah Fadli Zon, Wakil Ketua DPR baru hasil voting. Fadli Zon mencibir langkah Jokowi yang menggandeng KPK, menurutnya Jokowi kehilangan hak prerogatifnya. “yang berkuasa, Jokowi atau KPK?” “yang menentukan menteri Jokowi atau KPK?” Begitu kira-kira Fadli Zon bilang.
Jika Prabowo pada akhirnya legowo dan menerima kemenangan Jokowi bahkan menghadiri pelantikannya. Rupanya Fadli Zon tidak. Ia bersikukuh untuk mempertahankan ego dan harga dirinya. Apa pun yang dilakukan Jokowi, selalu salah di matanya. Fadli Zon, kapan mau move on? Belajarlah pada atasan Anda, Prabowo Subianto.
Untuk Presiden dan Wakil Presiden Jokowi-JK, segala gerak langkah dan ucapanmu akan diamati rakyatmu. Rakyat akan menjadi pendukung loyal dan sekaligus kritikus yang paling kejam. Selamat bekerja untuk Indonesia yang lebih baik.
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2014/10/20/fadli-zon-nggak-bisa-move-on-686558.html