Suara Warga

Untuk Jokowi: Pilih Menteri yang Masih Muda

Artikel terkait : Untuk Jokowi: Pilih Menteri yang Masih Muda

Tulisan ringan ini mungkin tidak akan ditanggapi serius oleh Jokowi, dan seluruh tim transisinya. Itu tidak soal. Apapun itu, sebagai warga negara yang baik maka saya akan tetap menggunakan hak dan kewajiban saya, yaitu memberikan masukan-masukan ke pemerintah. Dan lagi, daripada kritikan tak jelas yang kita kumandangankan terus menerus, ya mendingan beri usulan-usulan bukan?

Begini. Buat Pak Jokowi, usul saya sederhana saja, yaitu kalau mau memilih dan mengangkat menteri-menteri, maka sebaiknya pilihlah dan pakailah mereka yang masih muda-muda. Para professional dan teknokrat muda yang sangat kompeten kan banyak di Indonesia ini. Mereka tentu akan sangat berguna dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan dan kemajuan Indonesia. Paling tidak komposisi orang muda di dalam kabinet Jokowi-JK itu mestilah mayoritas, ya sekitar 60-90 persenlah.

Kenapa? Karena orang-orang muda inilah penggerak utama sebuah perubahan serta pembaharuan, dan mereka-merekalah yang sesungguhnya mampu menerobos segala macam kebuntuan. Kita perlu pemikiran-pemikiran dari generasi muda untuk memuluskan visi-misi Jokowi-JK yang dirangkum sebagai “Nawa Cita” itu. Lantas apakah generasi tua memang tidak kompeten lagi? Satu dua di antara mereka mungkin masih layak dipakai. Tetapi kemajuan teknologi dan perubahan zaman nampaknya semakin ‘memaksa’ suatu bangsa untuk menempatkan para pemikir dan pemimpin muda tersebut di garda terdepan. Kekeroposon dan kemandekan cara berpikir generasi tua semakin jelas terlihat, dan semua itu mestinya dikikis habis secara perlahan. Itu kalau sebuah bangsa berkeinginan kuat untuk bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan. Percayalah, jangan ada yang menganggap engkau rendah karena engkau muda.

Saya punya cerita ketika berkesempatan menemani Menlu Republik Latvia, (sebuah negara di Eropa Timur) Edgars Rinkēvičs beserta rombongannya. Mereka Yang ikut bersama rombongan menlu di antaranya ada dari pimpinan KADIN Latvia, ada deputi rektor di salah satu universitas paling terkenal di Latvia, dan beberapa pengusaha perkayuan. Ada yang menarik yang saya perhatikan. Semua anggota yang dia bawa itu adalah orang muda semua, beberapa di antara mereka bahkan tidak lebih tua dari saya. Menteri Luar Negerinya sendiri bahkan baru berusia 39 tahun kala itu, sama dengan usia saya.

Mereka datang ke Indonesia untuk bertemu Menlu Marty Natalegawa, Menteri Pariwisata Marie Pangestu, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Kadin Indonesia, dan sempat pula berkunjung ke Bandung untuk bertemu dengan para pengusaha di Bandung, ke pabriknya Sanbe Farma, dan juga para pimpinan beberapa universitas di sekitar Bandung termasuk ITB.

Saya tidak ingin bercerita tentang apa hasil kunjungan tersebut, namun yang ingin saya tuliskan adalah betapa kreatifnya orang-orang muda yang jadi pemimpin di Latvia tersebut dalam rangka mencari dan membuka berbagai peluang bisnis. Mereka berkeliling negara Asia Tenggara yang menurut mereka memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, dan secara otomatis bagi mereka itu adalah PASAR. Dan di mana ada ‘pasar’ maka pasti di situ akan terjadi transaksi. When you see market you see business. Vice versa. When you talking about business then you have to create market. Pemimpin-pemimpin muda di Latvia melihat Indonesia adalah salah satu pasar empuk yang tak boleh terlewatkan. Datanglah mereka untuk melobi, menandatangani kerjasama, berkomunikasi, dan yang paling penting: Jualan.



1411964389314817063 Rombongan Menlu santai sebelum pertemuan bisnis, di kantor J. Santosa, owner Sanbe Farma di Bandung Jabar





Saya masih ingat cerita mereka dalam beberapa kesempata santai sambal minum kopi, atau ketika dalam perjalanan. Katanya sewaktu Eropa terpuruk, Latvia adalah satu-satunya negara yang berhasil melewatinya dengan tegar. Bahkan nilai tukar mata uang mereka lats lebih tinggi dari semua mata uang, dalam kurs rupiah 1 lats = sekitar 18-20 ribu rupiah kala itu. Setelah ceriat sana sini, terkuaklah apa penyebab mereka sanggup melewati krisis dengan gemilang. Salah satu tindakan paling utama adalah mereka merustrukturisasi birokrasi dan para birokrat di sana secara radikal. Kemudian mereka juga mengganti semua pimpinan negeri yang sudah tua-tua dengan orang-orang muda.

