Demonstrasi: Menyurakan atau Menyusahkan
Sejak berhari-hari demostrasi terjadi di Jakarta, Makassar dan sebagai wilayah Indonesia soal rencana pengantian Gubernur di DKI, rencana kenaikan harga BBM atau apapun juga, mungkin saatnya kita mulai mereflesikan sebenarnya “demonstrasi” dilakukan untuk apa? apa sih yang membedakan “demontrasi” dahulu dengan “demonstrasi” sekarang?
Teringat ketika masa zaman Presiden pertama Indonesia, bagaimana para pemuda turun ke jalan dan berdemonstrasi untuk meyuarakan anspirasi karena dipandang demontrasi dijalan merupakan bagian dari berpolitik saat itu. Demonstrasi digunakan untuk mempersatu visi dan misi dalam perjuangan politik untuk kepentingan negara. Jelas arah kegiatan dilakukan untuk Negara menjadi lebih baik.
Demikian juga ketika zaman lengsernya Suharto, jelas, mahasiswa turun ke jalan dari sabang dan merauke, melakukan demonstrasi dengan satu tujuan yaitu perubahan atas pemerintahaan yang berlangsung. Demontrasi dilakukan juga memiliki satu visi dari seluruh Indonesia yaitu “perubahan”. Demontrasi dilakukan karena ketidakpuasan dari sistem demotraksi yang tidak berjalan serta “tidak didengarnya suara” melalui mekanisme yang seharusnya berjalan.
Kemudian setelah zaman reformasi, kenyataannya demonstrasi tetap berjalan. Akan tetapi saat ini demonstrasi bergeser dari yang demonstrasi komunal menjadi demonstrasi lebih tersegmentasi. Kepentingan demonstrasi juga terpecah-pecah seperti kepentingan sekelompok orang, bahwa bisa segelintir orang seperti demonstrasi didepan Kantor KPK - seperti demontrasi “bebaskan Atut”.
Jika lihat pattern dari demontrasi saat ini, mungkin perlu dipertanyakan juga mengenai tujuan daripada mereka yang melakukan seperta ke efektifan demonstrasi yang dilakukan terhadap outcome yang diinginkan dari pada demonstran. Contoh saja FPI atau PBR yang melalukan demonstrasi untuk tidak memilih Ahok sebagai Gubernur DKI penganti Bapak Jokowi. Lalu demonstrasinya malah ujung-ujungnya anarkis atau merugikan orang lain. Yang padahal mereka melakukan demonstasi dengan tujuan segelitir kepentingan.
Sehingga sebenarnya demonstrasi sekarang sebenarnya menyuarakan kepentingan “komunal” yang hasil akhirnya untuk semua atau hanya “menyusahkan” saja. Walau disadari keduannya memang permainan politik, akan tetapi demonstrasi yang menyusahkan saja itu, menganggu banyak pihak. Ada baiknya, demontrasi lebih bisa diorganizir dengan baik, dan lebih elegan, yang mau atau tidak atau suka atau tidak memperlihatkan “perjuangan dari demonstrasi” itu sendiri dan bukan menyusahkan.
Sumber : http://ift.tt/1BGH52F
Teringat ketika masa zaman Presiden pertama Indonesia, bagaimana para pemuda turun ke jalan dan berdemonstrasi untuk meyuarakan anspirasi karena dipandang demontrasi dijalan merupakan bagian dari berpolitik saat itu. Demonstrasi digunakan untuk mempersatu visi dan misi dalam perjuangan politik untuk kepentingan negara. Jelas arah kegiatan dilakukan untuk Negara menjadi lebih baik.
Demikian juga ketika zaman lengsernya Suharto, jelas, mahasiswa turun ke jalan dari sabang dan merauke, melakukan demonstrasi dengan satu tujuan yaitu perubahan atas pemerintahaan yang berlangsung. Demontrasi dilakukan juga memiliki satu visi dari seluruh Indonesia yaitu “perubahan”. Demontrasi dilakukan karena ketidakpuasan dari sistem demotraksi yang tidak berjalan serta “tidak didengarnya suara” melalui mekanisme yang seharusnya berjalan.
Kemudian setelah zaman reformasi, kenyataannya demonstrasi tetap berjalan. Akan tetapi saat ini demonstrasi bergeser dari yang demonstrasi komunal menjadi demonstrasi lebih tersegmentasi. Kepentingan demonstrasi juga terpecah-pecah seperti kepentingan sekelompok orang, bahwa bisa segelintir orang seperti demonstrasi didepan Kantor KPK - seperti demontrasi “bebaskan Atut”.
Jika lihat pattern dari demontrasi saat ini, mungkin perlu dipertanyakan juga mengenai tujuan daripada mereka yang melakukan seperta ke efektifan demonstrasi yang dilakukan terhadap outcome yang diinginkan dari pada demonstran. Contoh saja FPI atau PBR yang melalukan demonstrasi untuk tidak memilih Ahok sebagai Gubernur DKI penganti Bapak Jokowi. Lalu demonstrasinya malah ujung-ujungnya anarkis atau merugikan orang lain. Yang padahal mereka melakukan demonstasi dengan tujuan segelitir kepentingan.
Sehingga sebenarnya demonstrasi sekarang sebenarnya menyuarakan kepentingan “komunal” yang hasil akhirnya untuk semua atau hanya “menyusahkan” saja. Walau disadari keduannya memang permainan politik, akan tetapi demonstrasi yang menyusahkan saja itu, menganggu banyak pihak. Ada baiknya, demontrasi lebih bisa diorganizir dengan baik, dan lebih elegan, yang mau atau tidak atau suka atau tidak memperlihatkan “perjuangan dari demonstrasi” itu sendiri dan bukan menyusahkan.
Sumber : http://ift.tt/1BGH52F