Suara Warga

Selamat Bertugas Mengemban Amanah Rakyat

Artikel terkait : Selamat Bertugas Mengemban Amanah Rakyat

14121286382099783672 http://ift.tt/1ox4QyG



Jika anda tidak golput pada pemilihan legislatif tanggal 9 April lalu, barangkali anda sama seperti saya, masih punya harapan terhadap 560 anggota DPR terpilih dari 77 daerah pemilihan di seluruh Indonesia.

Namun sejujurnya harapan itu proporsiya jauh lebih kecil daripada keraguan dan ketidakpercayaan yang tak pernah mengikis jika melihat fakta betapa mengecewakan kinerja DPR sebelum-sebelumnya. Bahkan sejak era reformasi dengan pemilu yang lebih demokratis dibandingkan zaman otoriter arde baru, sudah tiga kali kita memilih langsung anggota DPR, namun belum pernah menghasilkan Parlemen yang bagus, malah kualitas DPR setiap periode semakin buruk, setidaknya itu hasil dari pengamatan pakar politik dan penilaian masyarakat luas.

Alih-alih menjadi wakil rakyat yang mengabdi untuk kesejahteraan bersama, DPR malah menjadi lembaga negara yang paling tidak mendapat kepercayaan dari masayarakat luas. Melihat kembali sejarah dengan berbagai perilaku negatif DPR, seperti kebijakan yang dihasilkan tidak mendengar aspirasi mayoritas masyarakat, indisilipner, tidak taat hukum, tidak sensitif dengan menonjolkan hidup berlebihan, dan paling terang adalah bagaimana mereka tidak sedikit menjadi terpidana korupsi. Kesemua bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang itu membuat kita sedih, kecewa, bahkan marah.

Akibatnya citra dan wibawa DPR di mata publik nyaris tak bersisa. Termasuk wajah DPR 2014-2019 yang akan dilantik dan diambil sumpahnya hari ini. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur kualitas para wakil rakyat adalah pendidikan, latar belakang profesi, dan usia.

Komposisi 560 wakil dari 77 dapil, masih menunjukkan mentalistas lama yang cenderung transaksional, meski mereka juga akan berhadapan dengan 231 wajah baru. Diperkirakan DPR baru akan tetap sulit menjalankan fungsi legislasi, anggaran, pengawasan dengan optimal. Sebabnya klise, lemahnya kapasitas anggota DPR dan perspektif yang mereka miliki. Tidak sedikit anggota terpilih hanya karena memiliki uang dan popularitas. Bukan karena kemampuan yang mumpuni untuk menjalankan tanggung jawab yang maha berat

Terpilih hasil mengandalkan transaksi politik praktis. Mereka telah menghabiskan banyak uang pada masa kampanye, dengan demikian tentulah prioritas utama anggota seperti ini akan lebih konsentrasi untuk mengupayakan dana jumbo bisa balik segera.

Atau banyak pula anggota parlemen baru berasal dari kekerabatan dari politik oligarki lokal. Bupati yang telah paripurna, keluarga pejabat daerah dari istri, anak, adik, kemanakan, dan kerabat bisa terpilih menjadi anggota DPR menjadi ketidakpercayaan publik semakin menjadi-jadi, kelompok ini berpotensi besar membuat kebijakan, hanya untuk melindungi kepentingan elit lokal ataupun parpol. Bukan rahasia lagi, di daerah-daerah tertentu, pejabat menciptakan politik dinasti yang melukai demokrasi.

Tapi biar bagaimana, kita mesti memberikan kesempatan kepada wakil rakyat untuk membuktikan keraguan dan ketidak percayaan publik. Itu sebenarnya tantangan terbesar dari parlemen 2014-2019, memulihkan kepercayaan publik.

Penilaian pembuktian lewat capaian kerja adalah legislasi, tingkat kedisiplinan, dan jarak sosial keputusan dengan persoalan politik. DPR ke depan diharapkan bisa lebih dekat dengan masyarakat, ini bisa membuat aspirasi masyarakat dapat diterima baik.

Kehidupan politik di masyarakat sudah berangsur baik. Masyarakat sudah semakin peka sehingga mudah bereaksi terhadap kebijakan pemerintah dan parlemen yang bertentangan.

Selamat mengemban amanah rakyat.

Salam.




Sumber : http://ift.tt/1rEWVnV

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz