Catatan Kritis untuk Sudirman Said, ESDM dan Rini Soemarno, BUMN: Mampukah Hapus Mafia?
Dua menteri Jokowi Sudirman Said - alumni George Washington University - dan Rini Soemarno - alumni Wellesley USA - akan menjadi sorotan. Keduanya menduduki posisi terpenting di bidang ekonomi. Selama ini kedua kementerian itu menjadi sumber ATM bagi kalangan partai. Kini tugas Sudirman Said dan Rini Soemarno untuk memberantas dua hal: mafia migas dan mafia ekonomi dari partai politik. Sementara Sudirman Said dikenal anti korupsi. Untuk Rini, jauh-jauh hari Dahlan Iskan telah memeringatkan kepada Rini Soemarno agar BUMN terbebas dari intervensi parpol dan asing. Berikut dipaparkan catatan penting untuk kedua orang itu agar publik paham sepak terjang sesungguhnya ke depannya dengan hati gembira ria.
Catatan tentang Sudirman Said selama ini sungguh mengesankan. Karena tidak berasal dari ITB yang dikenal menggurita alumninya di kalangan industry migas - dan sebagiannya menjadi kekuatan mafia migas bersama dua universitas lain di Jakarta dan Jogja. Untuk Sudirman Said, pengalaman pribadi beberapa tahun lalu satu pesawat berdampingan tempat duduk, kebetulan berdiskusi tentang perampokan dan korupsi di Pertamina dan SKK Migas, menunjukkan dia orang yang bersih. Saya tak menduga pada akhirnya dia menjadi menteri. Saya kaget saya ‘kurang tahu’ karena dia ternyata pejabat Pertamina. Saya secara pribadi memiliki harapan dia mampu membantu upaya memberantas mafia migas.
Sejak era eyang saya Presiden Soeharto korupsi migas tak pernah bisa dibasmi. Permainannya ada di Pertamina dari hulu sampai hilir. Dibentuknya BP dan SKK Migas hanya menambah panjang kue korupsi yang justru menjadikan BP/SKK Migas zaman reformasi menurunkan produksi minyak yang dua puluh tahun lalu sebesar 1,6 juta bpd menjadi hanya sekisaran 850,000 bpd - di tengah teknologi perminyaan yang maju pesat. Aneh. Seharusnya teknologi semakin maju, produksi semakin meningkat.
Ternyata penurunan produksi minyak merupakan modus mafia migas yang menginginkan ekspor-impor migas berlangsung. Selisih harga dipermainkan. Petral bermain selain beberapa perusahaan pengatur dan pemenang tender ekspor impor dan lelang minyak.
Belum lagi terkait Pertamina Hilir dan Hulu, SKK Migas dan perusahaan minyak asing yang selalu bermain dengan pengelola dan pejabat. Termasuk di dalam kebijakan menteri ESDM adalah terkait subsidi BBM yang menjadi ajang korupsi besar-besaran para pejabat dengan cara: menjual minyak subsidi ke industri. Itu salah satu alasan mengguritanya mafia karena tiga hal: pembuat kebijakan, pengusaha, dan aparat bermain bersama.
Catatan khusus Sudirman Said menunjukkan bahwa dia cukup keras terhadap mafia migas. Ketegasan itu salah satunya yang membuat Sudirman Said terpental dari Pertamina. Direktur Pindad - yang sekarang menggeliat dengan bekerjasama dengan berbagai perusahaan di luar - menjadi pentolan professional yang diyakini mampu memberantas mafia migas. Sudirman Said tahu persis siapa yang bermain.
Yang menarik, catatan Sudirman ini langsung terkait dengan Rini Soemarno. Rini Soemarno ini adalah pengusaha murni yang bermain di dua kaki. Rini mendukung dan menyumbang untuk Prabowo-Hatta. Rini merupakan utusan khusus dan jalan kompromi Jokowi-Ical yang memelihara kepentingan bisnis Ical. Jadi, itulah posisi Rini yang unik. Catatan lain tentang Rini adalah adik Rini Soemarno adalah disinyalir tersangkut mafia migas.
Arie Soemarno adalah adik kandung Rini Soemarno yang merupakan Direktur Petral dan Direktur Pertamina sebelum Karen Agustiawan. Arie dikenal memiliki jaringan kekuatan hukum dan ekonomi dan mencengkeram di banyak lembaga. Arie diperiksa oleh KPK terkait suap oleh perusahaan energi Inggris Innospec, Ltd. Namun pemeriksaan menguap begitu saja tanpa tindak lanjut: itulah fakta kekuatan Arie Soemarno.
Kini, Arie Soemarno memiliki akses tak terbatas ke Rini Soemarno menjadi menteri BUMN yang beririsan sangat luas dari mulai Pertamina sampai SKK Migas, dari hulu sampai hilir. Posisi menteri BUMN di tangan Rini Soemarno menjadi sangat riskan karena menjadi peluang sangat luas sarang penyamun BUMN kembali beraksi setelah ‘jeda sejenak dan sedikit maju’ dengan ketegasan Dahlan Iskan.
Rini Soemarno justru bisa menjadi titik masuk semaraknya BUMN menjadi sapi perah tidak hanya PDIP, namun kedekatan dengan Golkar (Ical) dan PAN (Hatta Rajasa pengusaha migas) - meskipun sebagai alat kompromi politik tingkat tinggi, menjadi sapi perah keroyokan banyak partai. Jika itu terjadi maka BUMN kembali terpuruk menjadi sapi perah para partai. Dan kegagalan memberantas mafia migas ada di pelupuk mata.
Rini Soemarno akan sangat menentukan nasib dan kesejahteraan rakyat karena memiliki kekuasaan yang sangat memengaruhi hajat hidup orang banyak. Celakanya, Rini Soemarno sangat pro libelarisme ekonomi yang di Barat pun semakin terbukti menjadi masalah dalam ekonomi secara makro. Lebih parah lagi Rini Soemarno terkait dengan Arie Soemarno yang nota bene adalah pelaku industri migas yang terkait mafia migas. Jadi Rini adalah titik salah menteri Jokowi.
Kini, di dalam kabinet Jokowi terjadi adu kepentingan antara Rini Soemarno yang pro neolib dengan Sudirman Said yang diyakini akan berupaya memberantas mafia migas. Siapa yang lebih kuat? Apakah Rini yang membawa gerbong neoliberalisme atau Sudirman Said yang masih memiliki idealisme?
Salam bahagia ala saya.
Sumber : http://ift.tt/1rI8hUK
Catatan tentang Sudirman Said selama ini sungguh mengesankan. Karena tidak berasal dari ITB yang dikenal menggurita alumninya di kalangan industry migas - dan sebagiannya menjadi kekuatan mafia migas bersama dua universitas lain di Jakarta dan Jogja. Untuk Sudirman Said, pengalaman pribadi beberapa tahun lalu satu pesawat berdampingan tempat duduk, kebetulan berdiskusi tentang perampokan dan korupsi di Pertamina dan SKK Migas, menunjukkan dia orang yang bersih. Saya tak menduga pada akhirnya dia menjadi menteri. Saya kaget saya ‘kurang tahu’ karena dia ternyata pejabat Pertamina. Saya secara pribadi memiliki harapan dia mampu membantu upaya memberantas mafia migas.
Sejak era eyang saya Presiden Soeharto korupsi migas tak pernah bisa dibasmi. Permainannya ada di Pertamina dari hulu sampai hilir. Dibentuknya BP dan SKK Migas hanya menambah panjang kue korupsi yang justru menjadikan BP/SKK Migas zaman reformasi menurunkan produksi minyak yang dua puluh tahun lalu sebesar 1,6 juta bpd menjadi hanya sekisaran 850,000 bpd - di tengah teknologi perminyaan yang maju pesat. Aneh. Seharusnya teknologi semakin maju, produksi semakin meningkat.
Ternyata penurunan produksi minyak merupakan modus mafia migas yang menginginkan ekspor-impor migas berlangsung. Selisih harga dipermainkan. Petral bermain selain beberapa perusahaan pengatur dan pemenang tender ekspor impor dan lelang minyak.
Belum lagi terkait Pertamina Hilir dan Hulu, SKK Migas dan perusahaan minyak asing yang selalu bermain dengan pengelola dan pejabat. Termasuk di dalam kebijakan menteri ESDM adalah terkait subsidi BBM yang menjadi ajang korupsi besar-besaran para pejabat dengan cara: menjual minyak subsidi ke industri. Itu salah satu alasan mengguritanya mafia karena tiga hal: pembuat kebijakan, pengusaha, dan aparat bermain bersama.
Catatan khusus Sudirman Said menunjukkan bahwa dia cukup keras terhadap mafia migas. Ketegasan itu salah satunya yang membuat Sudirman Said terpental dari Pertamina. Direktur Pindad - yang sekarang menggeliat dengan bekerjasama dengan berbagai perusahaan di luar - menjadi pentolan professional yang diyakini mampu memberantas mafia migas. Sudirman Said tahu persis siapa yang bermain.
Yang menarik, catatan Sudirman ini langsung terkait dengan Rini Soemarno. Rini Soemarno ini adalah pengusaha murni yang bermain di dua kaki. Rini mendukung dan menyumbang untuk Prabowo-Hatta. Rini merupakan utusan khusus dan jalan kompromi Jokowi-Ical yang memelihara kepentingan bisnis Ical. Jadi, itulah posisi Rini yang unik. Catatan lain tentang Rini adalah adik Rini Soemarno adalah disinyalir tersangkut mafia migas.
Arie Soemarno adalah adik kandung Rini Soemarno yang merupakan Direktur Petral dan Direktur Pertamina sebelum Karen Agustiawan. Arie dikenal memiliki jaringan kekuatan hukum dan ekonomi dan mencengkeram di banyak lembaga. Arie diperiksa oleh KPK terkait suap oleh perusahaan energi Inggris Innospec, Ltd. Namun pemeriksaan menguap begitu saja tanpa tindak lanjut: itulah fakta kekuatan Arie Soemarno.
Kini, Arie Soemarno memiliki akses tak terbatas ke Rini Soemarno menjadi menteri BUMN yang beririsan sangat luas dari mulai Pertamina sampai SKK Migas, dari hulu sampai hilir. Posisi menteri BUMN di tangan Rini Soemarno menjadi sangat riskan karena menjadi peluang sangat luas sarang penyamun BUMN kembali beraksi setelah ‘jeda sejenak dan sedikit maju’ dengan ketegasan Dahlan Iskan.
Rini Soemarno justru bisa menjadi titik masuk semaraknya BUMN menjadi sapi perah tidak hanya PDIP, namun kedekatan dengan Golkar (Ical) dan PAN (Hatta Rajasa pengusaha migas) - meskipun sebagai alat kompromi politik tingkat tinggi, menjadi sapi perah keroyokan banyak partai. Jika itu terjadi maka BUMN kembali terpuruk menjadi sapi perah para partai. Dan kegagalan memberantas mafia migas ada di pelupuk mata.
Rini Soemarno akan sangat menentukan nasib dan kesejahteraan rakyat karena memiliki kekuasaan yang sangat memengaruhi hajat hidup orang banyak. Celakanya, Rini Soemarno sangat pro libelarisme ekonomi yang di Barat pun semakin terbukti menjadi masalah dalam ekonomi secara makro. Lebih parah lagi Rini Soemarno terkait dengan Arie Soemarno yang nota bene adalah pelaku industri migas yang terkait mafia migas. Jadi Rini adalah titik salah menteri Jokowi.
Kini, di dalam kabinet Jokowi terjadi adu kepentingan antara Rini Soemarno yang pro neolib dengan Sudirman Said yang diyakini akan berupaya memberantas mafia migas. Siapa yang lebih kuat? Apakah Rini yang membawa gerbong neoliberalisme atau Sudirman Said yang masih memiliki idealisme?
Salam bahagia ala saya.
Sumber : http://ift.tt/1rI8hUK