"Ah, Suara ini Semakin Tiada"
Menurut Abraham Lincoln, “Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Setelah pengesahan RUU Pilkada Tidak Langsung, masihkah kita bisa menyebut negara kita memiliki pemerintahan demokrasi?
Jujur, saya tidak terlalu memahami politik dan apapun di dalamnya yang terkadang penuh intrik. Saya hanya satu dari sekian juta warga negara Indonesia yang ingin menyuarakan kritik. Ah, tulisan ini bukan opini yang cantik. Hanya pikiran-pikiran dari seorang penulis kecil yang ingin mengetik. Beberapa dari Anda mungkin akan tertawa tergelitik. Meskipun saya berharap besar ada beberapa hikmah yang bisa dipetik.
Beberapa tahun silam, kita memiliki presiden yang dipilih secara langsung. Bukankah itu pertama kalinya kita merasakan kebebasan dari hak yang terpasung. Beberapa teman saya, para mahasiswa yang berjuang mendobrak tempurung. Selama beberapa waktu kita merasakan bebasnya terbang dan memilih jalan bagai burung. Namun, ah. Sejak kemarin malam kita kembali masuk ke kurung. Murung. Berkabung. Tak bisa lagi memilih langsung.
Katanya, yang langsung itu terlalu banyak korup dan biaya yang merugikan negara. Siapa yang jamin kalau tak langsung itu akan buat negara lebih sejahtera? Faktanya, ini hanya pengikisan hak kami dalam bersuara. Ah, tolong, jangan buat gara-gara. Sudah terlalu banyak huru-hara. Tolong, jangan lagi bersandiwara!
Ya, saya bukan siapa-siapa lah. Wong kecil yang sekolah saja masih nyicil. Juga bukan pegawai negeri sipil. Jadi. cuma dari sini mencoba ikut ambil andil. Bersuara, meskipun mungkin hanya akan berlalu seperti kerikil.
Sumber : http://ift.tt/1DG1W4v