Negara pecahan Russia itu mengganti para pemimpin tua asal Russia yang kebanyakan tidak bisa Bahasa Inggris dengan para professional muda yang fasih berbahasa Inggris. Lantas orang-orang muda ini mulai berkreatifitas sedemikian rupa, memajukan industri kreatif, aktif jualan ke berbagai belahan dunia, menciptakan gerakan-gerakan terobosan bisnis dan industri dalam negeri, dan memompa semua keunggulan serta kekayaan Republik Latvia dalam rangka memajukan perekonomian negeri. Alhasil, Latvia berhasil melewati krisis dan bahkan meningkatkan GDP-nya secara fantastis, jauh melebihi negara-negara tetangganya.



14119646842069743247 Foto bersama sang Menlu di Bandara Soekarno Hatta sebelum kembali ke Latvia





Jadi, sederhananya tulisan saya ini sebetulnya hendak mengatakan bahwa ada baiknya Jokowi juga memanfaatkan orang-orang muda berbakat dan berintegritas di negeri ini untuk memperkuat kabinetnya. Sekarang memang jamannya yang muda-muda.

Dalam kabinet yang baru, Pak Jokowi harus selalu over room for growth within one ministry . Berikan kesempatan mereka yang muda yang memimpin sebuah kementrian untuk terus mengembangkan diri, dan juga mengembangkan kementrian yang mereka pimpin. “Atmosfer orang muda” ini pada tataran tertentu dapat menciptakan sinergi yang kuat dengan jiwa kepemimpinan Jokowi yang mau bekerja dan sedikit bicara. Apalagi, Pak Jokowi sendiri masih muda. Sama seperti Pak Ahok yang masih muda yang membuat banyak gebrakan di DKI Jakarta ini.

Mungkin masih lekat dalam ingatan kita sebuah pertandingan fenomenal Belnada pada laga piala dunia yang lalu. Menjelang berakhirnya perpanjangan babak ke-2, pelatih penuh insting juara bernama Louis van Gaal secara mengejutkan mengambil langkah penuh resiko, yaitu mengganti kiper utama Belanda, Jasper Cillessen, yang sesungguhnya tampil sangat luar biasa selama Piala Dunia berlangsung. Van Gaal menggantinya dengan seorang kiper cadangan,Tim Krul, yang saat itu belum pernah sekalipun tampil di Piala Dunia Brazil tersebut. Bahkan menurut catatan statistik Tim Krul dalam penyelamatan penalti selama bermain di klubnya sejak 2006 sangatlah miskin.

Tetapi Van Gaal tidak hanya berpikir out of the box semata, tapi tindakannya itu rupa-rupanya serempak mengagetkan tim lawan juga. Mengganti kiper utama dengan kiper cadangan yang belum pernah tampil pada saat adu pinalti akan segera dilaksanakan tentu sesuatu yang amat langka. Hasilnya kita semua tahu bahwa Tim Krul berhasil menggagalkan 2 tendangan penalti lawan, menghantarkan Belanda maju ke semifinal.

Berani melakukan sebuah terobosan. Berani mengambil, berpikir, serta bertindak seperti Van Gaal ini patut dicontohi Jokowi. Mungkin langka dan di luar kebiasaan. Menempatkan 80-90% orang-orang muda sebagai menterinya adalah salah satu contoh. Bukankah Jokowi juga masih muda? Secara teori juga, masih jauh lebih muda bagi Jokowi untuk bekerjasama dan memberi perintah kepada para menteri yang lebih muda atau sama dengan usianya, daripada mereka yang jauh lebih tua dari dirinya. Apalagi budaya Jokowi itu sangat respek dengan orang-orang yang jauh lebih tua dari dirinya.

Akhirnya, saya begitu percaya bahwa personal branding para pemimpin-pemimpin muda bangsa ini yang dapat dilihat dari core competencies yang mereka masing-masing miliki pastilah akan mendapat tempat di hati rakyat. Rakyat sudah jenuh dengan ‘old fashioned’ dan cara-cara ‘old style’ pemimpin-pemimpin generasi tua tersebut. Mereka yang sudah termakan ‘virus’ orba dan tak punya daya menciptakan pembaharuan. Kita tidak boleh mengeneralisasi memang, akan tetapi kenyataan telah membuktikan dan membuka mata kita lebar-lebar tentang betapa tidak berdayanya banyah pemimpin ‘senior’ yang kita punyai itu. Kita butuh kesegaran.

All of us need to understand the importance of young leader’ branding. Our most important job is to make sure that these young leaders get a chance to show creativity of them self within a solid government . —Michael Sendow—




Sumber : http://ift.tt/1vnfFtb

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz